Wakil Menteri (Wamen) BUMN I Pahala Nugraha Mansury mendorong PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) berperan besar terhadap ketahanan pangan dan energi guna melalui upaya pengembangan pabrik NPK dan pengembangan Klaster Industri Hijau.
"Kami berharap pabrik NPK ini bisa diselesaikan dan dikomersialisasikan pada November atau Desember tahun ini," kata Pahala dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Pahala melakukan kunjungan kerja ke anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) yakni PT PIM di Lhokseumawe, Aceh, yang tengah melakukan sejumlah peningkatan kapasitas produksi antara lain melalui pembangunan pabrik NPK berkapasitas 500 ribu ton per tahun dan reaktivasi pabrik urea PIM-1.
Hal itu, lanjutnya, merupakan langkah besar pengembangan PT PIM ke depan. "Alhamdulillah, tadi saya dilaporkan Direksi PT PP, perkembangannya cukup baik dan penyelesaiannya bisa dicapai sekitar November," kata Pahala.
Lebih lanjut ia menyebutkan saat ini kebutuhan nasional pupuk NPK sekitar 8 juta ton, sedangkan kapasitas produksi Pupuk Indonesia Grup 3,4 juta ton. "Tambahan kapasitas produksi sebesar 500 ribu ton ini tentunya berkontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pupuk NPK nasional," kata dia.
Pabrik NPK itu, lanjutnya, harus didukung oleh pemenuhan feedstock atau bahan baku yang baik, terutama bahan baku potas atau kalium yang berasal dari Rusia.
Pahala juga mendukung upaya PT PIM mereaktivasi pabrik PIM-1 yang diharapkan dapat menambah kapasitas produksi urea. Namun tantangannya adalah pasokan gas.
"Saat ini kita sedang menunggu bagaimana dapat memperoleh pasokan gas untuk reaktivasi PIM-1, dimana kita ketahui kebutuhannya adalah sekitar 55 MMSCFD. Jadi ini sedang kita upayakan dengan berkoordinasi dengan holding Pupuk Indonesia, juga Pertamina dan PGN," kata Pahala.
Lebih jauh ia mengatakan Kementerian BUMN juga mempunyai inisiatif pengembangan Klaster Industri Hijau dan salah satu komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan di PT PIM adalah Blue dan Green Ammonia.
"Kami berharap kawasan industri ini bisa segera direalisasikan. Dengan adanya Klaster Industri Hijau menjadikan PT PIM bukan hanya perusahaan pupuk, tapi juga perusahaan yang bisa mendukung ketahanan pangan dan ketahanan energi," katanya.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Bisnis Pupuk Indonesia Jamsaton Nababan mengungkapkan pengembangan kawasan itu sesuai dengan strategi house green industry cluster Kementerian BUMN yang menargetkan reduksi karbon hingga 29 persen pada 2030 dan net-zero emission pada 2060.
Strategi yang dilakukan antara lain pemanfaatan energi baru dan terbarukan, implementasi teknologi carbon capture, peningkatan efisiensi, serta pengembangan bisnis dan industri ramah lingkungan.
Terkait pasokan gas untuk reaktivasi PIM-1, pihaknya telah mengajukan permohonan dukungan kepada Kementerian ESDM untuk pengadaan LNG, baik melalui pasokan dalam negeri maupun impor. "Kementerian ESDM juga telah merespons dan memberikan dukungannya untuk pengadaan LNG tersebut," katanya.
Direktur Utama PT PIM Budi Santoso Syarif menyatakan siap mewujudkan Klaster Industri Hijau. "Kami juga didukung oleh lokasi yang strategis, serta fasilitas dan utilitas pendukung yang memadai, seperti pelabuhan, jaringan interkoneksi listrik dan air, serta jaringan pipa gas," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
"Kami berharap pabrik NPK ini bisa diselesaikan dan dikomersialisasikan pada November atau Desember tahun ini," kata Pahala dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Pahala melakukan kunjungan kerja ke anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) yakni PT PIM di Lhokseumawe, Aceh, yang tengah melakukan sejumlah peningkatan kapasitas produksi antara lain melalui pembangunan pabrik NPK berkapasitas 500 ribu ton per tahun dan reaktivasi pabrik urea PIM-1.
Hal itu, lanjutnya, merupakan langkah besar pengembangan PT PIM ke depan. "Alhamdulillah, tadi saya dilaporkan Direksi PT PP, perkembangannya cukup baik dan penyelesaiannya bisa dicapai sekitar November," kata Pahala.
Lebih lanjut ia menyebutkan saat ini kebutuhan nasional pupuk NPK sekitar 8 juta ton, sedangkan kapasitas produksi Pupuk Indonesia Grup 3,4 juta ton. "Tambahan kapasitas produksi sebesar 500 ribu ton ini tentunya berkontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pupuk NPK nasional," kata dia.
Pabrik NPK itu, lanjutnya, harus didukung oleh pemenuhan feedstock atau bahan baku yang baik, terutama bahan baku potas atau kalium yang berasal dari Rusia.
Pahala juga mendukung upaya PT PIM mereaktivasi pabrik PIM-1 yang diharapkan dapat menambah kapasitas produksi urea. Namun tantangannya adalah pasokan gas.
"Saat ini kita sedang menunggu bagaimana dapat memperoleh pasokan gas untuk reaktivasi PIM-1, dimana kita ketahui kebutuhannya adalah sekitar 55 MMSCFD. Jadi ini sedang kita upayakan dengan berkoordinasi dengan holding Pupuk Indonesia, juga Pertamina dan PGN," kata Pahala.
Lebih jauh ia mengatakan Kementerian BUMN juga mempunyai inisiatif pengembangan Klaster Industri Hijau dan salah satu komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan di PT PIM adalah Blue dan Green Ammonia.
"Kami berharap kawasan industri ini bisa segera direalisasikan. Dengan adanya Klaster Industri Hijau menjadikan PT PIM bukan hanya perusahaan pupuk, tapi juga perusahaan yang bisa mendukung ketahanan pangan dan ketahanan energi," katanya.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Bisnis Pupuk Indonesia Jamsaton Nababan mengungkapkan pengembangan kawasan itu sesuai dengan strategi house green industry cluster Kementerian BUMN yang menargetkan reduksi karbon hingga 29 persen pada 2030 dan net-zero emission pada 2060.
Strategi yang dilakukan antara lain pemanfaatan energi baru dan terbarukan, implementasi teknologi carbon capture, peningkatan efisiensi, serta pengembangan bisnis dan industri ramah lingkungan.
Terkait pasokan gas untuk reaktivasi PIM-1, pihaknya telah mengajukan permohonan dukungan kepada Kementerian ESDM untuk pengadaan LNG, baik melalui pasokan dalam negeri maupun impor. "Kementerian ESDM juga telah merespons dan memberikan dukungannya untuk pengadaan LNG tersebut," katanya.
Direktur Utama PT PIM Budi Santoso Syarif menyatakan siap mewujudkan Klaster Industri Hijau. "Kami juga didukung oleh lokasi yang strategis, serta fasilitas dan utilitas pendukung yang memadai, seperti pelabuhan, jaringan interkoneksi listrik dan air, serta jaringan pipa gas," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022