Sebanyak sembilan pendayung ekspedisi Dayung Jelajah Nusantara "Belitung Sea Kayak Expedition 2024" mengikuti prosesi adat sebelum memulai ekspedisi mengelilingi pesisir Pulau Belitung.
"Tujuannya adalah untuk mendapatkan perlindungan dan kelancaran dari Allah SWT," kata Dukun Kampung Desa Tanjung Binga, Zamiri di Sheraton Resort, Sijuk, Belitung Minggu.
Prosesi adat tersebut dilaksanakan menjelang keberangkatan sembilan pendayung untuk melakukan ekspedisinya mengelilingi Pulau Belitung dengan menempuh jarak sejauh 450 kilometer searah jarum diperkirakan memakan waktu selama 28 hari.
Menurut dia, prosesi adat tersebut diawali dengan pembacaan doa "tolak balak"sehingga para pendayung mendapatkan perlindungan, keselamatan, dan kelancaran dalam ekspedisi tersebut.
Ia mengatakan, kemudian prosesi adat dilanjutkan dengan melakukan "kesalan" atau mencipratkan air yang sudah didoakan dan telah dicampur dengan daun "neruse" serta "ati-ati" baik ke tubuh pendayung serta peralatan yang akan mereka gunakan.
"Tadi sudah saya "kesalek" ke pendayung serta Sampan (Kayak) mereka, insya Allah lancar dari awal sampai akhir, sampai kembali ke sini lagi," ujarnya.
Zamiri menambahkan, kemudian ia juga menitipkan kayu garu kepada salah satu perwakilan pendayung, kayu garu ini diharapkan menjadi media pelindung para pendayung jika mendapatkan gangguan gaib pada saat mendayung di lautan atau bermalam di pesisir daratan.
"Kalau ada apa-apa di perjalanan tunu (bakar) saja kayu ini nanti akan keluar asap, namun mudah-mudahan tidak ada apa-apa di sepanjang perjalanan," katanya.
Selain itu, kayu garu yang dititipkan tersebut sebagai tanda rupa darinya sehingga mahkluk gaib tidak mengganggu ekspedisi perjalanan mereka.
"Kayu garu itu tanda rupa dari saya, jadi kalian makhluk gaib jangan mengganggu, mereka turun (mendayung) dari wilayah saya, jadi jangan ganggu karena aku ingin mereka selamat, kurang lebih begitulah," ujarnya.
Ketua Ekspedisi Dayung Jelajah Nusantara, Yoppi Saragih di Sijuk, Minggu mengatakan pihaknya sebagai pendatang memohon izin untuk memasuki wilayah Belitung dalam rangka melakukan perjalanan ekspedisi tersebut.
Ia menjelaskan para pendayung akan menghormati dan menghargai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
"Para pendayung kami nantinya akan melewati daerah bapak, maka kami memohon izin doa restu agar diberikan kesehatan, serta mohon diberikan arahan, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan nanti, mohon doanya juga agar cuaca baik dan misi ini berjalan dengan sukses," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Tujuannya adalah untuk mendapatkan perlindungan dan kelancaran dari Allah SWT," kata Dukun Kampung Desa Tanjung Binga, Zamiri di Sheraton Resort, Sijuk, Belitung Minggu.
Prosesi adat tersebut dilaksanakan menjelang keberangkatan sembilan pendayung untuk melakukan ekspedisinya mengelilingi Pulau Belitung dengan menempuh jarak sejauh 450 kilometer searah jarum diperkirakan memakan waktu selama 28 hari.
Menurut dia, prosesi adat tersebut diawali dengan pembacaan doa "tolak balak"sehingga para pendayung mendapatkan perlindungan, keselamatan, dan kelancaran dalam ekspedisi tersebut.
Ia mengatakan, kemudian prosesi adat dilanjutkan dengan melakukan "kesalan" atau mencipratkan air yang sudah didoakan dan telah dicampur dengan daun "neruse" serta "ati-ati" baik ke tubuh pendayung serta peralatan yang akan mereka gunakan.
"Tadi sudah saya "kesalek" ke pendayung serta Sampan (Kayak) mereka, insya Allah lancar dari awal sampai akhir, sampai kembali ke sini lagi," ujarnya.
Zamiri menambahkan, kemudian ia juga menitipkan kayu garu kepada salah satu perwakilan pendayung, kayu garu ini diharapkan menjadi media pelindung para pendayung jika mendapatkan gangguan gaib pada saat mendayung di lautan atau bermalam di pesisir daratan.
"Kalau ada apa-apa di perjalanan tunu (bakar) saja kayu ini nanti akan keluar asap, namun mudah-mudahan tidak ada apa-apa di sepanjang perjalanan," katanya.
Selain itu, kayu garu yang dititipkan tersebut sebagai tanda rupa darinya sehingga mahkluk gaib tidak mengganggu ekspedisi perjalanan mereka.
"Kayu garu itu tanda rupa dari saya, jadi kalian makhluk gaib jangan mengganggu, mereka turun (mendayung) dari wilayah saya, jadi jangan ganggu karena aku ingin mereka selamat, kurang lebih begitulah," ujarnya.
Ketua Ekspedisi Dayung Jelajah Nusantara, Yoppi Saragih di Sijuk, Minggu mengatakan pihaknya sebagai pendatang memohon izin untuk memasuki wilayah Belitung dalam rangka melakukan perjalanan ekspedisi tersebut.
Ia menjelaskan para pendayung akan menghormati dan menghargai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
"Para pendayung kami nantinya akan melewati daerah bapak, maka kami memohon izin doa restu agar diberikan kesehatan, serta mohon diberikan arahan, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan nanti, mohon doanya juga agar cuaca baik dan misi ini berjalan dengan sukses," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024