Siapa bilang menjadi mantan Narapidana (Napi) akhir dari segalanya. Sebagai seseorang yang memiliki masa lalu kelam bukan berarti ia tak bisa mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Berkat niat dan usaha yang keras, nyatanya banyak orang-orang yang sukses walau memiliki masa lalu yang kelam.
Obie Ardi salah satu mantan Narapidana di Lapas Kelas II A Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung atau yang sering disebut dengan lapas Tua Tunu. Menjadi salah satu Narapidana (Napi) sukses. Usai menjalani masa hukuman pada tahun 2018 silam ia langsung bertekad membuat hidupnya menjadi lebih baik.
Kesuksesannya tidak datang begitu saja, berbagai usaha dan upaya ia lakukan namun tak berjalan baik, tak semulus jalan tol, tak seputih kapas, selembut awan maupun sebening embun. Jalannyapun berliku-liku, jatuh bangun, jatuh lagi dan bangun lagi hingga hampir putus asa, namun tekad dan keyakinannya kepada Allah Subhanahu Wataala mampu membakar semangat dan tekad untuk bangkit menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
Maklumlah, ia yang pernah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten Bangka Selatan termuda pada tahun 2014. Memiliki banyak koneksi, banyak link, banyak teman bahkan bisa dikatakan banyak uang, namun itu dulu, sebelum menjadi Narapidana.
"Waktu itu saya mencalonkan diri sebagai anggota dewan dari PKB dengan dapil Lepar Pongok, Kepulauan Pongok dan Tukak Sadai, dan terpilih, dan saya Dewan termuda, dan masih bujangan. Namun kisah asmara dengan remaja dibawah umur mengantarkan saya ke lapas. Waktu itu langit terasa runtuh, bumi terasa belah, hidup tak kenal arah, namun mau apalagi nasi sudah jadi bubur, hidup tetap harus dijalani" Ujar Obie.
Masa-masa mejalani hidup selama didalam tahanan tidaklah muda, ia yang biasa bertemu banyak orang penting, petinggi, pejabat daerah kini harus dibatas ruang, sekat bahkan terkurung dalam jeruji besi dengan orang yang itu-itu saja. Memaksa ia untuk memutar otak, untuk kembali ke kehidupan normal, kehidupan bermasyarakat kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang bebas, bebas menghirup udara dan bebas memandang.
" Satu kata yang selalu saya ingat dari salah satu pegawai lapas namanya pak Sendi beliau selalu memberikan pembinaan dan memberikan motivasi kepada saya, beliau bilang sabar Obi setiap ada pintu masuk pasti ada pintu keluar, artinya jalani saja kehidupan ini dengan sabar dan perbanyak ibadah insyaallah semua akan berjalan dengan baik dan selesai semua." Ungkap Obie.
Kata-kata dari pegawai lapas itu menjadi motivasi dan energi positif bagi Obie sang mantan anggota Dewan termuda. Sehingga dalam menjalani kehidupan keseharian di dalam lapas dapat berjalan lancar. Dengan mengikuti program dan bimbingan yang telah ditetapkan lapas beserta jajarannya.
" Jujur saya katakan di lepas Tua Tunu saya hampir merasa tidak di dalam penjara karena banyak sekali kegiatan positif yang dilaksanakan di dalam lapas Tua Tunu, dari mulai kegiatan ibadah, olahraga, serta bengker tempat kami mengasah segala keterampilan yang dimiliki, ada perpustakaan. Dan alhamdulillah saya sempat megang tamping perpustakaan atau istilah nya pengurus perpustakaan yang bertugas mulai pukul 09.00 pagi jam buka da hingga pukul 11.00 WIB, jam tutup. Dan di lapas Tua Tunu jujur saya katakan seluruh petugas dari Kalapas, KALO, kasibinadik, kantib, karupam/wakarupam beserta anggota demi Allah saya katakan semuanya baik - baik. Sampai tak terasa waktu berjalan, tiga tahun enam bulan pun berlalu, dan dinyatakan bebas." Tutur Obie.
Selanjutnya pasca bebas ia mencoba memulai kembali ke kehidupan bermasyarakat. Selain itu untuk menopang perekonomian keluarga ia mulai terjun ke pertambangan namun gagal, melakoni jual beli ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) juga gagal, berkebun lada gagal, tiga tahun berupaya dan berusaha selalu berakhir dalam kegagalan.
"Sebelumnya saya ucapan terimakasih kepada kalapas Tua Tunu beserta jajarannya atas pembinaan yang telah di berikan kepada kami khususnya saya. Yang tentunya maksud dan tujuannya untuk kebaikan kami agar bisa diterima kembali dikalangan masyarakat luas. Hanya doa yang bisa kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wataala agar Kalapas beserta anggota senantiasa diberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugasnya serta selalu mendapatkanbkebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin ya Allah." Ucap Obie.
Ditengah keputusasaan, satu tahun silam, tepatnya ditahun 2022. Obie putra kelahiran Lepar Pongok bersama sang istri Ria Mustika terus mencoba mengadu nasib di kota Pangkalpinang ibu kota Provinsi Bangka Belitung, dengan membuka warung kopi di tepi muara dengan modal seadaanya mereka mendapat omzet 600 ribu dengan keuntungan bersih 100 hingga 150 ribu per hari.
Warung kopi yang mereka geluti kemudian bertransformasi menjadi warung lempah kuning dengan satu orang karyawan, kemudian bertambah menjadi 7 orang karyawan, terus bertambah dan saat ini usaha kuliner warung lempah kuning yang diberi nama warung lempah kuning muara bang Obie & Yuk Ria telah memiliki 30 orang karyawan dengan gaji standar Upah Minimum Provinsi (UMP)
" Awal bermain tambang, jual ikan, berkebun semua gagal, kami jual kopi dekat pelabuhan, kami sering mendapat ikan dari para nelayan, ikan-ikan masih segar, ikan kami lempah dan kami makan bersama nelayan. Ternyata banyak yang suka lempah kami. Akhirnya itu jadi awal kami buka warung lempah kuning muara, dengan pengunjung pertama yakni bapak Erzaldi Roesman, Gubernur Bangka Belitung periode 2017-2022 beserta rombongan. Ujar Obie.
Warung lempah kuning muara bang Obie dan Yuk Ria yang berada di pelabuhan Acun ketapang Pangkal Balam Pangkalpinang kini menjadi buah bibir para pecinta kuliner. Selain rasanya yang khas Lepar Pongok, menu yang ditawarkan pun bervariasi mulai dari ikan, udang, cumi, kepiting, kerang dengan beragam olahan lempah kuning, dibakar, pindang, goreng maupun pepes. Semua tersedia disini.
Untuk sistem penyajian mereka mengadopsi sistem prasmanan, dimana para pengunjung menyiapkan peralatan makan sendiri, mengambil nasi, lalapan, dan sambal sendiri yang disediakan gratis. Sehingga para penikmat kuliner lempah kuning dan seafood muara ini hanya membayar ikan atau lauk dan minumannya saja. Yang ternyata konsep makan seperti dirumah sendiri digemari para pecinta kuliner yang berkunjung ke warung lempah kuning muara.
Selain itu hembusan angin spoi - spoi dari tepi muara serta deretan kapal nelayan yang bersandar di tepi dermaga menambah keindahan pemandangan pengunjung sembari bersantap ria.
Bukan itu saja warung lempah kuning muara bang Obie dan Yuk Ria juga terdengar hingga ke provinsi tetangga, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa bahkan para pelancong dari negara tetangga yang berkunjung ke pulau Bangka mendapat rekomendasi kuliner, kuliner wajib, kuliner khas Bangka Belitung di warung lempah kuning muara Bang Obie dan Yuk Ria.
"Alhamdulillah pengunjung kami dari berbagai daerah, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan lainnya, kalau WNA dari Cina, Malaysia, Amerika, Arab, Mesir, Uganda afrika, Palestina, Singapore, Taiwan, Thailand, Belanda, dan lainnya." Tutur Obie.
Sebagai mantan narapidana dengan masa lalu kelam. Ia ingin memiliki cabang lempah kuning diberbagai daerah, ingin menggaungkan lempah kuning agar lempah kuning makanan khas Bangka Belitung dapat dinikmati siapa saja dan dimana saja. Dalam dan luar negeri. Selain itu dapat membuktikan pada dunia maupun dapat menjadi inspirasi rekan-rekan napi lainnya, bahwa lable napi bukan akhir dari segala galanya. Tapi segala galanya memiliki akhir. Maka pilihlah akhir yang diinginkan bukan mengakhiri keinginan.
"Saya tidak malu berkata saya mantan napi, tapi saya malu jika saya tidak berbuat apa-apa. Saya akan berbagi inspirasi dengan teman napi agar terus semangat, berjuang karena hidup dijalani bukan diakhiri. " Ujar Obie.
Keberhasilan Obie bukan sebuah kebetulan, namun berkat usaha, kerja keras dan doa yang tak henti-hentinya. Baik doa dari diri sendiri, maupun doa dari orang lain. Doa dari mereka-mereka yang pernah ia bantu dari kegiatan-kegiatan sosial, seperti operasi katarak. Hingga mengantarkan pasien BPJS ke RSCM untuk menjalani operasi.
"Manusia terbaik itu bukan manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, Akan tetapi manusia terbaik di mata Allah adalah dia yang pernah melakukan kesalahan tapi dia kembali bertobat kepada Allah dan dia la sebaik-baiknya manusia" Tutup Obie.
* Meriyanti adalah Pemerati kuliner Bangka Belitung
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
Obie Ardi salah satu mantan Narapidana di Lapas Kelas II A Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung atau yang sering disebut dengan lapas Tua Tunu. Menjadi salah satu Narapidana (Napi) sukses. Usai menjalani masa hukuman pada tahun 2018 silam ia langsung bertekad membuat hidupnya menjadi lebih baik.
Kesuksesannya tidak datang begitu saja, berbagai usaha dan upaya ia lakukan namun tak berjalan baik, tak semulus jalan tol, tak seputih kapas, selembut awan maupun sebening embun. Jalannyapun berliku-liku, jatuh bangun, jatuh lagi dan bangun lagi hingga hampir putus asa, namun tekad dan keyakinannya kepada Allah Subhanahu Wataala mampu membakar semangat dan tekad untuk bangkit menjadi orang yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
Maklumlah, ia yang pernah menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten Bangka Selatan termuda pada tahun 2014. Memiliki banyak koneksi, banyak link, banyak teman bahkan bisa dikatakan banyak uang, namun itu dulu, sebelum menjadi Narapidana.
"Waktu itu saya mencalonkan diri sebagai anggota dewan dari PKB dengan dapil Lepar Pongok, Kepulauan Pongok dan Tukak Sadai, dan terpilih, dan saya Dewan termuda, dan masih bujangan. Namun kisah asmara dengan remaja dibawah umur mengantarkan saya ke lapas. Waktu itu langit terasa runtuh, bumi terasa belah, hidup tak kenal arah, namun mau apalagi nasi sudah jadi bubur, hidup tetap harus dijalani" Ujar Obie.
Masa-masa mejalani hidup selama didalam tahanan tidaklah muda, ia yang biasa bertemu banyak orang penting, petinggi, pejabat daerah kini harus dibatas ruang, sekat bahkan terkurung dalam jeruji besi dengan orang yang itu-itu saja. Memaksa ia untuk memutar otak, untuk kembali ke kehidupan normal, kehidupan bermasyarakat kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang bebas, bebas menghirup udara dan bebas memandang.
" Satu kata yang selalu saya ingat dari salah satu pegawai lapas namanya pak Sendi beliau selalu memberikan pembinaan dan memberikan motivasi kepada saya, beliau bilang sabar Obi setiap ada pintu masuk pasti ada pintu keluar, artinya jalani saja kehidupan ini dengan sabar dan perbanyak ibadah insyaallah semua akan berjalan dengan baik dan selesai semua." Ungkap Obie.
Kata-kata dari pegawai lapas itu menjadi motivasi dan energi positif bagi Obie sang mantan anggota Dewan termuda. Sehingga dalam menjalani kehidupan keseharian di dalam lapas dapat berjalan lancar. Dengan mengikuti program dan bimbingan yang telah ditetapkan lapas beserta jajarannya.
" Jujur saya katakan di lepas Tua Tunu saya hampir merasa tidak di dalam penjara karena banyak sekali kegiatan positif yang dilaksanakan di dalam lapas Tua Tunu, dari mulai kegiatan ibadah, olahraga, serta bengker tempat kami mengasah segala keterampilan yang dimiliki, ada perpustakaan. Dan alhamdulillah saya sempat megang tamping perpustakaan atau istilah nya pengurus perpustakaan yang bertugas mulai pukul 09.00 pagi jam buka da hingga pukul 11.00 WIB, jam tutup. Dan di lapas Tua Tunu jujur saya katakan seluruh petugas dari Kalapas, KALO, kasibinadik, kantib, karupam/wakarupam beserta anggota demi Allah saya katakan semuanya baik - baik. Sampai tak terasa waktu berjalan, tiga tahun enam bulan pun berlalu, dan dinyatakan bebas." Tutur Obie.
Selanjutnya pasca bebas ia mencoba memulai kembali ke kehidupan bermasyarakat. Selain itu untuk menopang perekonomian keluarga ia mulai terjun ke pertambangan namun gagal, melakoni jual beli ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) juga gagal, berkebun lada gagal, tiga tahun berupaya dan berusaha selalu berakhir dalam kegagalan.
"Sebelumnya saya ucapan terimakasih kepada kalapas Tua Tunu beserta jajarannya atas pembinaan yang telah di berikan kepada kami khususnya saya. Yang tentunya maksud dan tujuannya untuk kebaikan kami agar bisa diterima kembali dikalangan masyarakat luas. Hanya doa yang bisa kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wataala agar Kalapas beserta anggota senantiasa diberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugasnya serta selalu mendapatkanbkebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Aamiin ya Allah." Ucap Obie.
Ditengah keputusasaan, satu tahun silam, tepatnya ditahun 2022. Obie putra kelahiran Lepar Pongok bersama sang istri Ria Mustika terus mencoba mengadu nasib di kota Pangkalpinang ibu kota Provinsi Bangka Belitung, dengan membuka warung kopi di tepi muara dengan modal seadaanya mereka mendapat omzet 600 ribu dengan keuntungan bersih 100 hingga 150 ribu per hari.
Warung kopi yang mereka geluti kemudian bertransformasi menjadi warung lempah kuning dengan satu orang karyawan, kemudian bertambah menjadi 7 orang karyawan, terus bertambah dan saat ini usaha kuliner warung lempah kuning yang diberi nama warung lempah kuning muara bang Obie & Yuk Ria telah memiliki 30 orang karyawan dengan gaji standar Upah Minimum Provinsi (UMP)
" Awal bermain tambang, jual ikan, berkebun semua gagal, kami jual kopi dekat pelabuhan, kami sering mendapat ikan dari para nelayan, ikan-ikan masih segar, ikan kami lempah dan kami makan bersama nelayan. Ternyata banyak yang suka lempah kami. Akhirnya itu jadi awal kami buka warung lempah kuning muara, dengan pengunjung pertama yakni bapak Erzaldi Roesman, Gubernur Bangka Belitung periode 2017-2022 beserta rombongan. Ujar Obie.
Warung lempah kuning muara bang Obie dan Yuk Ria yang berada di pelabuhan Acun ketapang Pangkal Balam Pangkalpinang kini menjadi buah bibir para pecinta kuliner. Selain rasanya yang khas Lepar Pongok, menu yang ditawarkan pun bervariasi mulai dari ikan, udang, cumi, kepiting, kerang dengan beragam olahan lempah kuning, dibakar, pindang, goreng maupun pepes. Semua tersedia disini.
Untuk sistem penyajian mereka mengadopsi sistem prasmanan, dimana para pengunjung menyiapkan peralatan makan sendiri, mengambil nasi, lalapan, dan sambal sendiri yang disediakan gratis. Sehingga para penikmat kuliner lempah kuning dan seafood muara ini hanya membayar ikan atau lauk dan minumannya saja. Yang ternyata konsep makan seperti dirumah sendiri digemari para pecinta kuliner yang berkunjung ke warung lempah kuning muara.
Selain itu hembusan angin spoi - spoi dari tepi muara serta deretan kapal nelayan yang bersandar di tepi dermaga menambah keindahan pemandangan pengunjung sembari bersantap ria.
Bukan itu saja warung lempah kuning muara bang Obie dan Yuk Ria juga terdengar hingga ke provinsi tetangga, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa bahkan para pelancong dari negara tetangga yang berkunjung ke pulau Bangka mendapat rekomendasi kuliner, kuliner wajib, kuliner khas Bangka Belitung di warung lempah kuning muara Bang Obie dan Yuk Ria.
"Alhamdulillah pengunjung kami dari berbagai daerah, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan lainnya, kalau WNA dari Cina, Malaysia, Amerika, Arab, Mesir, Uganda afrika, Palestina, Singapore, Taiwan, Thailand, Belanda, dan lainnya." Tutur Obie.
Sebagai mantan narapidana dengan masa lalu kelam. Ia ingin memiliki cabang lempah kuning diberbagai daerah, ingin menggaungkan lempah kuning agar lempah kuning makanan khas Bangka Belitung dapat dinikmati siapa saja dan dimana saja. Dalam dan luar negeri. Selain itu dapat membuktikan pada dunia maupun dapat menjadi inspirasi rekan-rekan napi lainnya, bahwa lable napi bukan akhir dari segala galanya. Tapi segala galanya memiliki akhir. Maka pilihlah akhir yang diinginkan bukan mengakhiri keinginan.
"Saya tidak malu berkata saya mantan napi, tapi saya malu jika saya tidak berbuat apa-apa. Saya akan berbagi inspirasi dengan teman napi agar terus semangat, berjuang karena hidup dijalani bukan diakhiri. " Ujar Obie.
Keberhasilan Obie bukan sebuah kebetulan, namun berkat usaha, kerja keras dan doa yang tak henti-hentinya. Baik doa dari diri sendiri, maupun doa dari orang lain. Doa dari mereka-mereka yang pernah ia bantu dari kegiatan-kegiatan sosial, seperti operasi katarak. Hingga mengantarkan pasien BPJS ke RSCM untuk menjalani operasi.
"Manusia terbaik itu bukan manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, Akan tetapi manusia terbaik di mata Allah adalah dia yang pernah melakukan kesalahan tapi dia kembali bertobat kepada Allah dan dia la sebaik-baiknya manusia" Tutup Obie.
* Meriyanti adalah Pemerati kuliner Bangka Belitung
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023