Universitas Bangka Belitung (UBB) menggelar seminar pendidikan karakter dengan mengangkat tema "Menangkal radikalisme dan eksklusivisme melalui peneguhan nilai-nilai NKRI di era milenial".

"Seminar ini digelar untuk menguatkan pemahaman mahasiswa UBB yang juga merupakan generasi milenial dalam menjaga keutuhan NKRI," kata Rektor UBB, Muh Yusuf, di Pangkalpinang, Jumat.

Ia mengatakan, mengingat tantangan generasi milenial di era saat ini bukan hanya pada pola pergaulan dan lingkungan saja, namun juga pada eklusivitas dan intoleransi. Oleh karena itu, pentingnya menjaga keutuhan NKRI, terlebih mahasiswa sebagai generasi milenial perlu memahami peran dan posisi mereka.

UBB sengaja mengundang narasumber yang kompeten dibidangnya agar mahasiswa dapat memiliki karakter yang kuat sehingga mampu mengambil peran sebagai agent of change di kampus maupun dalam kehidupannya sehari-hari.

"Pada intinya adalah, komitmen kita bagaimana kita terus bisa merawat menjaga NKRI, bagaimana kita terus bisa merawat dan menjaga nilai-nilai Pancasila, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.

Dalam dialog interaktif yang dimoderatori Dosen FH UBB, Darwance, banyak penguatan-penguatan kepada peserta untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI, serta menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sehari-hari.

Pemateri pertama, Hidayat dari Badan Kesbangpol Provinsi Babel mengatakan radikalisme mempunyai tiga arti, pertama paham atau aliran yang radikal dalam politik. 

Kedua paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, dan ketiga adalah sikap ekstrim dalam aliran politik. 

"Pengertian radikalisme tersebut dapat dilihat apabila ada unsur kekerasan untuk mengubah kondisi sosial politik secara drastis," ujarnya. 

Untuk itulah diperlukan sebuah upaya dan komitmen bersama, untuk melawan radikalisme di era milenial ini melalui penguatan nilai-nilai NKRI seperti nilai Nilai Persatuan Bangsa, sebagai konsekuensi dari bangsa yang bersifat plural, multietnik, agama dan budaya dari negara kepulauan. 

Sementara itu, Dosen IAIN SAS Babel,  Rusydi Sulaiman, menyampaikan fenomena radikalisme dalam Islam sebenarnya bertolak belakang dengan kondisi bangsa Indonesia yang plural. Dikatakannya, homogenitas Indonesia memerlukan satu bentuk ideologi tertentu sebagai pijakan menuju ketahanan Nasional. 

"Pancasila merupakan ideologi bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam dasar negera tersebut merupakan bagian yang mencakup dari keseluruhan aspek kehidupan umat beragama itu sendiri, yang bersandar pada Al-Qur’an sebagai sumber utama bagi umat Islam," ujarnya.

Ia juga menjelaskan, Al-Qur’an tidak kemudian hanya dipahami sebagai sumber yang global melainkan juga dihadapkan pada aspek-aspek kehidupan yang partikular, maka diperlukan pijakan ideologis Pancasila untuk menyikapi hal-hal  yang sangat teknis dalam kehidupan sosial dan agama.

Dikesempatan yang sama, Wakil Rektor I UBB Nizwan Zukhri juga mengutarakan mahasiswa sebagai generasi masa depan sangat riskan terpengaruh ajakan-ajakan paham ekstrim. Di  akar rumput, problem kebangsaan tersebut adalah Politik identitas, Radikalisme, dan Persekusi.

"Dan bahaya paham radikalisme bisa menyasar siapa saja di era teknologi saat ini," ujarnya.

Setidaknya melalui seminar pendidikan karakter ini bisa menjadi bekal dan menambah wawasan dan mendorong para peserta untuk lebih menjadi generasi yang aktif, serta memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara. 

"Pencegahan dini ini penting agar generasi milenial menjadi lebih kontributif bagi upaya untuk terus merawat NKRI," ujarnya.

Pewarta: Elza Elvia

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020