Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Presiden RI Joko Widodo menyampaikan tiga hal utama saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 Developing Eight (D-8), melalui telekonferensi dari Istana Negara, Jakarta, Kamis.

"Presiden mengharapkan negara-negara D-8 dapat menjadi bagian penting agar dunia dapat segera keluar dari pandemi. Presiden menegaskan tiga hal utama di mana negara-negara D-8 dapat berkontribusi," ujar Menlu saat memberikan keterangan pers secara virtual di Jakarta, Kamis malam.

Pertama, Presiden menyampaikan negara-negara D-8 harus dapat mendorong akses keadilan terhadap vaksin. Ketersediaan dan keterjangkauan vaksin adalah kunci keluar dari krisis.

Presiden mengajak pimpinan negara-negara D-8 menolak nasionalisme vaksin dan mendorong vaksin multilateral.

"Ditegaskan oleh Presiden vaksin COVID-19 adalah barang publik global, oleh sebab itu dunia perlu bersatu memproduksi dan mendistribusikan vaksin untuk semua," jelas Menlu.

Artinya, kata Menlu, dunia harus dapat menggandakan kapasitas produksi yakni tidak boleh ada restriksi terhadap produksi dan distribusi vaksin.

Menurut Menlu, Presiden menegaskan negara-negara D-8 dapat menawarkan kapasitas produksi yang dimilikinya untuk meningkatkan produksi serta mendorong akses yang sama terhadap vaksin dan mendorong transfer teknologi.

"Beberapa negara D-8 termasuk Indonesia tengah mengembangkan vaksin mandiri, atau vaksin Merah Putih dalam hal di Indonesia. D-8 harus membuka kerja sama pengembangan dan produksi vaksin ke depan," ujarnya.

Poin kedua yang disampaikan Presiden, negara-negara D-8 harus berkontribusi dalam pemulihan ekonomi global. Dengan potensi perdagangan antarnegara anggota yang melebihi 1,5 triliun dolar AS, negara-negara D-8 dapat berkontribusi besar dalam pemulihan ekonomi global.

Presiden mendorong fasilitasi perdagangan intranegara D-8 dan meminta hambatan perdagangan diminimalkan. Intensifikasi intraperdagangan antarnegara D-8 juga perlu terus didorong.

Poin ketiga yang diutarakan Presiden, negara-negara D-8 harus mengembangkan teknologi digital.

Presiden menekankan digitalisasi, artificial intelligence, computing power, biga data dan data analytic telah melahirkan terobosan-terobosan baru.

Menurut Presiden, sektor-sektor tersebut merupakan ekonomi masa depan. Negara-negara D-8 harus memanfaatkan teknologi tersebut untuk menyejahterakan rakyat.

"Negara-negara D-8 memiliki potensi besar dan demografi penduduk muda 323 juta orang atau 27,3 persen. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan penduduk muda negara-negara G7 yang sebesar 135 juta orang atau 17,3 persen dari total populasi," kata dia.

Menurut Menlu, Presiden juga menyampaikan investasi kaum muda adalah investasi masa depan. Presiden menggarisbawahi agar investasi dapat terus ditumbuhkan.

Selain itu industri start-up harus terus didorong dan negara-negara D-8 sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim dapat terus mengembangkan industri syariah.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021