Jakarta (Antara Babel) - Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakhiri mengatakan persaingan tenaga kerja menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari pada saat ini terutama pada saat era kompetisi seperti saat ini.

"Pada era hari ini, persaingan menjadi sesuatu yang tak bisa dihindari. Persaingan tenaga kerja terjadi di semua tempat mulai dari level terendah hingga internasional," ujar Menteri Hanif saat membuka rakernas LP3I di Jakarta, Senin.

Itu pula yang membuat pemerintah harus fokus pada peningkatan sumber daya manusia. Pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), lanjut dia, mobilitas tenaga kerja juga menjadi hal yang tak bisa dihindari juga.

"Tetapi semangat kompetisi menuntut kita, untuk meningkatkan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri," kata dia.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menjelaskan salah satu kelemahan tenaga kerja Indonesia, adalah lemahnya kemampuan dalam penguasaan bahasa asing.

Selain itu, dia juga meminta agar universitas mengkaji ulang program studi yang ada agar relevan dengan kebutuhan industri.

"Oleh sebab itu, pendidikan vokasi itu sangat penting."

Dia meminta agar perguruan tinggi mempunyai kurikulum yang juga selaras dengan kebutuhan industri.

"Gelar tidak dipakai di dunia kerja, sarjana banyak yang nganggur begitu juga lulusan pascasarjana juga banyak yang menganggur," cetus dia.

Banyaknya pengangguran terdidik itu, lanjut dia, karena pendidikan yang tidak mengajarkan keterampilan dan lebih mengedepankan teori.

Misalnya mahasiswa jurusan peternakan, namun praktiknya di lapangan sama sekali tidak pernah menyentuh ternak.

"Tantangan kita semua yang bergerak di bidang pendidikan vokasi dan profesi, adalah mengkaji ulang kembali relevansinya dengan pasar kerja. Kalau memang perlu ada program studi yang tidak relevan dengan dunia industri jangan dipaksakan terus keberadaannya," tukas alumni IAIN Walisongo itu.

Pewarta: Indriani

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016