Pesta berlanjut di Tanah Air ketika kontingen SEA Games 2023 diarak di Jakarta, Jumat pagi tadi, sementara di media sosial, cuplikan-cuplikan perjuangan atlet Indonesia masih terus dibagikan warganet kendati SEA Games Kamboja sudah lama berlalu.
Sekalipun hanya finis urutan ketiga di bawah Vietnam dan Thailand dalam daftar perolehan medali, pencapaian Indonesia tahun ini terasa istimewa.
Bukan saja untuk kedua kali berturut-turut Indonesia finis urutan ketiga setelah sejak SEA Games 2013 bolak balik urutan kelima dan keempat, melainkan juga karena sukses kali ini dibarengi dengan berakhirnya penantian 32 tahun medali emas sepak bola SEA Games.
Prestasi sepak bola nasional mungkin tak segemerlap prestasi cabang-cabang olahraga lain, tapi sepak bola tetap cabang yang paling populer di negeri ini dan paling bisa merekatkan siapa pun.
Jajak pendapat di 33 negara yang diadakan lembaga survei IPSOS pada September 2022 menyimpulkan Indonesia sebagai negara dengan penggemar sepak bola terbesar di dunia.
Sebanyak 69 persen dari populasi responden Indonesia yang ditanyai IPSOS, mengaku penggemar sepak bola.
Angka itu di atas juara dunia Argentina yang sebesar 51 persen. Jepang, salah satu tim Asia yang sering tampil dalam turnamen-turnamen besar, bahkan hanya 14 persen.
Survei IPSOS itu hanya salah satu gambaran betapa sukanya masyarakat Indonesia pada sepak bola.
Lihat saja stadion-stadion atau lapangan-lapangan yang menggelar pertandingan sepak bola, di mana saja.
Orang Indonesia selalu antusias menyaksikan laga sepak bola nasional baik langsung maupun tidak langsung termasuk lewat televisi atau video streaming, tak peduli seperti apa level prestasi yang dicapai timnas dan klub-klub Indonesia.
Mereka adalah pendukung fanatik yang membuat klub-klub nasional memiliki basis penggemar puluhan juta, yang tentunya menjadi daya tarik untuk industri sepak bola.
Namun demikian, profil ini belum begitu diimbangi oleh pencapaian timnas dan klub di level-level tinggi.
Dalam level SEA Games sendiri, Indonesia baru dua kali menyabet medali emas sepak bola pada 1987 dan 1991.
Tahun ini, jumlah itu bertambah menjadi tiga kali, setelah dalam final melawan musuh bebuyutan Thailand pada 16 Mei, Indonesia memenangi laga dramatis, 5-2.
Dalam level lain, status juara masih terlalu sulit untuk digapai, termasuk Piala AFF, yang kendati sudah enam kali masuk final, tak kunjung bisa mengangkat trofi.
Dalam kompetisi kontinental pada Piala Asia, Indonesia empat kali terhenti dalam fase grup dari empat Piala Asia yang diikuti Indonesia.
Namun, Indonesia pernah mencapai perempat final sepak bola putra Olimpiade Stockholm pada 1956, dan meraih medali perunggu Asian Games 1958, selain semifinalis Asian Games 1954 dan 1986.
Oleh karena itu, dalam situasi seperti itu di mana prestasi tinggi sudah lama tak bisa dicapai, medali emas SEA Games 2023 di Kamboja tiga hari lalu adalah oasis yang tak saja memuaskan dahaga trofi, tapi juga menguakkan optimisme bahwa Indonesia bisa menjadi yang teratas.
Emas SEA Games 2023 juga bisa menjadi pemberi semangat untuk mencetak prestasi-prestasi lebih baik lainnya di berbagai arena.
Sukses di Kamboja juga obat untuk kekecewaan karena Indonesia urung menyelenggarakan Piala Dunia U20 yang tadinya bisa mengabarkan wajah sepak bola Indonesia kepada dunia.
Piala Asia 2023
Akan tetapi tak apa, masih ada Piala Asia 2023 yang akan kickoff pada Januari tahun depan di Qatar.
Dalam turnamen ini, Indonesia masuk Grup D bersama Jepang, Irak, dan Vietnam.
Akan berat memang, tetapi medali emas SEA Games 2023 yang juga melukiskan keberhasilan melewati rintangan mental mahaberat dari 32 tahun tanpa medali emas, bisa menjadi energi pendorong yang membuat siapa pun dalam timnas yakin bisa mengalahkan siapa pun dalam turnamen apa pun.
Mungkin terlalu muluk jika harus memasang juara, tapi setidaknya Indonesia bisa membuat sejarah baru dalam Piala Asia yang empat kali terhenti pada fase grup dalam empat kali keikutsertaan Piala Asia sebelumnya.
Dalam empat kali mengikuti Piala Asia pada 1996, 2000, 2004, dan 2007, catatan Indonesia juga tak terlalu meyakinkan.
Dari total 12 pertandingan, 8 di antaranya berakhir dengan kekalahan, sedangkan sisanya masing-masing dua kali berakhir seri dan dua kali menang.
Meskipun demikian, pada Piala Asia yang terakhir kali diikuti Indonesia pada 2007, Indonesia berhasil menghindarkan diri dari predikat sarang gol.
Saat itu, Indonesia yang bersama Malaysia, Vietnam, dan Thailand menjadi tuan rumah Piala Asia 2007, mampu mencetak tiga gol dan "hanya" kebobolan empat kali.
Saat itu Indonesia bertanding penuh wira sampai bisa merepotkan dua raksasa Asia, yakni Arab Saudi dan Korea Selatan, sehingga masing-masing hanya bisa menang 2-1 dan 1-0.
Indonesia juga berhasil membalas kekalahan dari Bahrain pada Piala Asia edisi sebelumnya pada 2004.
Memang sejak tahun 2007 itu Indonesia absen dari Piala Asia dan baru 16 tahun kemudian meloloskan dia ke turnamen ini, tetapi ada alasan untuk optimistis bahwa Indonesia kali ini bisa lebih baik.
Salah satu alasannya adalah sukses menyingkirkan belenggu tiga dekade lebih tanpa medali emas sepak bola SEA Games yang juga pencapaian tertinggi pertama dalam kurun waktu itu, dengan merebut medali emas SEA Games 2023.
Alasan lainnya yang bisa disebut adalah posisi Indonesia dalam peringkat FIFA yang perlahan naik yang sampai 19 Mei ini berada pada peringkat 149, meskipun masih di bawah Vietnam, Thailand, Filipina dan Malaysia.
Jika sukses di Kamboja ini juga menulari dalam Piala Asia 2023, maka tak saja akan membuat masyarakat sepak bola nasional kian berbangga, tapi juga bisa membuat terpikat badan-badan sepak bola seperti FIFA.
Faktanya, kendati kecewa terhadap perkembangan-perkembangan terakhir di Indonesia menjelang Piala Dunia U20 2023 sehingga status Indonesia sebagai tuan rumah turnamen ini dibatalkan untuk kemudian digantikan Argentina, FIFA ternyata "hanya" menjatuhkan sanksi administrasi berupa pembekuan dana FIFA Forward yang diperuntukkan bagi pengembangan sepak bola di Indonesia.
Ini bisa menjadi petunjuk bahwa FIFA masih melihat harapan besar dari Indonesia, dan sekaligus tak mau mengesampingkan apa yang sudah dilakukan dan dicapai sepak bola Indonesia belakangan ini.
Itu bukan saja tentangan fasilitas sepak bola yang memang terlalu sayang untuk diabaikan.
Ini juga menyangkut penggemar sepakbola yang besar yang antusias menyaksikan laga sepak bola level apa pun, dari tarkam sampai kompetisi liga di Eropa sehingga menjadi pasar yang atraktif untuk industri sepak bola dan juga lingkungan yang positif untuk mengembangkan sepak bola yang menjadi salah satu kepedulian FIFA.
Bukan mustahil, dengan keadaan-keadaan seperti itu, badan sepak bola dunia itu mempertimbangkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U17 yang akan diadakan November tahun ini.
Akan tetapi untuk sementara ini, seperti sudah disinggung oleh Ketua PSSI Erick Thohir, mari curahkan energi dan fokus kepada Piala Asia 2023, agar sukses seperti dicapai di Kamboja menjadi kebiasaan dan berkelanjutan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
Sekalipun hanya finis urutan ketiga di bawah Vietnam dan Thailand dalam daftar perolehan medali, pencapaian Indonesia tahun ini terasa istimewa.
Bukan saja untuk kedua kali berturut-turut Indonesia finis urutan ketiga setelah sejak SEA Games 2013 bolak balik urutan kelima dan keempat, melainkan juga karena sukses kali ini dibarengi dengan berakhirnya penantian 32 tahun medali emas sepak bola SEA Games.
Prestasi sepak bola nasional mungkin tak segemerlap prestasi cabang-cabang olahraga lain, tapi sepak bola tetap cabang yang paling populer di negeri ini dan paling bisa merekatkan siapa pun.
Jajak pendapat di 33 negara yang diadakan lembaga survei IPSOS pada September 2022 menyimpulkan Indonesia sebagai negara dengan penggemar sepak bola terbesar di dunia.
Sebanyak 69 persen dari populasi responden Indonesia yang ditanyai IPSOS, mengaku penggemar sepak bola.
Angka itu di atas juara dunia Argentina yang sebesar 51 persen. Jepang, salah satu tim Asia yang sering tampil dalam turnamen-turnamen besar, bahkan hanya 14 persen.
Survei IPSOS itu hanya salah satu gambaran betapa sukanya masyarakat Indonesia pada sepak bola.
Lihat saja stadion-stadion atau lapangan-lapangan yang menggelar pertandingan sepak bola, di mana saja.
Orang Indonesia selalu antusias menyaksikan laga sepak bola nasional baik langsung maupun tidak langsung termasuk lewat televisi atau video streaming, tak peduli seperti apa level prestasi yang dicapai timnas dan klub-klub Indonesia.
Mereka adalah pendukung fanatik yang membuat klub-klub nasional memiliki basis penggemar puluhan juta, yang tentunya menjadi daya tarik untuk industri sepak bola.
Namun demikian, profil ini belum begitu diimbangi oleh pencapaian timnas dan klub di level-level tinggi.
Dalam level SEA Games sendiri, Indonesia baru dua kali menyabet medali emas sepak bola pada 1987 dan 1991.
Tahun ini, jumlah itu bertambah menjadi tiga kali, setelah dalam final melawan musuh bebuyutan Thailand pada 16 Mei, Indonesia memenangi laga dramatis, 5-2.
Dalam level lain, status juara masih terlalu sulit untuk digapai, termasuk Piala AFF, yang kendati sudah enam kali masuk final, tak kunjung bisa mengangkat trofi.
Dalam kompetisi kontinental pada Piala Asia, Indonesia empat kali terhenti dalam fase grup dari empat Piala Asia yang diikuti Indonesia.
Namun, Indonesia pernah mencapai perempat final sepak bola putra Olimpiade Stockholm pada 1956, dan meraih medali perunggu Asian Games 1958, selain semifinalis Asian Games 1954 dan 1986.
Oleh karena itu, dalam situasi seperti itu di mana prestasi tinggi sudah lama tak bisa dicapai, medali emas SEA Games 2023 di Kamboja tiga hari lalu adalah oasis yang tak saja memuaskan dahaga trofi, tapi juga menguakkan optimisme bahwa Indonesia bisa menjadi yang teratas.
Emas SEA Games 2023 juga bisa menjadi pemberi semangat untuk mencetak prestasi-prestasi lebih baik lainnya di berbagai arena.
Sukses di Kamboja juga obat untuk kekecewaan karena Indonesia urung menyelenggarakan Piala Dunia U20 yang tadinya bisa mengabarkan wajah sepak bola Indonesia kepada dunia.
Piala Asia 2023
Akan tetapi tak apa, masih ada Piala Asia 2023 yang akan kickoff pada Januari tahun depan di Qatar.
Dalam turnamen ini, Indonesia masuk Grup D bersama Jepang, Irak, dan Vietnam.
Akan berat memang, tetapi medali emas SEA Games 2023 yang juga melukiskan keberhasilan melewati rintangan mental mahaberat dari 32 tahun tanpa medali emas, bisa menjadi energi pendorong yang membuat siapa pun dalam timnas yakin bisa mengalahkan siapa pun dalam turnamen apa pun.
Mungkin terlalu muluk jika harus memasang juara, tapi setidaknya Indonesia bisa membuat sejarah baru dalam Piala Asia yang empat kali terhenti pada fase grup dalam empat kali keikutsertaan Piala Asia sebelumnya.
Dalam empat kali mengikuti Piala Asia pada 1996, 2000, 2004, dan 2007, catatan Indonesia juga tak terlalu meyakinkan.
Dari total 12 pertandingan, 8 di antaranya berakhir dengan kekalahan, sedangkan sisanya masing-masing dua kali berakhir seri dan dua kali menang.
Meskipun demikian, pada Piala Asia yang terakhir kali diikuti Indonesia pada 2007, Indonesia berhasil menghindarkan diri dari predikat sarang gol.
Saat itu, Indonesia yang bersama Malaysia, Vietnam, dan Thailand menjadi tuan rumah Piala Asia 2007, mampu mencetak tiga gol dan "hanya" kebobolan empat kali.
Saat itu Indonesia bertanding penuh wira sampai bisa merepotkan dua raksasa Asia, yakni Arab Saudi dan Korea Selatan, sehingga masing-masing hanya bisa menang 2-1 dan 1-0.
Indonesia juga berhasil membalas kekalahan dari Bahrain pada Piala Asia edisi sebelumnya pada 2004.
Memang sejak tahun 2007 itu Indonesia absen dari Piala Asia dan baru 16 tahun kemudian meloloskan dia ke turnamen ini, tetapi ada alasan untuk optimistis bahwa Indonesia kali ini bisa lebih baik.
Salah satu alasannya adalah sukses menyingkirkan belenggu tiga dekade lebih tanpa medali emas sepak bola SEA Games yang juga pencapaian tertinggi pertama dalam kurun waktu itu, dengan merebut medali emas SEA Games 2023.
Alasan lainnya yang bisa disebut adalah posisi Indonesia dalam peringkat FIFA yang perlahan naik yang sampai 19 Mei ini berada pada peringkat 149, meskipun masih di bawah Vietnam, Thailand, Filipina dan Malaysia.
Jika sukses di Kamboja ini juga menulari dalam Piala Asia 2023, maka tak saja akan membuat masyarakat sepak bola nasional kian berbangga, tapi juga bisa membuat terpikat badan-badan sepak bola seperti FIFA.
Faktanya, kendati kecewa terhadap perkembangan-perkembangan terakhir di Indonesia menjelang Piala Dunia U20 2023 sehingga status Indonesia sebagai tuan rumah turnamen ini dibatalkan untuk kemudian digantikan Argentina, FIFA ternyata "hanya" menjatuhkan sanksi administrasi berupa pembekuan dana FIFA Forward yang diperuntukkan bagi pengembangan sepak bola di Indonesia.
Ini bisa menjadi petunjuk bahwa FIFA masih melihat harapan besar dari Indonesia, dan sekaligus tak mau mengesampingkan apa yang sudah dilakukan dan dicapai sepak bola Indonesia belakangan ini.
Itu bukan saja tentangan fasilitas sepak bola yang memang terlalu sayang untuk diabaikan.
Ini juga menyangkut penggemar sepakbola yang besar yang antusias menyaksikan laga sepak bola level apa pun, dari tarkam sampai kompetisi liga di Eropa sehingga menjadi pasar yang atraktif untuk industri sepak bola dan juga lingkungan yang positif untuk mengembangkan sepak bola yang menjadi salah satu kepedulian FIFA.
Bukan mustahil, dengan keadaan-keadaan seperti itu, badan sepak bola dunia itu mempertimbangkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U17 yang akan diadakan November tahun ini.
Akan tetapi untuk sementara ini, seperti sudah disinggung oleh Ketua PSSI Erick Thohir, mari curahkan energi dan fokus kepada Piala Asia 2023, agar sukses seperti dicapai di Kamboja menjadi kebiasaan dan berkelanjutan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023