Bangka Belitung merupakan Provinsi yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik berupa flora maupun faunanya. Bahkan, ada beberapa wilayah ataupun Desa yang memiliki nama yang berasal dari nama pohon, seperti Desa Nibung yang ada di Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, dan juga Desa Nibung 2, Kecamatan Puding Besar, yang ada di Kabupaten Bangka.

Bukan tanpa sebab, Provinsi yang terkenal akan penghasil lada putih ini, para petaninya memanfaatkan pohon NIbung (Oncosperma tigillarium), sebagai lantai dan dinding pada pondok kebun mereka. Hal itu dikarenakan, pohon Nibung memiliki karakteristik batang yang khas yaitu lurus dengan tekstur yang kuat, kokoh dan tahan rayap. Selain itu, pohon yang tumbuh subur diwilayah Asia Tenggara, termasuk beberapa wilayah di Indonesia ini mempunyai rumpun seperti bambu, dengan diameter batangnya berkisar 38-40 cm ini juga merupakan tanaman sejenis palma.

Selain memiliki manfaat sebagai bahan baku membuat pondok ataupun rumah, pohon Nibung ini juga mempunyai manfaat lainnya, seperti  bunga pohon nibung digunakan untuk mengharumkan beras, sedangkan umbut dan kuncup bunga dapat dibuat sayur. Bahkan buah nibung dapat dipakai sebagai teman makan sirih, pengganti pinang dan durinya yang disebut “pating” dapat dipakai sebagai paku bangunan sesaji dalam upacara adat.

Ciri dari pohon Nibung ini memiliki tinggi batang yang berkisar 9 hingga 25 meter, batangnya yang lurus dan tinggi menjulang seperti pohon pinang, serta tidak bercabang dan juga memiliki duri disekujur batangnya.

Tanaman yang berkembang biak secara vegetative ini, keberadaannya sudah sangat jarang ditemui. Maka perlu campur tangan Pemerintah dalam menjaga kelestarian tanaman ini, dari potensi eksploitasi, dengan melakukan kebijakan daam bidang konservasi, serta mengikutsertakan masyarakat untuk melakukan kegiatan pembudidayaan pohon NIbung.

Sebagai negara megabiodiversitas di dunia, Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah. Meski demikian, tingkat kerusakan hutan karena penebangan, pembakaran hutan, perambahan dan juga alih fungsi hutan selama beberapa waktu terakhir telah menyebabkan ekosistem yang rusak, berupa hilangnya habitat, serta penurunan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia.

*Nurrino Adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Babel*

Pewarta: Nurrino

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023