Teheran (Antara Babel) - Wakil Menteri Kesehatan Iran Ali Akbar Sayari pada Rabu (13/7) mengatakan, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual meningkat di negaranya, sebagian akibat dari diskusi soal seks yang masih dianggap tabu.
Seperti dilaporkan AFP, Sayari mengatakan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual naik dua kali lipat dalam satu dekade terakhir, dari 15 menjadi 30 persen.
"Pola penularan melalui seks meningkat dan orang-orang perlu terbuka dalam menerima informasi itu jika ingin mengendalikan penularannya," kata Sayari di sebuah konferensi pers dengan Oleg Chestnov, pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mayoritas penularan HIV/AIDS di Iran masih melalui jarum suntik yang dipakai bersama-sama oleh para pecandu narkoba, walaupun Sayari mengatakan otoritas ingin membatasi penularan dengan memberikan jarum suntik gratis.
Sayari tidak menjelaskan kenaikan penularan melalui hubungan seksual, namun menyayangkan bahwa isu tersebut tidak bisa didiskusikan secara terbuka di Republik Islam konservatif itu.
"Kami tidak bisa menjelaskan semua isu ini secara terbuka dan transparan kepada orang-orang," katanya, seperti dilansir kantor berita resmi IRNA.
"Contohnya, kami tidak bisa berbicara bebas soal kondom... orang-orang harus diberi kontrasepsi."
Seks di luar pernikahan adalah ilegal di bawah sistem hukum syariah Islam di Iran dan dalam beberapa tahun terakhir negara tersebut mengeluarkan serangkaian aturan untuk membatasi penggunaan kontrasepsi demi meningkatkan angka kelahiran.
Sebagai bagian dari upaya melawan HIV/AIDS, pemerintah untuk pertama kalinya mendirikan pusat-pusat untuk memberikan bantuan kepada para pekerja seks komersial, termasuk pemeriksaan untuk penyakit yang ditularkan secara seksual, pendidikan pencegahan dan alat kontrasepsi gratis.
Kementerian Kesehatan mengatakan, Selasa, ada sekitar 32.000 orang yang terinfeksi HIV di Iran, tanpa memberikan angka pada tahun-tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 84 persen adalah laki-laki dan sekitar 5.000 orang adalah penderita AIDS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
Seperti dilaporkan AFP, Sayari mengatakan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual naik dua kali lipat dalam satu dekade terakhir, dari 15 menjadi 30 persen.
"Pola penularan melalui seks meningkat dan orang-orang perlu terbuka dalam menerima informasi itu jika ingin mengendalikan penularannya," kata Sayari di sebuah konferensi pers dengan Oleg Chestnov, pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mayoritas penularan HIV/AIDS di Iran masih melalui jarum suntik yang dipakai bersama-sama oleh para pecandu narkoba, walaupun Sayari mengatakan otoritas ingin membatasi penularan dengan memberikan jarum suntik gratis.
Sayari tidak menjelaskan kenaikan penularan melalui hubungan seksual, namun menyayangkan bahwa isu tersebut tidak bisa didiskusikan secara terbuka di Republik Islam konservatif itu.
"Kami tidak bisa menjelaskan semua isu ini secara terbuka dan transparan kepada orang-orang," katanya, seperti dilansir kantor berita resmi IRNA.
"Contohnya, kami tidak bisa berbicara bebas soal kondom... orang-orang harus diberi kontrasepsi."
Seks di luar pernikahan adalah ilegal di bawah sistem hukum syariah Islam di Iran dan dalam beberapa tahun terakhir negara tersebut mengeluarkan serangkaian aturan untuk membatasi penggunaan kontrasepsi demi meningkatkan angka kelahiran.
Sebagai bagian dari upaya melawan HIV/AIDS, pemerintah untuk pertama kalinya mendirikan pusat-pusat untuk memberikan bantuan kepada para pekerja seks komersial, termasuk pemeriksaan untuk penyakit yang ditularkan secara seksual, pendidikan pencegahan dan alat kontrasepsi gratis.
Kementerian Kesehatan mengatakan, Selasa, ada sekitar 32.000 orang yang terinfeksi HIV di Iran, tanpa memberikan angka pada tahun-tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 84 persen adalah laki-laki dan sekitar 5.000 orang adalah penderita AIDS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016