Akhir-akhir ini masyarakat sering berbicara mengenai cuaca. Kondisi panas terik hampir dirasakan seluruh masyarakat khususnya Indonesia bagian Selatan tak terkecuali masyarakat Bangka Belitung. Ditinjau dari dari berbagai sudut pandang hal ini sangat mengganggu aktivitas masyarakat kita. Dari sudut pandang lingkungan yang dimana masyarakat banyak mengeluhkan kekeringan dan kebakaran hutan. Sudut pandang lain seperti kesehatan juga mengkhawatirkan dimana polutan dan debu menjadi resultan akibat kurangnya pasokan curah hujan. Kemudian, berkaca dari sudut pandang ekonomi, kondisi ini membuat pergerakan ekonomi semakin melambat, tentunya tanaman saat kondisi ini pertumbuhannya terhambat sehingga hasil dari petani tidak maksimal. Akan tetapi, disetiap perisitiwa pasti akan ada kebaikan didalamnya. Kondisi El Nino saat seperti ini berpotensi meningkatkan tangkapan ikan. Fenomena ekstrim El Nino menjadi berkah tersembunyi karena diperkirakan bakal membuat kawasan perairan Indonesia penuh dengan potensi tangkapan ikan. Itu terjadi karena perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino yang mendingin.
Di Bangka Belitung sendiri, masyarakat sangat mengharapkan turunnya hujan di saat seperti ini. Terpantau di beberapa komunitas grup di media sosial bahwa masyarakat sudah kekurangan air bersih, terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan beberapa lahan kebun sumber penghasilan yang terbakar.
Konsepsi El Nino dan Perkembangannya
Kurangnya pasokan curah hujan dan tingginya suhu udara yang dirasakan saat ini menjadi pertanyaan dikalangan masyarakat hingga elit. Apa penyebab kondisi saat ini dan akan berapa lama kondisi ini berlangsung? Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia dan Lembaga meteorologi dunia lain seperti Japan International Cooperation Agency (JICA), Bureau of Meteorology (BoM) Australia dan National Aeronautics and Space Administration (NASA) USA sepakat bahwa kondisi saat ini telah terjadi fenomena El Nino. Ya, akhir-akhir ini tentu saja kata El Nino menjadi konsumsi khalayak ramai. El Nino menjadi topik hangat dari gelar wicara diberbagai media baik televisi, media massa cetak maupun online.
Lalu apa itu EL Nino? Fenomena yang setidaknya saat ini cukup meresahkan kita masyarakat. Dalam buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino dan Musim di Indonesia yang disusun BMKG, Terminologi El Nino berasal dari bahasa Spanyol dimana El Nino artinya “anak laki-laki”. Istilah “El Nino de Navidad” pertama kali dikemukakan oleh para nelayan di negara Peru. Mereka menggunakan istilah tersebut guna membantu mereka dalam menangkap ikan. “El Nino de Navidad” menjadi Bahasa antar nelayan untuk menandai situasi arus laut hangat tahunan, yang mengalir ke arah Selatan disepanjang pesisir perbatasan Peru dan EKuador yang kemunculannya saat menjelang natal. Kondisi perairan yang menghangat di wilayah Amerika Selatan itu setelah diteliti ternyata berkaitan dengan anomali pemanasan lautan yang lebih luas di Samudera Pasifik bagian timur. Kondisi ini juga dapat mencapai garis penanggalan internasional di bagian Pasifik Tengah.
Secara harfiah, El Nino disebutkan sebagai fenomena pemanasan suhu permukaan laut di atas kondisi normalnya, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian Tengah. Saat kondisi normal (netral) maka angin pasat akan berhembus dari timur ke arah barat dan melintasi Samudra Pasifik sehingga menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Selama fase netral, suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.
Lain halnya saat kondisi EL Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat mulai melemah bahkan dapat berkebalikan arah. Kondisi melemahnya angin pasat yang berhembus ini dikaitkan dengan semakin luasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan Tengah pasifik. Air hangat yang bergeser ke timur akan menyebabkan uap air pun ikut bergeser menjauhi benua maritim Indonesia yang akibat dari hal ini Indonesia akan mengalami peningkatan resiko kekeringan.
Fenomena EL Nino terjadi karena interaksi antara permukaan laut dan atmosfer bumi di Pasifik tropis. Berubahnya suhu permukaan laut di wilayah tersebut akan mempengaruhi atmosfer yang ada diatasnya. Kondisi El Nino menurut beberapa ahli dan Lembaga meterologi dunia berlangsung sekitar 9-12 bulan. Namun beberapa kejadian El Nino dapat bisa berlangsung lebih lama tergantung dari intensitasnya.
Kondisi El Nino saat ini telah berlangsung dari awal bulan Mei 2023, dimana awal kemunculannya dengan level rendah. Kondisi El Nino telah berlangsung hingga saat ini (September) dengan level lebih tinggi yaitu moderate. Dan berdasarkan prediksi BMKG dan Lembaga meteorologi dunia lainnya, fenomena El Nino akan berlangsung pada level moderate hingga Desember 2023 dan bahkan sampai Februari 2024 pada level rendah.
Iklim Bangka Belitung saat ini
Kondisi kering akibat fenomena EL Nino, membuat banyak wilayah di Bangka Belitung tidak mendapatkan suplai pasokan curah hujan. Monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dari BMKG Stasiun Klimatologi Bangka Belitung (20 Spetember 2023) menunjukkan saat ini Kekeringan dengan kategori sangat Panjang (31-60 hari tanpa hujan) dirasakan di lokasi titik pengamatan Mentok dan Tempilang (Kab. Bangka Barat), Pugul (Kab. Bangka), Air Gegas, Rias, Sadai, Serdang, Tepus, Batu Betumpang (Kab. Bangka Selatan), Membalong, Bukit Indah, Pegantungan, Badau, Tanjung Pandan, Perawas, Tungkusan (Kab. Belitung). Kekeringan dengan kategori Panjang (21-30 hari tanpa hujan) dirasakan di lokasi titik pengamatan Belinyu. Kekeringan dengan kategori Menengah (11 -20 hari tanpa hujan) terjadi di titik pengamatan Tempilang (Kab. Bangka Barat), Mapur, Rukam, Bakam (Kab. Bangka), Lubuk Besar, Koba, Batu Beriga (Kab. Bangka Tengah), Desa Bukit Terap, Payung, Desa Jelutung, Desa Nyelanding (Kab. Bangka Selatan), Sijuk, Pangkalalang, Sungai Samak (Kab. Belitung), Air Asam (Kab. Belitung Timur).
Pada 13 September 2023 lalu, merupakan puncak tertinggi suhu udara yang tercatat pada Stasiun Klimatologi Bangka Belitung, tidak main-main suhu udara menembus 35 oC. Suhu udara rata-rata maksimum juga sekitar 33,5 oC. Kondisi ini tentu akan membuat banyak orang akan resah dan tidak nyaman.
Berdasarkan analisis yang dikeluarkan Stasiun Klimatologi Bangka Belitung, secara umum curah hujan di Bangka Belitung pada kategori rendah (dibawah 5 mm/hari). Saat ini hanya Sebagian Kabupaten Bangka Barat seperti Kecamatan Simpang Teritip, Jebus dan Tempilang serta Simpang Rimba di Kabupaten Bangka Selatan yang mendapatkan curah hujan kategori menengah berkisar (5-7 mm/hari). Kondisi ini diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober.
Prakiraan Musim Hujan Bangka Belitung
Berdasarkan press release prakiraan musim hujan yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Bangka Belitung pada Selasa, 19 September 2023 dan diikuti oleh sekitar 100 peserta stakeholder seperti Pj. Gubernur, Bupati/Walikota, BPBD, Diskominfo, Dinas Pertanian dan instansi lainnya. Hasil dari pengolahan BMKG menunjukkan bahwa musim hujan akan diawali di awal bulan November dengan wilayah Bangka Barat bagian Utara, kemudian wilayah pulau Bangka lainnya akan mengalami musim hujan pada pertengahan bulan November. Untuk wilayah Belitung, musim hujan akan datang lebih lambat dari pulau Bangka. Untuk Belitung dan Belitung Timur akan mengalami musim hujan pada pertengahan Oktober.
Penutup
Kondisi kering saat ini tentu akan menimbulkan banyak dampak negatif bagi Masyarakat serta Pemerintah. kondisi tersebut tidak hanya berdampak terhadap kualitas lingkungan, tetapi juga ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat. Kondisi saat ini mengharuskan kita harus menghemat penggunaan air, lebih berjaga Ketika membakar sampah khususnya di area dekat hutan, menjaga Kesehatan dengan banyak mengkonsumsi air putih dan makanan sehat. Situasi saat ini perlu diantisipasi dan tidak sebatas pada himbauan dari institusi BMKG. Upaya mitigasi dan adaptasi yang serius sangat diperlukan dari pemerintah daerah dan pusat serta seluruh stakeholder terkait. Kiranya, ulah “si anak laki-laki kecil” dapat kita control dan minimalisir sehingga tak menimbulkan kerugian yang akan kita sesali kedepannya.
Datangnya fenomena El Nino adalah fenomena alam yang tak satupun dari kita dapat mengelak darinya. Keadaan yang serba digital dan teknologi mutakhir saat ini dapat memprediksi dan mengurangi dampak yang ditimbulkan. Akan tetapi dengan tanpa kearifan dan kesadaran kita maka dampak itu akan sangat besar terasa.
*) Presli Panusunan Simanjuntak, S.Tr.Klim adalah Forecaster Iklim Stasiun Klimatologi Babel.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
Di Bangka Belitung sendiri, masyarakat sangat mengharapkan turunnya hujan di saat seperti ini. Terpantau di beberapa komunitas grup di media sosial bahwa masyarakat sudah kekurangan air bersih, terkena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan beberapa lahan kebun sumber penghasilan yang terbakar.
Konsepsi El Nino dan Perkembangannya
Kurangnya pasokan curah hujan dan tingginya suhu udara yang dirasakan saat ini menjadi pertanyaan dikalangan masyarakat hingga elit. Apa penyebab kondisi saat ini dan akan berapa lama kondisi ini berlangsung? Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia dan Lembaga meteorologi dunia lain seperti Japan International Cooperation Agency (JICA), Bureau of Meteorology (BoM) Australia dan National Aeronautics and Space Administration (NASA) USA sepakat bahwa kondisi saat ini telah terjadi fenomena El Nino. Ya, akhir-akhir ini tentu saja kata El Nino menjadi konsumsi khalayak ramai. El Nino menjadi topik hangat dari gelar wicara diberbagai media baik televisi, media massa cetak maupun online.
Lalu apa itu EL Nino? Fenomena yang setidaknya saat ini cukup meresahkan kita masyarakat. Dalam buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino dan Musim di Indonesia yang disusun BMKG, Terminologi El Nino berasal dari bahasa Spanyol dimana El Nino artinya “anak laki-laki”. Istilah “El Nino de Navidad” pertama kali dikemukakan oleh para nelayan di negara Peru. Mereka menggunakan istilah tersebut guna membantu mereka dalam menangkap ikan. “El Nino de Navidad” menjadi Bahasa antar nelayan untuk menandai situasi arus laut hangat tahunan, yang mengalir ke arah Selatan disepanjang pesisir perbatasan Peru dan EKuador yang kemunculannya saat menjelang natal. Kondisi perairan yang menghangat di wilayah Amerika Selatan itu setelah diteliti ternyata berkaitan dengan anomali pemanasan lautan yang lebih luas di Samudera Pasifik bagian timur. Kondisi ini juga dapat mencapai garis penanggalan internasional di bagian Pasifik Tengah.
Secara harfiah, El Nino disebutkan sebagai fenomena pemanasan suhu permukaan laut di atas kondisi normalnya, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian Tengah. Saat kondisi normal (netral) maka angin pasat akan berhembus dari timur ke arah barat dan melintasi Samudra Pasifik sehingga menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Selama fase netral, suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.
Lain halnya saat kondisi EL Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat mulai melemah bahkan dapat berkebalikan arah. Kondisi melemahnya angin pasat yang berhembus ini dikaitkan dengan semakin luasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan Tengah pasifik. Air hangat yang bergeser ke timur akan menyebabkan uap air pun ikut bergeser menjauhi benua maritim Indonesia yang akibat dari hal ini Indonesia akan mengalami peningkatan resiko kekeringan.
Fenomena EL Nino terjadi karena interaksi antara permukaan laut dan atmosfer bumi di Pasifik tropis. Berubahnya suhu permukaan laut di wilayah tersebut akan mempengaruhi atmosfer yang ada diatasnya. Kondisi El Nino menurut beberapa ahli dan Lembaga meterologi dunia berlangsung sekitar 9-12 bulan. Namun beberapa kejadian El Nino dapat bisa berlangsung lebih lama tergantung dari intensitasnya.
Kondisi El Nino saat ini telah berlangsung dari awal bulan Mei 2023, dimana awal kemunculannya dengan level rendah. Kondisi El Nino telah berlangsung hingga saat ini (September) dengan level lebih tinggi yaitu moderate. Dan berdasarkan prediksi BMKG dan Lembaga meteorologi dunia lainnya, fenomena El Nino akan berlangsung pada level moderate hingga Desember 2023 dan bahkan sampai Februari 2024 pada level rendah.
Iklim Bangka Belitung saat ini
Kondisi kering akibat fenomena EL Nino, membuat banyak wilayah di Bangka Belitung tidak mendapatkan suplai pasokan curah hujan. Monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) dari BMKG Stasiun Klimatologi Bangka Belitung (20 Spetember 2023) menunjukkan saat ini Kekeringan dengan kategori sangat Panjang (31-60 hari tanpa hujan) dirasakan di lokasi titik pengamatan Mentok dan Tempilang (Kab. Bangka Barat), Pugul (Kab. Bangka), Air Gegas, Rias, Sadai, Serdang, Tepus, Batu Betumpang (Kab. Bangka Selatan), Membalong, Bukit Indah, Pegantungan, Badau, Tanjung Pandan, Perawas, Tungkusan (Kab. Belitung). Kekeringan dengan kategori Panjang (21-30 hari tanpa hujan) dirasakan di lokasi titik pengamatan Belinyu. Kekeringan dengan kategori Menengah (11 -20 hari tanpa hujan) terjadi di titik pengamatan Tempilang (Kab. Bangka Barat), Mapur, Rukam, Bakam (Kab. Bangka), Lubuk Besar, Koba, Batu Beriga (Kab. Bangka Tengah), Desa Bukit Terap, Payung, Desa Jelutung, Desa Nyelanding (Kab. Bangka Selatan), Sijuk, Pangkalalang, Sungai Samak (Kab. Belitung), Air Asam (Kab. Belitung Timur).
Pada 13 September 2023 lalu, merupakan puncak tertinggi suhu udara yang tercatat pada Stasiun Klimatologi Bangka Belitung, tidak main-main suhu udara menembus 35 oC. Suhu udara rata-rata maksimum juga sekitar 33,5 oC. Kondisi ini tentu akan membuat banyak orang akan resah dan tidak nyaman.
Berdasarkan analisis yang dikeluarkan Stasiun Klimatologi Bangka Belitung, secara umum curah hujan di Bangka Belitung pada kategori rendah (dibawah 5 mm/hari). Saat ini hanya Sebagian Kabupaten Bangka Barat seperti Kecamatan Simpang Teritip, Jebus dan Tempilang serta Simpang Rimba di Kabupaten Bangka Selatan yang mendapatkan curah hujan kategori menengah berkisar (5-7 mm/hari). Kondisi ini diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober.
Prakiraan Musim Hujan Bangka Belitung
Berdasarkan press release prakiraan musim hujan yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Bangka Belitung pada Selasa, 19 September 2023 dan diikuti oleh sekitar 100 peserta stakeholder seperti Pj. Gubernur, Bupati/Walikota, BPBD, Diskominfo, Dinas Pertanian dan instansi lainnya. Hasil dari pengolahan BMKG menunjukkan bahwa musim hujan akan diawali di awal bulan November dengan wilayah Bangka Barat bagian Utara, kemudian wilayah pulau Bangka lainnya akan mengalami musim hujan pada pertengahan bulan November. Untuk wilayah Belitung, musim hujan akan datang lebih lambat dari pulau Bangka. Untuk Belitung dan Belitung Timur akan mengalami musim hujan pada pertengahan Oktober.
Penutup
Kondisi kering saat ini tentu akan menimbulkan banyak dampak negatif bagi Masyarakat serta Pemerintah. kondisi tersebut tidak hanya berdampak terhadap kualitas lingkungan, tetapi juga ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat. Kondisi saat ini mengharuskan kita harus menghemat penggunaan air, lebih berjaga Ketika membakar sampah khususnya di area dekat hutan, menjaga Kesehatan dengan banyak mengkonsumsi air putih dan makanan sehat. Situasi saat ini perlu diantisipasi dan tidak sebatas pada himbauan dari institusi BMKG. Upaya mitigasi dan adaptasi yang serius sangat diperlukan dari pemerintah daerah dan pusat serta seluruh stakeholder terkait. Kiranya, ulah “si anak laki-laki kecil” dapat kita control dan minimalisir sehingga tak menimbulkan kerugian yang akan kita sesali kedepannya.
Datangnya fenomena El Nino adalah fenomena alam yang tak satupun dari kita dapat mengelak darinya. Keadaan yang serba digital dan teknologi mutakhir saat ini dapat memprediksi dan mengurangi dampak yang ditimbulkan. Akan tetapi dengan tanpa kearifan dan kesadaran kita maka dampak itu akan sangat besar terasa.
*) Presli Panusunan Simanjuntak, S.Tr.Klim adalah Forecaster Iklim Stasiun Klimatologi Babel.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023