Kasus corona virus desease (COVID-19) di Indonesia terus bertambah. Untuk mendeteksi penyebaran covid 19 perlu dilakukan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) agar pasien dapat ditangani dengan cepat dan tepat. 

Untuk bisa memiliki alat PCR diperlukan berbagai fasilitas medis pendukung, termasuk keahlian sumber daya manusia yang mengoperasikannya. 

Dokter Spesialis Patologi Klinik RSBT Pangkalpinang dan RSUD Soekarno Bangka Belitung , dr Nafiandi, Sp. PK menjelaskan pada pemeriksaan PCR yang diperiksa adalah DNA, sehingga pemeriksaan ini mempunyai spesifisitas cukup tinggi.

"Untuk COVID dikatakan spesifisitas sampai 90-95 %. Jadi kalau hasil PCR nya positif hampir pasti dikatakan COVID-19," jelasnya. 

Ia menjelaskan, untuk memiliki fasilitas uji PCR diperlukan berbagai fasilitas pendukung yang mumpuni dan tidak murah. 

Diantaranya harus memiliki laboratorium yang mempunyai tingkat keamanan minimal Biosafety level 2, harus ada autoclave, mokropipet, Biosafety cabinet minimal class 2A. 

"Selain itu juga harus memiliki Reagen untuk ektraksi DNA, primer, lemari pendingin -20 dan -70 serta ruangan yg bertekanan negatif dan positif. Disamping itu yg sangat penting ada tenaga yg sudah terlatih. Masih banyak lagi peralatan pendukung yang perlu disiapkan untuk safety tenaga medis dan lingkungan," katanya. 

Ia bersyukur, jika nantinya Babel akan memiliki alat PCR sendiri. Hal ini akan mempermudah mempercepat penanganan pasien karena hasil pemeriksaan lebih cepat diketahui. 

Selama ini, untuk mengetahui hasil Pemeriksaan PCR Babel mengirimkan sampel spesimen ke Litbangkes di Jakarta. Hal inilah yang memakan waktu cukup lama untuk pengiriman sampel ditambah dengan  pembatasan penerbangan. Belum lagi antrian sampel yang cukup banyak untuk diperiksa karena seluruh Indonesia melakukan pemeriksaan disana. Akibatnya, hasil sampel yang dikirimkan menjadi lama diketahui hasilnya. 

"Jika Babel sudah memiliki alat PCR, ini akan memperpendek waktu tunggu untuk memastikan seorang pasti Covid atau nggak. Sehingga PDP akan lebih cepat dipastikan diagnosisnya COVID-19 atau tidak. Serta penanganan pasien akan lebih cepat dan pasti," ujarnya.

Dengan penanganan yang cepat dan tepat, ini akan memperbesar kemungkinan kesembuhan pada pasien. 

Dijelaskannya, pemeriksaan PCR dilakukan dengan pengambilan spesimen lendir menggunakan swab di hidung dan tenggorokan. Adapun langkahnya yakni sampel yang diambil dilakukan ekstraksi DNA covid yang letaknya di dalam tubuh virus. 

"DNA itu letaknya didalam tubuh virus. DNA itu kita keluarkan dengan menggunakan reagen tertentu. Setelah selesai ektraksi DNA selanjutnya kita masukan ke alat PCR," jelasnya. 

Pada alat PCR nantinya akan menunjukkan hasil, DNA COVID-19 pada sampel akan menempel dengan primer yang ada pada reagen PCR. Selanjutnya DNA yg menempel ini akan diperbanyak (amplifikasi) dengan alat PCR sehingga bisa dibaca oleh alat PCR dan hasilnya akan terbaca positif. 

"Seandainya dalam sampel nggak ada DNA Covid, jadi tidak ada DNA yg akan menempel pada primer dan hasilnya jadi negatif," katanya. 

Pemeriksaan menggunakan PCR adalah metode yang akurat hingga saat ini dalam mendeteksi virus COVID-19. 

"Kita juga harus memiliki tenaga analis terlatih. Kita harapkan waktu alat sudah dipasang dan waktu training tenaga medis kita berbarengan sehingga nanti kita betul-betul siap," ujarnya.

Ia berharap, keberadaan alat PCR dan fasilitas pendukung ini segera hadir di Bangka Belitung. Hal ini sebagai upaya untuk memberikan penanganan yang tepat bagi para pasien dalam pengawasan tanpa harus menunggu hasil yang lebih lama.

Pewarta: Aprionis

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020