Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh pada Kamis meminta konflik Timur Tengah segera dihentikan.
"Kita harus menghentikan perang ini, kita harus mengakhiri pendudukan Gaza, dan pemindahan paksa penduduknya," kata Shtayyeh dalam konferensi internasional mengenai bantuan kemanusiaan bagi kantung Palestina yang dikepung itu.
Konferensi itu sendiri diselenggarakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris.
"Warga Palestina memerlukan perlindungan internasional di Gaza, di Yerusalem, dan Tepi Barat," lanjut Shtayyeh.
Dia mendesak masyarakat internasional menjauhi kebijakan standar ganda.
"Tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan terhadap anak-anak," kata dia.
Shtayyeh menegaskan penderitaan masyarakat Palestina tidak dimulai pada 7 Oktober, melainkan sejak 75 tahun lalu.
Dia berharap pengadilan internasional mengambil "sikap yang jelas dengan mengadili para penjahat."
Dia juga menandaskan bahwa "hukum kemanusiaan internasional harus diterapkan kepada semua."
"Kita harus mengambil langkah tepat yang mengakhiri kejahatan terhadap rakyat Palestina yang terus terjadi ini," ujar dia.
Israel tengah melancarkan serangan udara dan darat bertubi-tubi ke Jalur Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober.
Sebanyak 10.569 warga Palestina tewas, termasuk 4.324 anak-anak dan 2.823 perempuan, sementara korban tewas di pihak Israel mencapai 1.600 jiwa.
Sementara itu persediaan pokok semakin menipis bagi 2,3 juta penduduk Gaza akibat blokade Israel, selain tingginya korban jiwa, pengungsian besar-besaran dan ribuan bangunan hancur.
Sejumlah negara Barat dituduh berstandar ganda dengan tidak menghargai nyawa warga sipil Palestina seperti warga sipil Israel.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Kita harus menghentikan perang ini, kita harus mengakhiri pendudukan Gaza, dan pemindahan paksa penduduknya," kata Shtayyeh dalam konferensi internasional mengenai bantuan kemanusiaan bagi kantung Palestina yang dikepung itu.
Konferensi itu sendiri diselenggarakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris.
"Warga Palestina memerlukan perlindungan internasional di Gaza, di Yerusalem, dan Tepi Barat," lanjut Shtayyeh.
Dia mendesak masyarakat internasional menjauhi kebijakan standar ganda.
"Tidak ada yang bisa membenarkan pembunuhan terhadap anak-anak," kata dia.
Shtayyeh menegaskan penderitaan masyarakat Palestina tidak dimulai pada 7 Oktober, melainkan sejak 75 tahun lalu.
Dia berharap pengadilan internasional mengambil "sikap yang jelas dengan mengadili para penjahat."
Dia juga menandaskan bahwa "hukum kemanusiaan internasional harus diterapkan kepada semua."
"Kita harus mengambil langkah tepat yang mengakhiri kejahatan terhadap rakyat Palestina yang terus terjadi ini," ujar dia.
Israel tengah melancarkan serangan udara dan darat bertubi-tubi ke Jalur Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober.
Sebanyak 10.569 warga Palestina tewas, termasuk 4.324 anak-anak dan 2.823 perempuan, sementara korban tewas di pihak Israel mencapai 1.600 jiwa.
Sementara itu persediaan pokok semakin menipis bagi 2,3 juta penduduk Gaza akibat blokade Israel, selain tingginya korban jiwa, pengungsian besar-besaran dan ribuan bangunan hancur.
Sejumlah negara Barat dituduh berstandar ganda dengan tidak menghargai nyawa warga sipil Palestina seperti warga sipil Israel.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023