Bogor (ANTARA) - Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad IM Shtayyeh di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin.
PM Shtayyeh bersama delegasi terbatas tiba di Istana Bogor sekitar pukul 10.30 WIB dengan diiringi oleh pasukan Nusantara, pasukan berkuda, dan korps musik Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Usai disambut oleh Presiden Jokowi, prosesi penyambutan dilanjutkan dengan upacara penyambutan resmi dengan diperdengarkannya lagu kebangsaan kedua negara dan diiringi dentuman meriam sebanyak 19 kali. Setelah dentuman meriam selesai, kedua pemimpin kemudian melakukan inspeksi pasukan kehormatan.
Jokowi dan Shtayyeh selanjutnya memperkenalkan masing-masing delegasi yang turut hadir mengikuti upacara.
Delegasi dari Indonesia terdiri atas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito, serta Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Qadir Jaelani.
Setelah saling memperkenalkan delegasi masing-masing, Jokowi kemudian mengajak Shtayyeh berfoto bersama dan menandatangani buku tamu kenegaraan di Ruang Teratai, Istana Bogor.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan penanaman bersama pohon Meranti Bunga atau Shorea leprosula oleh Jokowi dan Shtayyeh di halaman samping Istana Kepresidenan Bogor. Usai penanaman pohon bersama, kedua pemimpin negara itu menuju beranda untuk berbincang sejenak sebelum menggelar pertemuan bilateral bersama delegasi dari masing-masing.
Selanjutnya, kedua pemimpin menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan memberikan pernyataan pers bersama di Ruang Teratai. Rangkaian penyambutan resmi pun diakhiri dengan jamuan santap siang kenegaraan di Ruang Garuda.
Palestina merupakan satu-satunya negara peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA) Tahun 1955 yang hingga kini belum merdeka karena pendudukan Israel. Secara bilateral, Palestina terus berupaya menggalang pengakuan dari berbagai negara. Hingga 14 September 2015, tercatat 136 negara dari 193 anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara.
Dunia internasional hingga saat ini terus mendorong terwujudnya solusi damai antara Palestina dan Israel yang berdasarkan utamanya pada prinsip two-state solution, sebagaimana dimandatkan dalam berbagai resolusi Majelis Umum (MU) dan Dewan Keamanan (DK) PBB.
Namun, berbagai tantangan semakin menghadang perjalanan proses perdamaian di antara keduanya, seperti keputusan Amerika Serikat pada 6 Desember 2017 untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan diikuti dengan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 14 Mei 2018.
Indonesia konsisten menyuarakan hak-hak rakyat Palestina, termasuk mendorong berdirinya negara Palestina di bawah prinsip two-state solution, termasuk dalam penyelenggaraan Peringatan 60 Tahun KAA pada April 2015.
Dalam peringatan itu disepakati Declaration on Palestine untuk menggarisbawahi dukungan negara-negara Asia dan Afrika terhadap perjuangan bangsa Palestina memperoleh kemerdekaannya dan upaya menciptakan two-state solution.
Indonesia juga memberikan bantuan berupa pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi 1.257 warga Palestina di bidang infrastruktur, teknologi, informasi, pariwisata, light manufacturing, dan pertanian senilai 1,5 juta dolar AS bagi warga Palestina di bawah kerangka the Conference on Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD) serta bantuan sebesar Rp 20 miliar untuk pembangunan Indonesian Cardiac Center di RS As-Shifa di Gaza.