Masyarakat bulu tangkis Indonesia harus tetap optimistis meskipun sang Dewi Fortuna kali ini tidak berpihak kepada Anthony Sinisuka Ginting dan kawan-kawan yang menyebabkan absennya medali bagi Kontingen Merah Putih di Asian Games 2022 dari cabang olahraga andalan tersebut.
Kegagalan total para atlet bulu tangkis Indonesia di
Asian Games 2022 memang merupakan pukulan telak karena cabang olahraga ini menjadi harapan utama sumber medali emas bagi Kontingen Indonesia.
Di atas kertas, harapan itu memang sangat wajar.
Di dunia bulu tangkis, Indonesia telah menjadi negara yang selalu diperhitungkan. Keberhasilan dalam meraih medali emas adalah tradisi yang telah lama diukir. Namun, Asian Games 2022 menyuguhkan kisah memilukan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Untuk kali pertama dalam sejarah Asian Games, Indonesia gagal meraih medali di cabang olahraga bulu tangkis, menyusul tidak ada satu pun wakil tim Merah Putih yang maju ke babak semifinal nomor perseorangan Asian Games 2022 Hangzhou.
Padahal, cabang olahraga itu sejak pertama kali dipertandingkan di ajang kejuaraan empat tahunan tersebut pada tahun 1962, selalu membawa pulang medali dan menjadi pilar utama posisi Kontingen Indonesia dalam klasemen perolehan medali pesta olahraga antar negara Asia itu.
Masyarakat Indonesia selalu memandang bulu tangkis sebagai salah satu harapan utama untuk mendapatkan medali emas dalam setiap ajang olahraga internasional. Namun, para punggawa bulu tangkis Indonesia yang telah berjuang keras harus menerima kenyataan pahit bahwa medali emas tidak dapat mereka bawa pulang. Bahkan, jangankan emas, perunggu pun kali ini nihil.
Kekecewaan dan cibiran pun tak terhindarkan dilayangkan, terutama kepada jajaran pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Namun, apa pun yang terjadi, kita hendaknya harus selalu menghargai dan mendukung para atlet. Mereka adalah pahlawan bangsa yang berjuang dengan tekad dan semangat untuk mengharumkan nama Indonesia. Dukungan dan semangat dari masyarakat sangat berarti bagi mereka.
Pengurus PBSI, Tim pelatih, dan atlet bulu tangkis Indonesia selaiknya bersama-sama merenung tentang apa yang telah terjadi. Mereka mengambil waktu untuk memahami kegagalan ini dan berkomitmen untuk kembali berlatih dengan lebih keras lagi.
Kegagalan atas harapan yang tinggi memang membuat kecewa. Namun, di mata masyarakat, atlet-atlet ini bukanlah pecundang, tetapi pahlawan yang telah berjuang dengan segala kemampuan mereka. Dukungan dan cinta dari rakyat Indonesia harus tetap mengalir, memberikan semangat kepada para atlet untuk bangkit kembali di masa depan.
Munculnya suara-suara kritikan dan saran tak semestinya menjadi pemantik untuk mencari siapa yang salah maupun benar. Namun hal itu penting diresapi demi kebaikan bulu tangkis Tanah Air.
Sejarah memilukan ini mungkin menjadi cambuk yang diperlukan untuk mendorong perubahan dan perbaikan dalam persiapan tim bulu tangkis Indonesia. Dalam kegagalan, mereka mencari kekuatan dan motivasi untuk meraih prestasi lebih tinggi di masa yang akan datang.
Dalam menghadapi tantangan ke depan, marwah bulu tangkis Indonesia harus tetap terjaga dengan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas atlet. Dengan semangat ini, Indonesia akan terus bersaing dan meraih keberhasilan di pentas olahraga dunia.
Optimisme juga harus tetap menyala di hati atlet-atlet Indonesia, karena kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan. Dengan semangat yang kuat, tentu akan siap kembali ke panggung internasional dan mengukir sejarah baru untuk negara tercinta.
Pelajaran berharga
Asian Games 2022 telah menghadirkan catatan yang sangat berharga bagi marwah bulu tangkis Indonesia. Ini adalah momen yang mengingatkan tentang kebutuhan akan upaya berkelanjutan dalam menjaga citra olahraga ini di Tanah Air.
Di tengah kegagalan ada sejumlah pelajaran berharga yang harus diambil untuk meningkatkan prestasi dan integritas olahraga bulu tangkis Indonesia di kancah internasional.
Untuk kali pertama dalam sejarah Asian Games, Indonesia gagal meraih medali di cabang olahraga bulu tangkis, menyusul tidak ada satu pun wakil tim Merah Putih yang maju ke babak semifinal nomor perseorangan Asian Games 2022 Hangzhou.
Tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung, yang menjadi tumpuan terakhir Indonesia harus menelan kekalahan dari wakil Jepang Aya Ohori 10-21, 19-21 dalam babak perempat final, Kamis.
Sebagai tumpuan, Gregoria nampak sekali tidak bermain lepas. Beban berat di pundaknya membuat tunggal putri terbaik Indonesia ini tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Pebulu tangkis binaan klub Mutiara Bandung ini pun tak kuasa membendung sejarah buruk yang mencoreng perbulutangkisan Indonesia.
Kita pun tak sepatutnya menyalahkan Gregroria dan kawan-kawan karena banyak faktor penyebab kegagalan itu.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Candra Wijaya, menilai bahwa sulitnya pebulu tangkis Indonesia meraih medali di Asian Games 2022 karena tingginya intensitas turnamen yang diikuti oleh para atlet sehingga fokus untuk mencapai target menjadi terganggu.
Banyaknya jam terbang yang harus ditempuh menjadikan fokus untuk meraih medali dalam satu kejuaraan menjadi terpecah atau kabur. Kondisi ini harus menjadi dievaluasi bagi elemen pebulu tangkis Tanah Air.
Gagalnya Indonesia meraih medali di kejuaraan tersebut karena Indonesia mengalami permasalahan kompleks di antaranya kondisi atlet, persiapan, termasuk banyaknya turnamen yang diikuti para atlet.
Strategi pembinaan nasional
Candra, pria kelahiran Cirebon, 16 September 1975 ini menyampaikan bahwa banyak hal yang harus dievaluasi. Namun ia menitikberatkan pada sistem pengembangan strategi pembinaan nasional, bukan hanya kepada pemain yang ada di Pelatnas dan pelapisnya.
Pria yang pernah berpasangan dengan Tony Gunawan hingga Sigit Budiarto ini mengatakan bahwa bulu tangkis Indonesia harus bisa berbenah diri. Apalagi negara lain sudah banyak pemain muda yang bermunculan, berprestasi bahkan menyaingi dan mengalahkan pemain-pemain senior Tanah Air.
Kegagalan Tim bulu tangkis Indonesia di Asian Games 2022 tersebut harus disikapi dengan kepala dingin. Semua pihak harus saling merangkul dan tidak saling menyalahkan satu sama lain demi menjaga marwah Indonesia sebagai negara yang kerap menyumbang medali pada Asian Games bahkan Olimpiade.
“Bukan mengkambinghitamkan atau siapa yang salah tetapi ini memang secara keseluruhan atau semuanya mengambil peranan untuk bisa all out,” kata Candra.
Semua pengurus, pelatih, termasuk atlet itu sendiri harus maksimal dalam menjalankan tugas tanggung jawab masing-masing sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa.
Candra sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Namun, semua pihak untuk tetap berusaha maksimal, terus optimistis, dan tidak berputus asa dengan apa yang terjadi saat ini.
Peraih medali emas Olimpiade 2000 Sydney saat berpasangan dengan Tony Gunawan ini mengatakan bahwa Indonesia dikenal sebagai kekuatan dominan dalam bulu tangkis, dengan sejarah panjang dan atlet-atlet unggulan yang meraih sukses di tingkat nasional dan internasional.
Marwah warisan kehebatan bulu tangkis Indonesia itu harus dijaga dengan baik melalui pembinaan atlet muda dan pengembangan olahraga untuk masa depan yang gemilang. Apalagi dalam menghadapi olimpiade berikutnya.
Sebagai negara besar, negara bulu tangkis untuk merah putih, tentunya harus punya tiga hal pertama visi misi yang besar, kedua spirit dan semangat dan ketiga hati yang besar.
Keterbukaan dalam pembinaan, penjaringan, promosi degradasi, termasuk dukungan pemerintah secara maksimal juga harus diperhatikan.
Pembinaan sejak dini juga diperlukan dalam membentuk atlet agar memiliki jiwa petarung, berkarakter, serta mempunyai mental juara sejati dalam membela merah putih ketika membawa nama bangsa dan negara di level internasional.
Hal tersebut demi mempertahan posisi Indonesia sebagai negara yang kaya akan atlet bulu tangkis berbakat yang terus mengukir prestasi dalam olahraga ini dan menjadi kekuatan utama dalam dunia bulu tangkis.
Sementara itu, pelatih bulu tangkis senior Mulyo Handoyo mengingatkan pentingnya pembenahan atau evaluasi manajemen maupun kepelatihan seusai kegagalan perwakilan bulu tangkis Indonesia meraih medali di Asian Games 2022.
Mantan pelatih pebulu tangkis legendaris Taufik Hidayat itu menilai bahwa pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) harus melakukan evaluasi secara tegas, baik manajemen ataupun kepelatihan.
Dengan menganalisis kegagalan, mengidentifikasi kelemahan, dan meningkatkan persiapan atlet, Indonesia dapat kembali ke panggung olahraga dengan semangat yang lebih kuat dan hasil yang lebih gemilang di masa depan.
Menurutnya kegagalan perwakilan Indonesia dalam membawa pulang medali di Asian Games 2022 merupakan pukulan keras bagi prestasi olahraga Indonesia, sehingga perlunya perbaikan signifikan dalam persiapan dan strategi dalam menghadapi kompetisi tingkat Asia yang sangat kompetitif.
Salah satu langkah penting adalah meningkatkan pembinaan bakat muda dalam berbagai cabang olahraga. Investasi dalam pengembangan atlet muda dengan potensi tinggi dapat membantu Indonesia bersaing dengan lebih baik di tingkat internasional.
“Semua harus menginstropeksi diri. Ini menyangkut nama baik Indonesia, pokoknya untuk kepentingan nasional harus diutamakan,” kata dia.
Perencanaan yang matang juga diperlukan dalam mengikuti kejuaraan karena hal tersebut akan menjadi fondasi keberhasilan. Hal itu akan membantu atlet mempersiapkan strategi, fokus mental, dan pelaksanaan terbaik untuk mencapai tujuan mereka di arena kompetisi.
Evaluasi yang cermat dan terinci adalah langkah penting yang harus diambil oleh PBSI agar dapat mengembalikan marwah Indonesia sebagai negara yang selalu menyumbangkan medali pada Asian Games, bahkan Olimpiade.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
Kegagalan total para atlet bulu tangkis Indonesia di
Asian Games 2022 memang merupakan pukulan telak karena cabang olahraga ini menjadi harapan utama sumber medali emas bagi Kontingen Indonesia.
Di atas kertas, harapan itu memang sangat wajar.
Di dunia bulu tangkis, Indonesia telah menjadi negara yang selalu diperhitungkan. Keberhasilan dalam meraih medali emas adalah tradisi yang telah lama diukir. Namun, Asian Games 2022 menyuguhkan kisah memilukan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Untuk kali pertama dalam sejarah Asian Games, Indonesia gagal meraih medali di cabang olahraga bulu tangkis, menyusul tidak ada satu pun wakil tim Merah Putih yang maju ke babak semifinal nomor perseorangan Asian Games 2022 Hangzhou.
Padahal, cabang olahraga itu sejak pertama kali dipertandingkan di ajang kejuaraan empat tahunan tersebut pada tahun 1962, selalu membawa pulang medali dan menjadi pilar utama posisi Kontingen Indonesia dalam klasemen perolehan medali pesta olahraga antar negara Asia itu.
Masyarakat Indonesia selalu memandang bulu tangkis sebagai salah satu harapan utama untuk mendapatkan medali emas dalam setiap ajang olahraga internasional. Namun, para punggawa bulu tangkis Indonesia yang telah berjuang keras harus menerima kenyataan pahit bahwa medali emas tidak dapat mereka bawa pulang. Bahkan, jangankan emas, perunggu pun kali ini nihil.
Kekecewaan dan cibiran pun tak terhindarkan dilayangkan, terutama kepada jajaran pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Namun, apa pun yang terjadi, kita hendaknya harus selalu menghargai dan mendukung para atlet. Mereka adalah pahlawan bangsa yang berjuang dengan tekad dan semangat untuk mengharumkan nama Indonesia. Dukungan dan semangat dari masyarakat sangat berarti bagi mereka.
Pengurus PBSI, Tim pelatih, dan atlet bulu tangkis Indonesia selaiknya bersama-sama merenung tentang apa yang telah terjadi. Mereka mengambil waktu untuk memahami kegagalan ini dan berkomitmen untuk kembali berlatih dengan lebih keras lagi.
Kegagalan atas harapan yang tinggi memang membuat kecewa. Namun, di mata masyarakat, atlet-atlet ini bukanlah pecundang, tetapi pahlawan yang telah berjuang dengan segala kemampuan mereka. Dukungan dan cinta dari rakyat Indonesia harus tetap mengalir, memberikan semangat kepada para atlet untuk bangkit kembali di masa depan.
Munculnya suara-suara kritikan dan saran tak semestinya menjadi pemantik untuk mencari siapa yang salah maupun benar. Namun hal itu penting diresapi demi kebaikan bulu tangkis Tanah Air.
Sejarah memilukan ini mungkin menjadi cambuk yang diperlukan untuk mendorong perubahan dan perbaikan dalam persiapan tim bulu tangkis Indonesia. Dalam kegagalan, mereka mencari kekuatan dan motivasi untuk meraih prestasi lebih tinggi di masa yang akan datang.
Dalam menghadapi tantangan ke depan, marwah bulu tangkis Indonesia harus tetap terjaga dengan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas atlet. Dengan semangat ini, Indonesia akan terus bersaing dan meraih keberhasilan di pentas olahraga dunia.
Optimisme juga harus tetap menyala di hati atlet-atlet Indonesia, karena kegagalan adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan. Dengan semangat yang kuat, tentu akan siap kembali ke panggung internasional dan mengukir sejarah baru untuk negara tercinta.
Pelajaran berharga
Asian Games 2022 telah menghadirkan catatan yang sangat berharga bagi marwah bulu tangkis Indonesia. Ini adalah momen yang mengingatkan tentang kebutuhan akan upaya berkelanjutan dalam menjaga citra olahraga ini di Tanah Air.
Di tengah kegagalan ada sejumlah pelajaran berharga yang harus diambil untuk meningkatkan prestasi dan integritas olahraga bulu tangkis Indonesia di kancah internasional.
Untuk kali pertama dalam sejarah Asian Games, Indonesia gagal meraih medali di cabang olahraga bulu tangkis, menyusul tidak ada satu pun wakil tim Merah Putih yang maju ke babak semifinal nomor perseorangan Asian Games 2022 Hangzhou.
Tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung, yang menjadi tumpuan terakhir Indonesia harus menelan kekalahan dari wakil Jepang Aya Ohori 10-21, 19-21 dalam babak perempat final, Kamis.
Sebagai tumpuan, Gregoria nampak sekali tidak bermain lepas. Beban berat di pundaknya membuat tunggal putri terbaik Indonesia ini tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Pebulu tangkis binaan klub Mutiara Bandung ini pun tak kuasa membendung sejarah buruk yang mencoreng perbulutangkisan Indonesia.
Kita pun tak sepatutnya menyalahkan Gregroria dan kawan-kawan karena banyak faktor penyebab kegagalan itu.
Legenda bulu tangkis Indonesia, Candra Wijaya, menilai bahwa sulitnya pebulu tangkis Indonesia meraih medali di Asian Games 2022 karena tingginya intensitas turnamen yang diikuti oleh para atlet sehingga fokus untuk mencapai target menjadi terganggu.
Banyaknya jam terbang yang harus ditempuh menjadikan fokus untuk meraih medali dalam satu kejuaraan menjadi terpecah atau kabur. Kondisi ini harus menjadi dievaluasi bagi elemen pebulu tangkis Tanah Air.
Gagalnya Indonesia meraih medali di kejuaraan tersebut karena Indonesia mengalami permasalahan kompleks di antaranya kondisi atlet, persiapan, termasuk banyaknya turnamen yang diikuti para atlet.
Strategi pembinaan nasional
Candra, pria kelahiran Cirebon, 16 September 1975 ini menyampaikan bahwa banyak hal yang harus dievaluasi. Namun ia menitikberatkan pada sistem pengembangan strategi pembinaan nasional, bukan hanya kepada pemain yang ada di Pelatnas dan pelapisnya.
Pria yang pernah berpasangan dengan Tony Gunawan hingga Sigit Budiarto ini mengatakan bahwa bulu tangkis Indonesia harus bisa berbenah diri. Apalagi negara lain sudah banyak pemain muda yang bermunculan, berprestasi bahkan menyaingi dan mengalahkan pemain-pemain senior Tanah Air.
Kegagalan Tim bulu tangkis Indonesia di Asian Games 2022 tersebut harus disikapi dengan kepala dingin. Semua pihak harus saling merangkul dan tidak saling menyalahkan satu sama lain demi menjaga marwah Indonesia sebagai negara yang kerap menyumbang medali pada Asian Games bahkan Olimpiade.
“Bukan mengkambinghitamkan atau siapa yang salah tetapi ini memang secara keseluruhan atau semuanya mengambil peranan untuk bisa all out,” kata Candra.
Semua pengurus, pelatih, termasuk atlet itu sendiri harus maksimal dalam menjalankan tugas tanggung jawab masing-masing sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa.
Candra sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Namun, semua pihak untuk tetap berusaha maksimal, terus optimistis, dan tidak berputus asa dengan apa yang terjadi saat ini.
Peraih medali emas Olimpiade 2000 Sydney saat berpasangan dengan Tony Gunawan ini mengatakan bahwa Indonesia dikenal sebagai kekuatan dominan dalam bulu tangkis, dengan sejarah panjang dan atlet-atlet unggulan yang meraih sukses di tingkat nasional dan internasional.
Marwah warisan kehebatan bulu tangkis Indonesia itu harus dijaga dengan baik melalui pembinaan atlet muda dan pengembangan olahraga untuk masa depan yang gemilang. Apalagi dalam menghadapi olimpiade berikutnya.
Sebagai negara besar, negara bulu tangkis untuk merah putih, tentunya harus punya tiga hal pertama visi misi yang besar, kedua spirit dan semangat dan ketiga hati yang besar.
Keterbukaan dalam pembinaan, penjaringan, promosi degradasi, termasuk dukungan pemerintah secara maksimal juga harus diperhatikan.
Pembinaan sejak dini juga diperlukan dalam membentuk atlet agar memiliki jiwa petarung, berkarakter, serta mempunyai mental juara sejati dalam membela merah putih ketika membawa nama bangsa dan negara di level internasional.
Hal tersebut demi mempertahan posisi Indonesia sebagai negara yang kaya akan atlet bulu tangkis berbakat yang terus mengukir prestasi dalam olahraga ini dan menjadi kekuatan utama dalam dunia bulu tangkis.
Sementara itu, pelatih bulu tangkis senior Mulyo Handoyo mengingatkan pentingnya pembenahan atau evaluasi manajemen maupun kepelatihan seusai kegagalan perwakilan bulu tangkis Indonesia meraih medali di Asian Games 2022.
Mantan pelatih pebulu tangkis legendaris Taufik Hidayat itu menilai bahwa pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) harus melakukan evaluasi secara tegas, baik manajemen ataupun kepelatihan.
Dengan menganalisis kegagalan, mengidentifikasi kelemahan, dan meningkatkan persiapan atlet, Indonesia dapat kembali ke panggung olahraga dengan semangat yang lebih kuat dan hasil yang lebih gemilang di masa depan.
Menurutnya kegagalan perwakilan Indonesia dalam membawa pulang medali di Asian Games 2022 merupakan pukulan keras bagi prestasi olahraga Indonesia, sehingga perlunya perbaikan signifikan dalam persiapan dan strategi dalam menghadapi kompetisi tingkat Asia yang sangat kompetitif.
Salah satu langkah penting adalah meningkatkan pembinaan bakat muda dalam berbagai cabang olahraga. Investasi dalam pengembangan atlet muda dengan potensi tinggi dapat membantu Indonesia bersaing dengan lebih baik di tingkat internasional.
“Semua harus menginstropeksi diri. Ini menyangkut nama baik Indonesia, pokoknya untuk kepentingan nasional harus diutamakan,” kata dia.
Perencanaan yang matang juga diperlukan dalam mengikuti kejuaraan karena hal tersebut akan menjadi fondasi keberhasilan. Hal itu akan membantu atlet mempersiapkan strategi, fokus mental, dan pelaksanaan terbaik untuk mencapai tujuan mereka di arena kompetisi.
Evaluasi yang cermat dan terinci adalah langkah penting yang harus diambil oleh PBSI agar dapat mengembalikan marwah Indonesia sebagai negara yang selalu menyumbangkan medali pada Asian Games, bahkan Olimpiade.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023