"Kita bukan superman, yang kita butuhkan adalah supertim agar mampu menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan yang bisa datang kapan saja," demikian garis besar pesan yang disampaikan Komandan Kodim 0431/Bangka Barat Letkol Infanteri Kemas Muhammad Nauval.

Pesan itu disampaikan pada apel kesiapsiagaan menghadapi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla)  yang digelar di lapangan atletik Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Senin (17/7).

Pesan itu disampaikan kepada seluruh instansi dan pemangku kepentingan agar selalu bekerja sama dalam menghadapi kemungkinan terjadi bencana, baik dalam upaya pencegahan, penanganan, maupun tindakan yang diambil setelah terjadi bencana.

Seluruh unsur diajak untuk menguatkan koordinasi dan komunikasi untuk memudahkan gerak dalam melakukan pencegahan kemungkinan karhutla.

Karhutla bisa terjadi karena faktor alam dan nonalam sehingga perlu perhatian bersama sebagai bentuk pencegahan.

Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, saat ini kondisi cuaca sudah memasuki musim kemarau dan diperkirakan lebih kering dibandingkan musim sebelumnya. Kondisi ini akan berlangsung hingga Oktober 2023.

Dengan kondisi cuaca kemarau kering dalam jangka waktu lama, potensi terjadi bencana karhutla semakin meningkat.

Bencana karhutla nonalam biasanya disebabkan oleh keteledoran manusia, misalnya membuang puntung rokok sembarangan, pembakaran untuk lahan pertanian atau perkebunan, pembakaran sampah yang tidak ditunggu dan lainnya.

Karena itu perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi  agar masyarakat semakin paham dan sadar untuk bisa bersama-sama melakukan antisipasi dini karhutla.

Dalam antisipasi dan penanganan bencana  semua unsur diimbau dapat bekerja bersama-sama, terarah, dan terukur sehingga penanganan bisa cepat, tepat, dan tuntas.

Dalam upaya mengantisipasi karhutla, Kepolisian Resor Bangka Barat  menugaskan sejumlah personel bersama para Bhabinkamtibmas untuk melakukan pemetaan potensi dan wilayah yang diharapkan bisa mengurangi risiko kebakaran.

Langkah pemetaan daerah rawan dilakukan para personel setiap menghadapi perubahan cuaca.

Tak hanya melakukan pemetaan awal, namun Polres Bangka Barat juga siap membantu melaksanakan pengawasan dan penyaluran bantuan dalam rangka penanggulangan bencana alam yang terjadi di wilayah itu.

Masyarakat juga diimbau untuk ikut berpartisipasi aktif agar bisa bersama-sama mencegah karhutla.

Masyarakat yang akan membuka lahan pertanian dan perkebunan diingatkan untuk meninggalkan budaya bakar lahan karena dampak pembakaran hutan dan lahan, selain merusak lingkungan dan ekosistem, juga dapat menjadi penyebab gangguan kesehatan dan dampak negatif lainnya.

Selain itu, setiap orang atau kelompok yang secara sengaja membakar hutan dan lahan bisa dipidana karena merusak lingkungan.

Para petani diharapkan tidak membakar hutan dan lahan saat akan berkebun. Tata cara lama tersebut harus ditinggalkan untuk menjaga lingkungan.

Data Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Bangka Barat menyebutkan jumlah keseluruhan luas lahan yang terbakar dari Januari hingga awal Juni 2023 di daerah itu seluas 41 hektare dari 31 kasus.

Ada beberapa  penyebab karhutla, antara lain karena membuang puntung rokok sembarangan meskipun faktor ini cukup kecil, dan yang paling banyak adalah kebiasaan warga membakar hutan saat membuka lahan.

Desa tangguh bencana

Dalam upaya meminimalkan risiko bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bangka Barat memperbanyak jumlah desa tangguh bencana.

Tahun ini untuk Kecamatan Mentok sudah seluruh desa menjadi desa tangguh bencana, dan sudah terbentuk relawan bencana tingkat desa dan kelurahan.

Pada program ini, pemerintah berupaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat agar mampu meminimalkan risiko bencana sekaligus bisa melakukan tindakan penanganan pada saat terjadi bencana sehingga bisa mengurangi dampak kerugian harta maupun korban jiwa.

Bangka Barat berada di wilayah kepulauan dengan beberapa potensi bencana, baik bencana alam maupun nonalam, seperti angin kencang, puting beliung, banjir pasang air laut, tanah longsor, dan karhutla.

Bencana ini terjadi secara berulang sehingga dibutuhkan pemahaman menyeluruh dari masyarakat agar mampu melakukan langkah mitigasi atau tindakan menyeluruh untuk mengurangi atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul karena bencana.

Dalam upaya mitigasi diperlukan rencana dan strategi akurat melalui kajian rutin dan berkelanjutan karena setiap desa memiliki potensi dan risiko bencana yang berbeda 

 BPBD mendorong  warga bersama pemerintah desa melakukan pemetaan potensi dan risiko bencana di wilayah masing-masing,  dalam hal ini BPBD siap membantu melakukan edukasi dan pendampingan dalam merancang program dan langkah dalam mitigasi bencana.

Warga bersama pemerintah desa perlu melakukan kajian dan mempelajari kondisi geografis wilayah, misalnya dengan memperhatikan bentang alam wilayah sekitar, seperti perbukitan, lembah, dataran rendah, pesisir dan lainnya dengan dilengkapi informasi rekam jejak bencana yang pernah terjadi.

Masyarakat perlu menyadari bahwa bencana alam yang terjadi di suatu wilayah cenderung berulang, misalnya banjir, longsor dan angin kencang. Dengan mempelajari itu bisa diketahui kemungkinan bencana dan menyiapkan langkah antisipasi dini maupun penanganan awal saat terjadi bencana.

Selain itu, warga bersama pemerintah desa juga bisa melakukan rencana persiapan penanganan situasi darurat dengan membekali diri setiap warga tentang pengetahuan tindakan pengamanan diri secara spesifik agar tidak menjadi korban dan bisa melakukan penyelamatan aset dan barang berharga sehingga meminimalkan kerugian.

Pemerintah desa juga bisa melakukan persiapan penanganan bencana dengan melengkapi berbagai kebutuhan sarana dan prasarana penanganan bencana dalam skala kecil, misalnya alat pemadam kebakaran ringan, perlengkapan tindakan penyelamatan korban dan sejenisnya.

Dalam upaya mitigasi bencana ini, BPBD akan melakukan simulasi bersama warga dan perangkat pemerintah desa didampingi para personel Bhabinkamtibmas dan Babinsa agar mengetahui dan paham langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana sehingga bisa mengurangi risiko bahaya.

Tak ada yang mengharapkan bencana, namun jika terjadi bencana, dengan persiapan yang matang dan menyeluruh setidaknya akan mampu mengurangi risiko.

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023