Bintang bulu tangkis Jepang Kento Momota mengaku sempat merasa khawatir mungkin tidak akan pernah bermain di Olimpiade setelah riwayat kecelakaan dalam kariernya, tetapi dia merasa "positif" tentang penampilannya Olimpiade Tokyo nanti.
Pemain tunggal putra nomor satu dunia itu dilarang oleh tim Jepang untuk berlaga di Olimpiade Rio pada 2016 karena tersangkut kasus perjudian ilegal. Selain itu, ia juga hampir terpaksa pensiun tahun lalu setelah mengalami cedera serius dalam sebuah kecelakaan mobil.
Akan tetapi, penundaan Olimpiade Tokyo yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pandemi virus corona itu memberinya waktu untuk memulihkan diri, dan dia mengincar medali emas saat melakukan debut Olimpiade pada akhir Juli.
"Ketika Olimpiade ditunda satu tahun dan kemudian ada berita bahwa itu (Olimpiade) mungkin dibatalkan, saya kerap berpikir mungkin saya tidak bisa bermain di Olimpiade," ujar Momota dikutip dari laman resmi AFP, Kamis.
"Banyak orang telah bekerja keras untuk bersaing, dan saya baru saja mencoba untuk memblokir pikiran-pikiran negatif dan melakukan hal-hal yang saya bisa, yang bisa saya kendalikan," tambahnya.
Ia pun mengakui kebugaran fisiknya telah meningkat sedikit demi sedikit, dan merasa sangat baik menjelang turnamen bergengsi itu.
"Saya tidak ingin memikirkan hal-hal negatif, saya hanya memikirkan hal-hal yang positif," ujar Momota.
Momota tak tertandingi pada 2019. Ia memenangkan 11 gelar, termasuk Kejuaraan Dunia, Kejuaraan Asia dan All England Open.
Namun setelah itu ia mengungkapkan semangatnya hampir hancur akibat kecelakaan mobil yang ia alami pada Januari 2020, beberapa jam setelah dia menyabet gelar juara Malaysia Masters. Kecelakaan itu menewaskan pengemudi kendaraan yang ia tumpangi saat hendak menuju bandara.
Akibat kecelakaan tersebut, Momota harus menjalani operasi pada rongga mata yang retak setelah penglihatannya sempat kabur saat sedang berlatih, dan ia sangat khawatir kariernya akan berakhir.
"Saya pikir yang benar-benar bisa menguatkan saya adalah mental," tutur Momota.
"Saya harus menghadapi banyak kesulitan, dan fakta bahwa saya telah bekerja keras untuk bisa sampai ke sini memberi saya kepercayaan diri untuk mengikuti kompetisi ini (Olimpiade)," sambungnya.
Benar-benar kesepian
Setelah hampir satu tahun absen, Momota akhirnya mampu melakukan comeback dalam Kejuaraan Nasional Jepang yang digelar pada Desember 2020.
Namun harapannya untuk bisa kembali ke kompetisi internasional Thailand Open pada Januari 2021 pupus ketika dia dinyatakan positif terjangkit COVID-19 di bandara Jepang sebelum ia berangkat.
Satu-satunya penampilan Momota tahun ini, yaitu di All England Open yang berlangsung Maret. Sayangnya, ia kalah di perempat final melawan Lee Zii Jia asal Malaysia.
"Penting bagi saya untuk merasakan atmosfer pertandingan yang nyata," ungkap Momota.
"Tidak ada penonton di arena dan rasanya sangat sepi. Saya tidak bisa berkonsentrasi dan tidak bisa tenang. Ini yang jadi perhatian saya selama melakukan latihan."
Momota selanjutnya akan bertarung menghadapi sejumlah pemain top dunia dalam Olimpiade Tokyo, diantaranya Viktor Axelsen dan Anders Antonsen dari Denmark di Tokyo, serta juara bertahan asal China Chen Long.
Meski pandemi telah memaksa berbagai turnamen di seluruh dunia dibatalkan, Momota mengaku tidak khawatir menghadapi lawan-lawannya.
"Saya belum bisa sepenuhnya memahami karakteristik dan gaya bermain mereka (lawan main), sebaliknya, mereka juga pasti mengalami hal yang sama," papar Momota.
"Semua orang berada di kapal yang sama, jadi Anda benar-benar harus fokus memainkan permainan Anda sendiri sebaik mungkin," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021
Pemain tunggal putra nomor satu dunia itu dilarang oleh tim Jepang untuk berlaga di Olimpiade Rio pada 2016 karena tersangkut kasus perjudian ilegal. Selain itu, ia juga hampir terpaksa pensiun tahun lalu setelah mengalami cedera serius dalam sebuah kecelakaan mobil.
Akan tetapi, penundaan Olimpiade Tokyo yang belum pernah terjadi sebelumnya karena pandemi virus corona itu memberinya waktu untuk memulihkan diri, dan dia mengincar medali emas saat melakukan debut Olimpiade pada akhir Juli.
"Ketika Olimpiade ditunda satu tahun dan kemudian ada berita bahwa itu (Olimpiade) mungkin dibatalkan, saya kerap berpikir mungkin saya tidak bisa bermain di Olimpiade," ujar Momota dikutip dari laman resmi AFP, Kamis.
"Banyak orang telah bekerja keras untuk bersaing, dan saya baru saja mencoba untuk memblokir pikiran-pikiran negatif dan melakukan hal-hal yang saya bisa, yang bisa saya kendalikan," tambahnya.
Ia pun mengakui kebugaran fisiknya telah meningkat sedikit demi sedikit, dan merasa sangat baik menjelang turnamen bergengsi itu.
"Saya tidak ingin memikirkan hal-hal negatif, saya hanya memikirkan hal-hal yang positif," ujar Momota.
Momota tak tertandingi pada 2019. Ia memenangkan 11 gelar, termasuk Kejuaraan Dunia, Kejuaraan Asia dan All England Open.
Namun setelah itu ia mengungkapkan semangatnya hampir hancur akibat kecelakaan mobil yang ia alami pada Januari 2020, beberapa jam setelah dia menyabet gelar juara Malaysia Masters. Kecelakaan itu menewaskan pengemudi kendaraan yang ia tumpangi saat hendak menuju bandara.
Akibat kecelakaan tersebut, Momota harus menjalani operasi pada rongga mata yang retak setelah penglihatannya sempat kabur saat sedang berlatih, dan ia sangat khawatir kariernya akan berakhir.
"Saya pikir yang benar-benar bisa menguatkan saya adalah mental," tutur Momota.
"Saya harus menghadapi banyak kesulitan, dan fakta bahwa saya telah bekerja keras untuk bisa sampai ke sini memberi saya kepercayaan diri untuk mengikuti kompetisi ini (Olimpiade)," sambungnya.
Benar-benar kesepian
Setelah hampir satu tahun absen, Momota akhirnya mampu melakukan comeback dalam Kejuaraan Nasional Jepang yang digelar pada Desember 2020.
Namun harapannya untuk bisa kembali ke kompetisi internasional Thailand Open pada Januari 2021 pupus ketika dia dinyatakan positif terjangkit COVID-19 di bandara Jepang sebelum ia berangkat.
Satu-satunya penampilan Momota tahun ini, yaitu di All England Open yang berlangsung Maret. Sayangnya, ia kalah di perempat final melawan Lee Zii Jia asal Malaysia.
"Penting bagi saya untuk merasakan atmosfer pertandingan yang nyata," ungkap Momota.
"Tidak ada penonton di arena dan rasanya sangat sepi. Saya tidak bisa berkonsentrasi dan tidak bisa tenang. Ini yang jadi perhatian saya selama melakukan latihan."
Momota selanjutnya akan bertarung menghadapi sejumlah pemain top dunia dalam Olimpiade Tokyo, diantaranya Viktor Axelsen dan Anders Antonsen dari Denmark di Tokyo, serta juara bertahan asal China Chen Long.
Meski pandemi telah memaksa berbagai turnamen di seluruh dunia dibatalkan, Momota mengaku tidak khawatir menghadapi lawan-lawannya.
"Saya belum bisa sepenuhnya memahami karakteristik dan gaya bermain mereka (lawan main), sebaliknya, mereka juga pasti mengalami hal yang sama," papar Momota.
"Semua orang berada di kapal yang sama, jadi Anda benar-benar harus fokus memainkan permainan Anda sendiri sebaik mungkin," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021