Keberadaan platform digital mempermudah pencari kerja menemukan lowongan kerja, tapi, mereka harus waspada karena beberapa diantara lowongan yang ada bisa saja palsu.
"Secara psikologis, orang yang sangat terdesak mencari pekerjaan cenderung kurang fokus dalam memeriksa iklan lowongan, sehingga kurang teliti dan antisipatif terhadap modus penipuan yang mungkin terjadi. Situasi ini lah yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum perusahaan palsu," kata direktur di JobStreet Indonesia Varun Mehta, dalam siaran pers diterima di Jakarta, Rabu.
Lowongan kerja palsu bisa berdampak pada kondisi psikologis pencari kerja, dia bisa kehilangan semangat mencari pekerjaan. JobStreet memberikan enam tips supaya terhindar dari lowongan kerja palsu.
1. Pekerjaan yang terlalu bagus
Lowongan kerja bisa jadi penipuan jika menawarkan skenario yang terlalu bagus, misalnya gaji besar untuk tugas-tugas ringan. Orang yang memiliki sedikit pengalaman kerja atau yang mencari pekerjaan paruh waktu perlu waspada dengan tawaran-tawaran seperti itu.
Ketika menemukan iklan lowongan kerja, cek kredibilitas alamat dan nomor telepon perusahaan. Ketika meriset perusahaan dan pekerjaan, cari tahu juga informasi seputar posisi yang ditawarkan seperti deskripsi pekerjaan dan gaji.
2. Hanya di media sosial
Pencari kerja perlu ragu-ragu jika perekrut menghubungi hanya melalui media sosial. Perekrut dari perusahaan resmi biasanya berkomunikasi melalui email, telepon atau aplikasi lowongan kerja, platform yang menampilkan identitas mereka yang sebenarnya.
Beberapa perekrut mungkin mengirim pesan melalui media sosial sebelum beralih ke sarana komunikasi yang lebih formal.
3. Email mencurigakan
Berkomunikasi melalui email pun tidak secara otomatis menandakan bahwa perekrut adalah sah. Pencari kerja harus mencermati isi email lowongan kerja dan alamat email perekrut.
Jika alamat email tidak terkait dengan perusahaan tempat perekrut bekerja, pencari kerja perlu waspada karena bisa saja lowongan itu palsu.
4. Perekrut menanyakan informasi pribadi
Perekrut yang sah hanya tertarik pada hal-hal yang ada di CV pelamar, seperti latar belakang pendidikan, keahlian dan pekerjaan. Waspada jika perekrut meminta lebih banyak informasi pribadi yang membuat tidak nyaman.
Informasi seperti rekening bank hanya boleh diberikan ketika sudah diterima di perusahaan itu. JobStreet menemukan informasi pribadi yang sering diminta pada lowongan kerja palsu adalah KTP, SIM, kartu keluarga, fotokopi ijazah, transksrip nilai dan NPWP secara rinci.
Data-data seperti itu, pada lowongan kerja yang sah, biasanya diminta ketika sudah melewati tahap wawancara.
5. Pekerjaan tanpa surat lamaran
Meski zaman sudah berubah, pencari kerja perlu waspada jika ada orang yang menghubungi dan menawarkan pekerjaan, apalagi jika tidak pernah melamar ke tempat itu.
6. Perekrut meminta uang
Pencari kerja harus waspada jika perekrut meminta uang dengan janji akan mendapat gaji yang lebih besar pada kemudian hari. Jika harus membayar untuk melamar pekerjaan, menurut JobStreet, bisa jadi lowongan itu palsu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
"Secara psikologis, orang yang sangat terdesak mencari pekerjaan cenderung kurang fokus dalam memeriksa iklan lowongan, sehingga kurang teliti dan antisipatif terhadap modus penipuan yang mungkin terjadi. Situasi ini lah yang dimanfaatkan oleh oknum-oknum perusahaan palsu," kata direktur di JobStreet Indonesia Varun Mehta, dalam siaran pers diterima di Jakarta, Rabu.
Lowongan kerja palsu bisa berdampak pada kondisi psikologis pencari kerja, dia bisa kehilangan semangat mencari pekerjaan. JobStreet memberikan enam tips supaya terhindar dari lowongan kerja palsu.
1. Pekerjaan yang terlalu bagus
Lowongan kerja bisa jadi penipuan jika menawarkan skenario yang terlalu bagus, misalnya gaji besar untuk tugas-tugas ringan. Orang yang memiliki sedikit pengalaman kerja atau yang mencari pekerjaan paruh waktu perlu waspada dengan tawaran-tawaran seperti itu.
Ketika menemukan iklan lowongan kerja, cek kredibilitas alamat dan nomor telepon perusahaan. Ketika meriset perusahaan dan pekerjaan, cari tahu juga informasi seputar posisi yang ditawarkan seperti deskripsi pekerjaan dan gaji.
2. Hanya di media sosial
Pencari kerja perlu ragu-ragu jika perekrut menghubungi hanya melalui media sosial. Perekrut dari perusahaan resmi biasanya berkomunikasi melalui email, telepon atau aplikasi lowongan kerja, platform yang menampilkan identitas mereka yang sebenarnya.
Beberapa perekrut mungkin mengirim pesan melalui media sosial sebelum beralih ke sarana komunikasi yang lebih formal.
3. Email mencurigakan
Berkomunikasi melalui email pun tidak secara otomatis menandakan bahwa perekrut adalah sah. Pencari kerja harus mencermati isi email lowongan kerja dan alamat email perekrut.
Jika alamat email tidak terkait dengan perusahaan tempat perekrut bekerja, pencari kerja perlu waspada karena bisa saja lowongan itu palsu.
4. Perekrut menanyakan informasi pribadi
Perekrut yang sah hanya tertarik pada hal-hal yang ada di CV pelamar, seperti latar belakang pendidikan, keahlian dan pekerjaan. Waspada jika perekrut meminta lebih banyak informasi pribadi yang membuat tidak nyaman.
Informasi seperti rekening bank hanya boleh diberikan ketika sudah diterima di perusahaan itu. JobStreet menemukan informasi pribadi yang sering diminta pada lowongan kerja palsu adalah KTP, SIM, kartu keluarga, fotokopi ijazah, transksrip nilai dan NPWP secara rinci.
Data-data seperti itu, pada lowongan kerja yang sah, biasanya diminta ketika sudah melewati tahap wawancara.
5. Pekerjaan tanpa surat lamaran
Meski zaman sudah berubah, pencari kerja perlu waspada jika ada orang yang menghubungi dan menawarkan pekerjaan, apalagi jika tidak pernah melamar ke tempat itu.
6. Perekrut meminta uang
Pencari kerja harus waspada jika perekrut meminta uang dengan janji akan mendapat gaji yang lebih besar pada kemudian hari. Jika harus membayar untuk melamar pekerjaan, menurut JobStreet, bisa jadi lowongan itu palsu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022