Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengatakan bahwa serangan yang disengaja terhadap pesawat Rusia di wilayah udara internasional akan menjadi pernyataan terbuka untuk perang.
“Serangan yang disengaja terhadap pesawat Rusia di wilayah udara terbuka bukan hanya kejahatan menurut hukum internasional, tetapi pernyataan terbuka untuk perang terhadap kekuatan nuklir terbesar,” kata Antonov dalam pernyataan yang dirilis oleh Kedutaan Besar Rusia di AS melalui Telegram pada Rabu malam (15/3).
Antonov mengatakan bahwa kemungkinan konflik bersenjata antara Rusia dan AS akan sangat berbeda dari perang di Ukraina.
"Apakah Capitol mau mempertaruhkan warga Amerika dan masyarakat internasional dalam bahaya perang nuklir skala penuh? Beri kami jawaban, Senator yang terhormat!," kata dia, merujuk Gedung Kongres AS.
Antonov mengatakan para politisi AS, bukannya pilot Rusia, yang harus dimintai pertanggungjawaban karena menghasut dimulainya konflik apokaliptik.
“Kami tidak mencari konflik dengan kekuatan nuklir. Kami terus menjaga kontak, termasuk melalui Kementerian Pertahanan, untuk mencegah insiden yang tidak disengaja. Saya berharap para politisi AS memiliki sikap yang sama terhadap hubungan dengan Rusia,” kata Antonov.
“Kementerian Pertahanan Rusia sudah menjelaskan secara rinci alasan dan tindakan pilot Rusia dalam insiden kemarin di Laut Hitam. Saya ulangi, bagi mereka yang belum berkumpul untuk melihat situasi secara objektif: pesawat tempur kami tidak melakukan kontak dengan UAV Amerika,” tutur dia menegaskan. UAV adalah singkatan bahasa Inggris untuk pesawat tak berawak.
Pada Selasa (14/3), Pentagon mengatakan bahwa jet tempur Su-27 Rusia bertabrakan dengan pesawat tanpa awak (drone) MQ-9 Reaper, hingga menjatuhkan kendaraan udara tak berawak itu di perairan internasional.
Rusia membantah bahwa jet tempurnya melakukan kontak dengan pesawat tak berawak itu, tetapi mengatakan akan berusaha menarik puing-puing pesawat tak berawak itu.
Antonov sebelumnya mengatakan bahwa drone itu sedang mengumpulkan informasi pengintaian untuk disampaikan ke Ukraina guna menyerang Rusia.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
“Serangan yang disengaja terhadap pesawat Rusia di wilayah udara terbuka bukan hanya kejahatan menurut hukum internasional, tetapi pernyataan terbuka untuk perang terhadap kekuatan nuklir terbesar,” kata Antonov dalam pernyataan yang dirilis oleh Kedutaan Besar Rusia di AS melalui Telegram pada Rabu malam (15/3).
Antonov mengatakan bahwa kemungkinan konflik bersenjata antara Rusia dan AS akan sangat berbeda dari perang di Ukraina.
"Apakah Capitol mau mempertaruhkan warga Amerika dan masyarakat internasional dalam bahaya perang nuklir skala penuh? Beri kami jawaban, Senator yang terhormat!," kata dia, merujuk Gedung Kongres AS.
Antonov mengatakan para politisi AS, bukannya pilot Rusia, yang harus dimintai pertanggungjawaban karena menghasut dimulainya konflik apokaliptik.
“Kami tidak mencari konflik dengan kekuatan nuklir. Kami terus menjaga kontak, termasuk melalui Kementerian Pertahanan, untuk mencegah insiden yang tidak disengaja. Saya berharap para politisi AS memiliki sikap yang sama terhadap hubungan dengan Rusia,” kata Antonov.
“Kementerian Pertahanan Rusia sudah menjelaskan secara rinci alasan dan tindakan pilot Rusia dalam insiden kemarin di Laut Hitam. Saya ulangi, bagi mereka yang belum berkumpul untuk melihat situasi secara objektif: pesawat tempur kami tidak melakukan kontak dengan UAV Amerika,” tutur dia menegaskan. UAV adalah singkatan bahasa Inggris untuk pesawat tak berawak.
Pada Selasa (14/3), Pentagon mengatakan bahwa jet tempur Su-27 Rusia bertabrakan dengan pesawat tanpa awak (drone) MQ-9 Reaper, hingga menjatuhkan kendaraan udara tak berawak itu di perairan internasional.
Rusia membantah bahwa jet tempurnya melakukan kontak dengan pesawat tak berawak itu, tetapi mengatakan akan berusaha menarik puing-puing pesawat tak berawak itu.
Antonov sebelumnya mengatakan bahwa drone itu sedang mengumpulkan informasi pengintaian untuk disampaikan ke Ukraina guna menyerang Rusia.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023