Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memastikan empat perusahaan pabrik tapioka di Pulau Bangka, PT Bangka Asindo Agri, PT Sinar Baturusa Prima, PT Bemban Jaya Lestari dan CV Sari Bumi Mulya mematok harga beli terendah untuk ubi kasesa petani sebesar Rp1.000 per kilogram.

"Patokan harga minimum itu disampaikan perusahaan dalam rapat konsolidasi ubi kayu kasesa antara perusahaan, petani, penyuluh pertanian dan stakeholders terkait yang difasilitasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel)," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Babel Edi Romdhoni, di Pangkalpinang, Jumat.

Edi mengatakan, sementara PT Surya Mas yang berlokasi di Belitung Timur bersedia membeli hasil panen petani lebih tinggi dengan harga Rp1.175 per kilogram.  

Namun demikian harga beli ubi kasesa yang berlaku di pabrik saat ini masih di atas harga minimum. Untuk tanggal 22 Februari 2023 misalnya PT Bangka Asindo Agri membeli dengan harga Rp1.300 per kilogram. 

PT Sinar Baturusa Prima Rp1.350 per kilogram, sedangkan PT Bemban Jaya Lestari dan CV Sari Bumi Mulya masing-masing membeli hasil panen petani dengan harga Rp1.500 per kilogram. Hanya PT Surya Mas yang membeli ubi kasesa petani sama dengan harga minimum Rp1.175 per kilogram.

"Harga beli minimum yang dipatok perusahaan tidak bisa lagi dinaikkan. Dengan berbagai pertimbangan perusahaan menolak untuk menaikkan harga beli. Sudah mentok, tidak bisa lagi naik," terang Edi.

Edi berharap pihak perusahaan agar mematuhi hasil rapat konsolidasi karena harga beli yang telah disepakati untuk dijalankan secara jujur dan tidak dicurangi.

Dan jika ada petani yang mencampur ubi kasesa dengan ubi lain tolong difoto supaya petani yang komplain ke perusahaan punya alasan, bagaimana tidak dibeli Rp700 per kilogram karena singkongnya bukan kasesa.

"Jika pihak perusahaan ada yang curang membeli Rp900 per kilogram kami akan bawa pasukan untuk menagih komitmen perusahaan. Sebaliknya jika petani menjual yang bukan kasesa kami angkat tangan karena para petani sudah bohong," tegasnya.  

Sementara itu perwakilan PT Bangka Asindo Agri Beverly mengatakan perusahaan tidak berani mengambil resiko untuk membeli hasil panen petani lebih tinggi. Alasannya harga tapioka di pasaran selalu berfluktuasi sehingga pihaknya cuma bisa mematok harga terendah sebesar Rp1.000 per kilogram.

"Namun jika nanti harga tapioka naik, kami pasti akan membeli ubi petani dengan harga yang tinggi pula. Percayalah kami tidak mungkin membeli dengan harga murah," katanya.

Salah seorang petani Hendra Gunawan mengeluhkan rendahnya harga ubi kasesa petani yang dibeli perusahaan. Bahkan hasil panen petani disebutnya sampai membusuk karena tidak dapat masuk pabrik akibat antri selama beberapa hari.

"Bagaimana solusinya jika di saat ubi melimpah kita berbondong-bondong menanam ubi, tapi di saat bahan baku melimpah tidak ada solusi sehingga kita trauma menanam ubi," jelas Hendra.

Menurut Hendra kepedulian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat tinggi, seperti adanya bantuan pupuk organik ke gapoktan-gapoktan. 

"Kita juga apresiasi peran pemerintah daerah mencari investor sangat positif khususnya bagi desa yang bersentuhan langsung dengan pembangunan pabrik," ujarnya.

Pewarta: Elza Elvia

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023