Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Kepemudaan Olahraga (Disparbudkepora) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menemukan sebuah objek wisata pantai yang baru saja selesai dikelola.
"Kami menelusuri daerah pesisir yang tidak bisa dilalui kendaraan biasa, ada sebuah pantai yang kami singgahi yaitu pantai cemara. Pantai ini sangat menarik dimana pengelolaannya sangat bagus sekali," kata Suharto yang merupakan pendiri komunitas Jeep Babel, didampingi Kapolres Bangka, AKBP Widi Haryawan dan Wakil Ketua DPRD Bangka, Mendra beserta rombongan komunitas Jeep saat mengadakan tour wisata yang dipusatkan di pesisir pantai Kabupaten Bangka.
Salah satu pengelolaan wisata pantai cemara yang menjadi perhatian Kadisparbudkepora itu adalah konsep yang dibuat bukan hanya memelihara alam pantai saja, namun alam bekas galian tambang timah dapat di tata sedemikian rupa menjadi sebuah objek wisata yang bisa mendatangkan wisatawan.
"Penataannya sangat menarik sekali, mereka mengelola alam ini menjadi outbond, kemudian hutan mangrove disekitarnya sangat terjaga, kemitraan dengan masyrakat sangat dekat sekali dengan menyediakan lahan 3 hektar masyarakat bisa memelihara bebek, ikan dan kepiting. Konsep ini sangat dinikmati masyarakat dengan sumberdaya alam yang ada," ujarnya.
Menurut Suharto, kemitraan seperti ini yang harus diedukasi kepada pengelola yang ingin mengembangkan wisata di Babel. Sekarang pariwisata sudah banyak dilirik para pengusaha yang mengelola alam rusak di tata ulang menjadi wisata menarik.
"Saya merasa bangga dengan pihak ketiga yang mengelola dengan modal dan berjuang sendiri, namun semua itu untuk masyarakat di sekitar. Ke depan bisa saja menjadi desa wisata," ujarnya.
Konsep pengembangan wisata harus dihidupkan lagi. Pertumbuhan pariwisata pada titik sentral yang kami lalui hampir semua dikunjungi masyarakat. Semoga ini bisa menjadi sentral destinasi wisata, namun jangan sampai dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Di akhir perjalanan menjelajahi tempat wisata, Suharto merasa sedih melihat adanya pesisir pantai yang dipenuhi dengan tambak udang, sehingga pemerintah sekarang tidak bisa berjalan jika semua alam untuk pengembangan wisata dirubah menjadi tambak udang.
"Saya sebagai Kadisparbudkepora bagaimana mau mengembangkan dan menjual wisata Babel kalau semua ini sudah dialih fungsikan. Namun semua ini bukan urusan saya. Harusnya pihak-pihak terkait ikut turun ke lapangan untuk melihat semua ini," ujarnya.
Sementara itu, pengelola pantai cemara, Fuad menjelaskan lahan seluas 26 hektar yang ia siapkan merupakan awalnya tanah keluarga, namun keberadaan lahan di zona hutan pihaknya telah mendapat izin pengelolaan dari pemerintah daerah untuk mengembangkannya menjadi objek wisata.
"Kami mengembangkan objek wisata ini tidak memprioritaskan dulu pantainya, namun kami mengembangkan di daerah sekitarnya seperti pembangunan outbond, area makan untuk pengunjung, coolstage dan betpark, nanti kita usahakan menjadi satu kesatuan yang lengkap," ujarnya.
Fuad sebagai pelaku pengembang wisata Babel menyebutkan, dukungan dari pemerintah daerah belum begitu aktif cenderung pasif.
"Saya berharap pemerintah pro aktif, kami sangat butuh dukungan sepenuhnya," harapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021
"Kami menelusuri daerah pesisir yang tidak bisa dilalui kendaraan biasa, ada sebuah pantai yang kami singgahi yaitu pantai cemara. Pantai ini sangat menarik dimana pengelolaannya sangat bagus sekali," kata Suharto yang merupakan pendiri komunitas Jeep Babel, didampingi Kapolres Bangka, AKBP Widi Haryawan dan Wakil Ketua DPRD Bangka, Mendra beserta rombongan komunitas Jeep saat mengadakan tour wisata yang dipusatkan di pesisir pantai Kabupaten Bangka.
Salah satu pengelolaan wisata pantai cemara yang menjadi perhatian Kadisparbudkepora itu adalah konsep yang dibuat bukan hanya memelihara alam pantai saja, namun alam bekas galian tambang timah dapat di tata sedemikian rupa menjadi sebuah objek wisata yang bisa mendatangkan wisatawan.
"Penataannya sangat menarik sekali, mereka mengelola alam ini menjadi outbond, kemudian hutan mangrove disekitarnya sangat terjaga, kemitraan dengan masyrakat sangat dekat sekali dengan menyediakan lahan 3 hektar masyarakat bisa memelihara bebek, ikan dan kepiting. Konsep ini sangat dinikmati masyarakat dengan sumberdaya alam yang ada," ujarnya.
Menurut Suharto, kemitraan seperti ini yang harus diedukasi kepada pengelola yang ingin mengembangkan wisata di Babel. Sekarang pariwisata sudah banyak dilirik para pengusaha yang mengelola alam rusak di tata ulang menjadi wisata menarik.
"Saya merasa bangga dengan pihak ketiga yang mengelola dengan modal dan berjuang sendiri, namun semua itu untuk masyarakat di sekitar. Ke depan bisa saja menjadi desa wisata," ujarnya.
Konsep pengembangan wisata harus dihidupkan lagi. Pertumbuhan pariwisata pada titik sentral yang kami lalui hampir semua dikunjungi masyarakat. Semoga ini bisa menjadi sentral destinasi wisata, namun jangan sampai dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Di akhir perjalanan menjelajahi tempat wisata, Suharto merasa sedih melihat adanya pesisir pantai yang dipenuhi dengan tambak udang, sehingga pemerintah sekarang tidak bisa berjalan jika semua alam untuk pengembangan wisata dirubah menjadi tambak udang.
"Saya sebagai Kadisparbudkepora bagaimana mau mengembangkan dan menjual wisata Babel kalau semua ini sudah dialih fungsikan. Namun semua ini bukan urusan saya. Harusnya pihak-pihak terkait ikut turun ke lapangan untuk melihat semua ini," ujarnya.
Sementara itu, pengelola pantai cemara, Fuad menjelaskan lahan seluas 26 hektar yang ia siapkan merupakan awalnya tanah keluarga, namun keberadaan lahan di zona hutan pihaknya telah mendapat izin pengelolaan dari pemerintah daerah untuk mengembangkannya menjadi objek wisata.
"Kami mengembangkan objek wisata ini tidak memprioritaskan dulu pantainya, namun kami mengembangkan di daerah sekitarnya seperti pembangunan outbond, area makan untuk pengunjung, coolstage dan betpark, nanti kita usahakan menjadi satu kesatuan yang lengkap," ujarnya.
Fuad sebagai pelaku pengembang wisata Babel menyebutkan, dukungan dari pemerintah daerah belum begitu aktif cenderung pasif.
"Saya berharap pemerintah pro aktif, kami sangat butuh dukungan sepenuhnya," harapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021