Pangkalpinang (ANTARA) - Membahas tentang Peran cyber security dalam melindungi data penduduk Indonesia. Hacker Bjorka yang dikenal karena membocorkan data penting seperti data My Pertamina, data Paspor Indonesia, data BPJS Ketenagakerjaan, data IndiHome, dan doxing pejabat publik, telah menjadi subjek perhatian dalam penelitian ini.
1. Kebocoran Data MyPertamina: Bjorka mengklaim memiliki 44 juta data yang diduga milik MyPertamina, sebuah platform layanan finansial digital dari Pertamina yang terintegrasi dengan aplikasi LinkAja. Data tersebut mencakup nama, email, NIK, NPWP, nomor telepon, dan pengeluaran pengguna. Bjorka menjual data tersebut dengan harga 25 ribu US dollar atau Rp392 juta melalui Bitcoin.
2. Kebocoran Data Paspor Indonesia: Bjorka juga diduga membocorkan 34 juta data paspor orang Indonesia di dark web dengan harga murah, yaitu hanya 10.000 dollar AS atau sekitar Rp150 juta. Data tersebut meliputi nama, nomor paspor, tanggal berlaku paspor, jenis kelamin, hingga tanggal berapa pasport tersebut diterbitkan.
3. Kebocoran Data BPJS Ketenagakerjaan: Bjorka mengklaim memiliki data dari pengguna BPJS Ketenagakerjaan berjumlah mencapai 19 juta. Data tersebut mencakup nama, nomor kartu, alamat, nomor telepon, dan lain-lain.
4. Kebocoran Data Indihome: Bjorka mengklaim memiliki 26 juta history browsing pelanggan Indihome, mencakup keyword, email, nama, jenis kelamin, hingga NIK. Namun, perwakilan Telkom Group menyatakan bahwa data yang bocor tidak valid dan merupakan hasil fabrikasi.
5. Doxing Pejabat Publik: Bjorka juga membagikan data pribadi yang diduga milik sejumlah pejabat publik Indonesia melalui grup Telegram miliknya, termasuk Menteri Kominfo, Johnny Plate.
Bjorka juga menentang digerebek pemerintah Indonesia dan beberapa kali mengunggah data sensitif di Breached Forums. Namun,beberapa kasusnya masih dalam penyelidikan dan belum ada penangkapan yang resmi dilakukan terhadap Bjorka.
*) Riko Ronaldy adalah Mahasiswa Universitas Bangka Belitung (UBB), Prodi Bisnis Digital Fakultas Ekonomi