Pendidikan dan pelatihan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran dan keamanan siber. Dalam era digital, individu harus memiliki kemampuan untuk mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dan pelatihan dapat membantu individu dalam mengembangkan kompetensi digital yang diperlukan untuk memahami dan menghadapi ancaman keamanan siber. 

Peningkatan kesadaran keamanan siber secara keseluruhan dapat dicapai melalui pendidikan dan pelatihan, keamanan siber semakin meningkat dengan pesat di dunia digital saat ini, karena risikonya sekarang lebih tinggi dan lebih serius daripada sebelumnya. 

Serangan siber dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi perusahaan, terutama jika data pebisnisannya dicuri. Namun, ancaman juga dapat mencakup gangguan yang signifikan pada aktivitas operasional perusahaan.

Dalam hal ini, pendidikan dan pelatihan memainkan peran kunci dalam menciptakan pertahanan keamanan siber yang efektif.

Pendidikan yang efektif dalam meningkatkan kesadaran dan keamanan siber meliputi beberapa aspek.

Pertama, pendidikan dan pelatihan bertanggung jawab atas pengurangan risiko insiden keamanan siber. Karyawan organisasi sering kali menjadi target langsung serangan siber, yang mengeksploitasi mereka melalui teknik-teknik seperti phishing. Jika mereka mendapatkan pelatihan yang memadai, karyawan mengetahui cara menanggapi tanda-tanda peringatan penyusupan cybercrime mereka. Simulasi ancaman dan kursus berkelanjutan membangun kewaspadaan pada karyawan, membuat mereka lebih siap dalam hal tersebut.

Kedua, pendidikan dan pelatihan memainkan peran yang signifikan dalam membentuk budaya keamanan organisasi. Secara spesifik, ketika karyawan terpelatih menjaga kerahasiaan informasi dan harus mengikuti praktik keamanan, hal ini akan tercermin dalam tindakan mereka. Budaya keamanan yang baik akan mempromosikan kepatuhan melalui politik yang kokoh dan lingkungan di mana setiap orang bertanggung jawab atas keamanannya sendiri serta organisasi secara keseluruhan. 

Namun, sebagian besar organisasi menghadapi beberapa kendala dalam membangun pelatihan dan pendidikan dalam keamanan siber. Salah satu kendala terbesar adalah perlunya mengkaji dan memperbarui program ini secara berkala. Karena ancaman siber terus berevolusi, program berisiko ketinggalan zaman dan tidak berguna bagi karyawan.

Selain itu, berdasarkan peran/kebutuhan fungsi pelatihan harus disesuaikan dengan jenis situasi dan perannya. Seperti yang saya sebutkan di atas, karyawan berbagai divisi mungkin menghadapi jenis ancaman yang berbeda dan persepsi terhadap situasi yang berbeda. Karena itu, pelatihan berbasis peran dengan konteks kerja akan lebih efisien. Dalam upaya meningkatkan kesadaran keamanan, teknologi pun dapat menjadi penunjang. Platfrom seperti E-learning, gamifikasi, alat penilaian otomatis, dan alat lain dapat menarik dan efektif bagi karyawan. Teknologi memungkinkan pelatihan berlangsung dengan lebih mudah dan fleksibel, yang artinya pelatihannya akan selalu berlanjut dan konsisten.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah bagian penting yang harus dimasukkan dalam strategi keamanan siber secara keseluruhan. Dengan menumbuhkan kesadaran dan membangun pengetahuan karyawan sebab program pelatihan yang memberikan hasil, organisasi secara efektif membentuk garis depan pertahanan terhadap ancaman-ancaman tersebut. Mengalokasikan sumber daya untuk pendidikan dan program pelatihan bukan hanya membantu menjaga data dan sistem tetapi juga menciptakan budaya perlindungan yang berdampak bagi organisasi pengguna.

*) Rinti Nopita Sari adalah mahasiswa Universitas Bangka Belitung (UBB) Prodi Bisnis Digital Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.

Pewarta: Rinti Nopita Sari *)

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024