Pertunjukan koleksi adibusana atau "haute couture" dari rumah mode Dior di taman Muse Rodin paga gelaran Paris Fashion Week memang tampak "sangat Parisian", namun untuk musim ini hati desainer Maria Grazia Chiuri tertambat di India.

Ada anggapan bahwa bordir India adalah sesuatu yang murah, kata Chiuri sebelum pertunjukan dikutip dari The Guardian, Rabu.

Kami banyak berbicara tentang studio luar biasa yang kami miliki di sini di Avenue Montaigne. Tetapi perajin India membuat bordir dengan pengetahuan dan keahlian serta kedalaman tradisi yang sama dengan bordir di Prancis dan Italia. Keunggulan ini bukan hanya milik kita, tambah Chiuri.

Pakaian di atas catwalk memang sengaja dibuat sederhana. Jaket Bar dengan kancing ganda dibuat dari wol ecru yang tidak dikelantang. Dalam kain krep sutra Maroko hitam matte untuk siang hari atau lam perak halus untuk malam hari, serta tampilan gaun dengan garis rapi dan menjuntai seperti gaun tidur.

Chiuri ingin sorotan pada pagelaran busana kali ini tidak hanya pada pakaian semata, namun pada kerajinan tangan yang otentik seperti permadani luas yang menghiasi tempat pertunjukan, hasil karya retrospektif dua seniman India, Madhvi dan Manu Parekh, yang disulam oleh Chanakya School of Craft di Mumbai.

Karishma Swali, direktur sekolah tersebut, menggambarkan instalasi, yang akan dibuka untuk umum hingga 30 Januari, sebagai galeri seni dan perayaan hubungan antara seniman dan perajin.

Karya Madhvi Parekh mengacu pada seni rakyat, kerajinan desa dan simbol energi perempuan. Sedangkan suaminya Manu condong ke arah modernisme dan abstraksi. Pertunjukan ini menandai kolaborasi pertama Chiuri dengan artis pria, mengingat selama ini Chiuri lebih banyak bermitra dengan artis wanita di berbagai media untuk banyak koleksi Dior sebelumnya.

Chiuri telah bekerja dengan Swali dan bengkelnya sejak 1995, saat dia masih mendesain untuk rumah mode Fendi.

Kami berbagi koneksi, karena di Italia, tempat saya berasal, dan di India, ada masalah generasi dengan menghilangnya savoir-faire (kemampuan sosial, dalam hal ini terkait budaya kerajinan tangan). Keluarga mendorong anak-anak mereka untuk belajar atau ke pekerjaan seperti menjadi dokter, karena dalam mode kita terlalu banyak berbicara tentang desainer yang membuat sketsa dan tidak cukup tentang semua pekerjaan penting lainnya, kata Chiuri.

Sementara para perajin Mumbai menghabiskan 200.000 jam untuk membuat permadani raksasa dari benang nabati organik, Chiuri disibukkan dengan kaus kaki bersulam kristal, dan sepatu yang seluruh bagian tumitnya disulam.
 

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022