Kuala Lumpur (Antara Babel) - Kantor Berita Antara mendesak Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) menunjukkan sikap tegas terhadap kasus Charlie Hebdo dengan mengecam pembunuhan terhadap sejumlah jurnalis majalah tersebut, namun juga menentang tindakan Charlie Hebdo yang memprovokasi Muslim.
"Antara yang mewakili negara berpenduduk mayoritas Muslim meminta OANA dan organisasi media lain mengirimkan protes keras kepada Charlie Hebdo, dan memintanya untuk berhenti menghina Islam serta Nabi Muhammad," ucap Direktur Utama Kantor Berita Antara, Saiful Hadi dalam sidang ke-38 "OANA Executive Board Meeting" di Kuala Lumpur, Sabtu.
Saiful mengatakan, Antara sebagai kantor berita nasional Indonesia mengecam pembunuhan jurnalis Charlie Hebdo, namun juga menentang tindakan Charlie Hebdo yang memprovokasi Muslim.
"Insiden ini seharusnya menjadi pelajaran bagi media lain, terutama media Barat," tukasnya.
Disebutkannya, kantor berita harus berada dalam posisi netral dengan landasan etika, sangat memperhatikan akurasi dan kehati-hatian.
"Prinsip tersebut ditegakkan karena Antara, seperti juga kantor berita lain, merupakan penyedia konten bagi semua pengguna," tegasnya.
Di Indonesia, media sosial menjamur dan hampir tidak mungkin untuk tidak ikut dalam tren itu serta memposisikan diri sebagai humas pemerintah untuk menjawab isu-isu bias yang merugikan negara dan rakyat.
"Akurasi dalam berita adalah penting, prinsip pemberitaan berimbang adalah keharusan dalam berita kami, terutama dalam konflik dua pihak yang seringkali mengarah pada masalah hukum," ujarnya.
Sebagai penyedia konten, Antara selalu menjadi sumber utama berita di Indonesia serta berperan sebagai jendela informasi mengenai Indonesia ke dunia.
Oleh karena itulah, Antara selalu mengirimkan berita-berita terpilih terkait situasi terkini di Indonesia untuk disiarkan ke seluruh dunia, terutama melalui saluran OANA, imbuh dia.
Puluhan berita yang meliputi berbagai kategori termasuk berita ekonomi, politik, sosial budaya dimuat naik dalam laman OANA, sementara Antara juga memuat turun berita-berita penting dan menarik dari kantor-kantor berita anggota OANA untuk konsumsi berita di dalam negeri.
Saiful meminta rekan-rekan OANA untuk berbagi berita terbaik dan menggunakannya sebagai sumber informasi resmi dan kredibel, daripada mengambil berita dari media lain yang seringkali membuat berita bias hanya untuk kepentingan mereka sendiri.
Komunitas OANA
Sementara itu, General Manager Kantor Berita Bernama, Datuk Zulkefli Salleh mengatakan bahwa anggota OANA perlu membuat sebuah komunitas, demi meningkatkan kerja sama antara sesama anggota guna menghadapi berbagai macam tantangan.
Dikatakannya, melalui pembentukan Komunitas OANA maka anggotanya akan dapat melaksanakan segala kegiatan dengan lebih aktif serta berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan saat ini dan dimasa mendatang.
"Lebih penting lagi, komunitas tersebut dapat mempermudah anggota OANA menerima berita tentang perkembangan dan peristiwa yang berlaku di negara satu sama lain menurut perspektif kantor berita mereka sendiri," tuturnya.
Zulkefli menjelaskan perkumpulan 10 negara anggota ASEAN akan menjalani komunitas ASEAN tahun ini, dan tentunya menjadi sesuatu yang menarik sekiranya OANA yang beranggotakan 44 kantor berita di kawasan Asia Pasifik ini membentuk komunitasnya sendiri.
"Kini konsep 'komunitas' tidak lagi terbatas dari segi geografi karena dengan internet, masyarakat bisa berhubungan di dunia maya," ucapnya.
Apalagi, lanjut dia, dengan adanya komunitas OANA tersebut maka bisa mendorong para anggotanya memainkan peranan lebih besar dalam masyarakat dan negara masing-masing.
"Bayangkan, jika semua anggota menyumbang berita setiap hari kepada pusat himpunan berita OANA, kita akan mempunyai lebih banyak berita untuk dibuat pilihan," tambahnya.
Dalam sidang OANA tahun ini, Kantor Berita Bernama mendapat kehormatan menjadi tuan rumah yang dihadiri sekitar 40 pemimpin kantor berita dari 16 negara anggotanya.
Perwakilan kantor berita yang hadir di antaranya dari TASS, Rusia, Xinhua (Tiongkok), Yonhap (Korea Selatan), Antara (Indonesia), IRNA (Iran), WAM (UEA), VNA (Vietnam), BNA (Bahrain) dan sejumlah negara lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015
"Antara yang mewakili negara berpenduduk mayoritas Muslim meminta OANA dan organisasi media lain mengirimkan protes keras kepada Charlie Hebdo, dan memintanya untuk berhenti menghina Islam serta Nabi Muhammad," ucap Direktur Utama Kantor Berita Antara, Saiful Hadi dalam sidang ke-38 "OANA Executive Board Meeting" di Kuala Lumpur, Sabtu.
Saiful mengatakan, Antara sebagai kantor berita nasional Indonesia mengecam pembunuhan jurnalis Charlie Hebdo, namun juga menentang tindakan Charlie Hebdo yang memprovokasi Muslim.
"Insiden ini seharusnya menjadi pelajaran bagi media lain, terutama media Barat," tukasnya.
Disebutkannya, kantor berita harus berada dalam posisi netral dengan landasan etika, sangat memperhatikan akurasi dan kehati-hatian.
"Prinsip tersebut ditegakkan karena Antara, seperti juga kantor berita lain, merupakan penyedia konten bagi semua pengguna," tegasnya.
Di Indonesia, media sosial menjamur dan hampir tidak mungkin untuk tidak ikut dalam tren itu serta memposisikan diri sebagai humas pemerintah untuk menjawab isu-isu bias yang merugikan negara dan rakyat.
"Akurasi dalam berita adalah penting, prinsip pemberitaan berimbang adalah keharusan dalam berita kami, terutama dalam konflik dua pihak yang seringkali mengarah pada masalah hukum," ujarnya.
Sebagai penyedia konten, Antara selalu menjadi sumber utama berita di Indonesia serta berperan sebagai jendela informasi mengenai Indonesia ke dunia.
Oleh karena itulah, Antara selalu mengirimkan berita-berita terpilih terkait situasi terkini di Indonesia untuk disiarkan ke seluruh dunia, terutama melalui saluran OANA, imbuh dia.
Puluhan berita yang meliputi berbagai kategori termasuk berita ekonomi, politik, sosial budaya dimuat naik dalam laman OANA, sementara Antara juga memuat turun berita-berita penting dan menarik dari kantor-kantor berita anggota OANA untuk konsumsi berita di dalam negeri.
Saiful meminta rekan-rekan OANA untuk berbagi berita terbaik dan menggunakannya sebagai sumber informasi resmi dan kredibel, daripada mengambil berita dari media lain yang seringkali membuat berita bias hanya untuk kepentingan mereka sendiri.
Komunitas OANA
Sementara itu, General Manager Kantor Berita Bernama, Datuk Zulkefli Salleh mengatakan bahwa anggota OANA perlu membuat sebuah komunitas, demi meningkatkan kerja sama antara sesama anggota guna menghadapi berbagai macam tantangan.
Dikatakannya, melalui pembentukan Komunitas OANA maka anggotanya akan dapat melaksanakan segala kegiatan dengan lebih aktif serta berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan saat ini dan dimasa mendatang.
"Lebih penting lagi, komunitas tersebut dapat mempermudah anggota OANA menerima berita tentang perkembangan dan peristiwa yang berlaku di negara satu sama lain menurut perspektif kantor berita mereka sendiri," tuturnya.
Zulkefli menjelaskan perkumpulan 10 negara anggota ASEAN akan menjalani komunitas ASEAN tahun ini, dan tentunya menjadi sesuatu yang menarik sekiranya OANA yang beranggotakan 44 kantor berita di kawasan Asia Pasifik ini membentuk komunitasnya sendiri.
"Kini konsep 'komunitas' tidak lagi terbatas dari segi geografi karena dengan internet, masyarakat bisa berhubungan di dunia maya," ucapnya.
Apalagi, lanjut dia, dengan adanya komunitas OANA tersebut maka bisa mendorong para anggotanya memainkan peranan lebih besar dalam masyarakat dan negara masing-masing.
"Bayangkan, jika semua anggota menyumbang berita setiap hari kepada pusat himpunan berita OANA, kita akan mempunyai lebih banyak berita untuk dibuat pilihan," tambahnya.
Dalam sidang OANA tahun ini, Kantor Berita Bernama mendapat kehormatan menjadi tuan rumah yang dihadiri sekitar 40 pemimpin kantor berita dari 16 negara anggotanya.
Perwakilan kantor berita yang hadir di antaranya dari TASS, Rusia, Xinhua (Tiongkok), Yonhap (Korea Selatan), Antara (Indonesia), IRNA (Iran), WAM (UEA), VNA (Vietnam), BNA (Bahrain) dan sejumlah negara lainnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015