Sejak alih status STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) YPIB menjadi STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri), nama besar ulama yang berasal dari Banjarmasin yaitu Syaikh Abdurrahman Siddik (di Bangka dikenal dengan panggilan “Tuan Guru”) telah pula disematkan pada lembaga ini.

Sebagaimana dipahami, bahwa pemilihan tokoh tersebut sebagai ikon lembaga tidak lepas dari kiprah beliau pada masa lalu bagi kehidupan sosial keagamaan masyarakat Bangka, khususnya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, di mana mayoritas wilayah Indonesia masih dalam masa pendudukan penjajahan Belanda.

Pernak-pernik “kehadiran Tuan Guru” di lembaga ini dapat dirunut lebih jauh ke belakang, sebelum STAIN SAS Babel berdiri. Hal tersebut di antaranya dapat dilihat dari kehadiran pengelola STAI YPIB yang notabene kakek atau moyangnya pernah belajar dengan Tuan Guru.  

Ada juga di antara pengelola STAI YPIB yang secara kontinyu masih mengajarkan kitab karya Tuan Guru hingga saat ini dengan sistem sorogan secara mandiri.  Selain itu, tanpa disadari banyak pihak, sejak lama perpustakaan STAI YPIB juga memilik koleksi kitab “kuning” berbahasa Arab yang pernah dimiliki oleh Tuan Guru.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya bukti otentik kehadiran tandatangan Tuan Guru pada kitab tersebut.  

Pada tahap selanjutnya, “kehadiran Tuan Guru” di lembaga IAIN SAS Babel ini terlihat dari antusiasme pengelola (civitas akademika) terhadap kajian yang mengambil tema tentang Tuan Guru, baik oleh dosen maupun mahasiswa, baik untuk kepentingan penulisan skripsi, tesis, ataupun penelitian yang sumber dananya dari DIPA.


Bermunculan kajian yang terkait dengan Tuan Guru

Pada tahun 2006 terdapat tiga tulisan tentang Tuan Guru, satu buah laporan penelitian yang berjudul “Peranan Syaikh Abdurrahman Siddik dalam Pengembangan Islam di Pulau Bangka;”  satu buah buku yang berjudul Transliterasi dan Kandungan Fath al-'Alim fi Tartib al-Ta'lim Syaikh Abdurrahman Siddik;  dan satu buah artikel dalam Jurnal Ilmiah yang berjudul “Sekilas tentang Syaikh Abdurrahman Siddik. ”

Pada tahun 2007 ada satu makalah terkait dengan Tuan Guru yang berjudul “Syair Ibarat dan Khabar Qiyamat oleh Syaikh Abdurrahman.”  Pada tahun berikutnya juga ada satu tulisan berupa laporan penelitian yang berjudul “Siddik: Kajian Teks dan Kontekstual melalui Pendekatan Teosentris dan Antroposentris” yang ditulis oleh Drs. Taufik juga.

Pada tahun 2009 ada dua tulisan terkait Tuan Guru, yang pertama sebuah tesis yang berjudul “Konsep Pendidikan Tauhid Syaikh Abdurahman Siddik,”  dan yang kedua artikel jurnal ilmiah yang berjudul “Ideologi Pendidikan Syaikh Abdurrahman Siddik.”  Kedua-duanya ditulis oleh Subri, M.S.I. selaku dosen tetap di IAIN SAS Babel.

Pada tahun 2011 hanya ada satu tulisan berupa laporan penelitian yang berjudul “Rekam Jejak dan Tinggalan Arkeologis Syaikh Abdurrahman Siddik dalam Penyebaran Islam di Bangka” yang ditulis oleh Subardi, M.K.Pd, dkk.

Pada tahun 2013, muncul tiga tulisan, satu laporan penelitian yang berjudul “Tasawuf Syekh Abdurrahman Siddiq dalam Mengatasi Krisis Kerohanian Manusia Modern” yang ditulis oleh Irawan, M.S.I., dan dua laporan penelitian skripsi yang berjudul “Konsep Dasar Pendidikan Agama bagi Anak Menurut Syaikh Abdurrahman Siddik (Analisis Materi Kitab Tarjamah Asraru Al-Shalah)” oleh Iskandar dan “Konsep Pendidikin Akidah Perspektif Syaikh Abdurrahman Siddik (Studi Kitab 'Aqa'id Al Iman)” oleh Siti Makrupah.

Dua tahun berikutnya, yakni pada tahun 2015, baru muncul lagi satu tulisan berupa artikel dalam jurnal ilmiah tentang Tuan Guru yang berjudul “Syaikh Abdurrahman Siddik (Riwayat Pendidikan, Karya dan Peranannya sebagai Ulama)” yang ditulis oleh Subri, M.S.I.  

Pada dua tahun berikutnya lagi, yaitu pada tahun 2017 baru muncul lagi dua tulisan berupa makalah seminar dengan judul “Biografi Syaikh Abdurrahman Siddik dan Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” yang masih ditulis oleh Subri, M.S.I. serta satu laporan penelitian skripsi dengan judul “Tanda-Tanda Kiamat dalam Realitas Sosial Umat (Analisis Isi Kitab Majmu'atu Rasa'ili Al-Banjari 2 Karya Syaikh Abdurrahman Siddik)” oleh Jamaluddin.

Pada tahun 2018 ditemui hanya ada satu tulisan tentang Tuan Guru yang berasal dari laporan skripsi mahasiswa berjudul “Komunikasi Literal Syaikh Abdurrahman Siddik "Studi terhadap Pesan-Pesan Dakwah dalam Maw'izhah Li Nafsi Wa Li Amtsal Min Al-Ikhwan", yang ditulis oleh Mujabi dari Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Sementara itu, pada tahun 2019 ada sebuah laporan penelitian dosen yang berjudul “Transliterasi, Transkripsi dan Interpretasi Risalat fi 'Aqa’id al-Iman (Kajian Filologi Kitab Syaikh Abdurrahman Siddik)” yang ditulis oleh Kartika Sari, dan ada satu lagi penelitian skripsi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang masih dalam masa pengerjaan.

Sebagai bahan perbandingan, ketertarikan dunia akademik di luar IAIN SAS Babel terhadap kajian tentang Tuan Guru jauh lebih dahulu dilakukan, dengan beragam kepentingan.

Di Kalimantan Selatan, khususnya di IAIN Antasari Banjarmasin sejak tahun 1985 sudah terdapat sebuah hasil laporan penelitian skripsi pada Fakultas Ushuluddin yang berjudul “Risalah Amal Makrifat (Tinjauan atas suatu ajaran tasawuf)”. Hingga tahun 2017, tidak kurang dari tujuh buah judul tulisan, baik berupa laporan penelitian maupun artikel pada jurnal ilmiah, yang secara umum lebih didominasi pada kajian pemikiran tasawuf Syekh Abdurrahman Siddik

Di Provinsi Riau sendiri, di mana Syekh Abdurrahman Siddik terakhir berdomisi dan menghabiskan sisa umur dan pengabdiannya, tidak kurang dari 15 tulisan yang terkait tentang beliau, dengan beragam katagori, penulis, dan tempat terbit.  Bila dilihat sekilas dari judul yang ada, rata-rata tulisan tersebut lebih banyak terfokusi pada pemikiran tasawuf “Sang Tuan Guru”,

Selain di ketiga wilayah provinsi di atas, beberapa tulisan dan penelitian tentang Pemikiran Syaikh Abdurrahman Siddik juga ditemukan di Palembang, Jakarta dan Yogyakarta, meskipun jumlahnya tidak banyak.

Meskipun Tuan Guru adalah seorang ulama yang hidup akhir abad ke-19, namun kita beruntung masih bisa melihat rupa beliau. Sampai saat ini, hanya tiga macam photo diri beliau yang dapat ditemui. Satu photo ketika beliau masih muda, tersedia dalam gambar penuh dari kaki hingga bagian kepala beliau. Bila dilihat dari raut wajanya umur beliau di bawah 50 tahun.

Alih status dari STAI ke IAIN

Perlu juga diketahui, bahwa sejak alih status dari STAI (swasta) ke STAIN hingga IAIN, beberapa orang zuriat Tuan Guru telah pula berkecimpung dalam beragam bidang, baik langsung maupun tidak langsung, ada yang telah ataupun sedang menjadi mahasiswa, dosen maupun sebagai pegawai. Demikian juga halnya dengan di perguruan tinggi lain di luar Pulau Bangka, seperti di Riau, Jambi dan Kalimantan Selatan.

Sebagai sebuah tawaran, dalam rangka penyambung amal jariah Tuan Guru dan civitas akademika IAIN SAS Babel Ke depan, kiranya perlu ada kebijakan yang berkelanjutan pada empat bidang.

Pertama, bidang pengajaran, program yang dapat dilakukan pada bidang ini di antaranya Pengajaran karya Tuan Guru di lingkungan civitas akademika; Pengajian umum karya Tuan Guru yang diisi oleh “guru ngaji” ; Seminar tentang Seminar tentang SAS; dan Kuliah Dosen Tamu tentang Tuan Guru.

Kedua, bidang penelitian, jenis penelitian yang dapat dilakukan terkait Tuan Guru dan pemikirannya di antaranya adalah bidang pendidikan; dakwah dan komunikasi; syariah; sejarah; filologi.

Ketiga, bidang pengabdian di antaranya program haul Tuan Guru, baik haul yang bersifat akademik maupun spritual. Sedangkan yang keempat bidang penerbitan, di antaranya dapat berupa penerbitan artikel tetang pemikiran Tuan Guru pada jurnal; penerbitan buku hasil penelitian tentang Tuan Guru; penerbitan buku saku terkait pemikiran Tuan Guru tentang ajaran-ajaran Islam; dan pembentukan Shiddiq Corner, minimal dapat berfungsi sebagai lembaga yang dapat merangkum informasi terkait Tuan Guru, agar dapat diketahui dan menjadi inspirasi.
 

Pewarta: Ahmad Suwaidi

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020