Dana Anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) pada Kamis mengatakan jumlah anak yang tewas di Tepi Barat dalam dua pekan terakhir jauh lebih banyak daripada angka sepanjang 2022.

"Tahun ini menjadi tahun paling mematikan bagi anak-anak dalam sejarah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, karena kekerasan akibat konflik mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," sebut Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Adele Khodr.

Sebagian wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, kini diduduki oleh Israel, dan sebagian lagi dikuasai oleh Otoritas Palestina.

Khodr menyebutkan ada 83 anak yang terbunuh dalam dua pekan terakhir di tengah meningkatnya operasi militer. Angka itu lebih dari dua kali lipat jumlah anak yang tewas tahun lalu.

Dia mengatakan lebih dari 576 anak terluka dan lainnya dikabarkan telah ditahan. Tepi Barat juga telah terdampak parah oleh pembatasan pergerakan dan akses masyarakat.

"Ketika dunia melihat situasi mengerikan di Jalur Gaza, anak-anak di Tepi Barat mengalami 'mimpi buruk' sendiri. Sayangnya, hidup dalam ketakutan dan kesedihan yang hampir terus-menerus menjadi hal biasa bagi anak-anak yang terkena dampaknya,” kata dia.

"Penderitaan anak-anak di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, jangan sampai tertutup begitu saja oleh konflik yang terjadi saat ini, (karena) hal itu telah menjadi bagian yang tak terpisahkan," tambahnya.

Sumber: Anadolu

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023