Bangka Barat (Antara Babel) - Belasan "sador" beraneka ragam bentuk dan warna hasil kreasi warga ikut menyemarakkan pesta adat Desa Kacung, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung.
Berlokasi di halaman rumah adat Suku Ketapik Desa Kacung, Minggu, sebanyak 12 "sador" atau alat transportasi menyerupai becak yang dibuat dari hasil perakitan dua unit sepeda sudah berjajar rapi sejak pagi untuk mengangkut anak-anak yang akan melaksanakan khataman Al Quran.
"Kami membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk merakit sador berbentuk kuda yang menarik kereta kencana," kata warga setempat, Beni.
Sador kreasinya berbahan pelepah tangkai buah kolang kaling yang ditata sedemikian rupa menyerupai sebuah kereta kencana beratapkan ijuk.
Sebagai penarik kereta, sang kreator sengaja membuat patung kuda bersayap putih, berbahan kertas dengan rangka bambu dilapis kertas.
"Kami berharap anak kami yang hari ini melaksanakan khataman Al Quran senang dan berkesan naik sador keliling kampung," katanya.
Selain sador kreasinya, dalam acara tersebut juga terdapat sador yang dihias berbentuk kupu-kupu yang dibuat dari bahan bambu, rotan dan dilapis kain dengan cat warna-warni.
Kupu-kupu yang sayapnya bisa bergerak turun naik jika sador dijalankan tersebut cukup menyita perhatian penonton.
"Kalau dilihat dari bentuknya sador tersebut cukup menarik dan memiliki tema yang mengena dengan proses khataman Al Quran," kata salah satu juri, Arif (32).
Menurut dia, dalam sador berhias kupu-kupu tersebut sang kreator berusaha menampilkan proses metamorfosa kupu-kupu, mulai dari telur menjadi ulat, berubah menjadi kepompon g dan akhirnya menjadi kupu-kupu besar nan indah.
Proses metamorfosa tersebut menurut dia menyerupai proses pejalanan hidup para anak yang saat itu sedang menjalani proses khataman Al Quran menuju masa remaja.
"Secara tematik sang kreator cukup cerdas menangkap tema dan memvisualkan dalam bentuk sador kreasi, kami berharap ke depan semakin banyak seniman lokal yang bisa menampilkan seni kreasi sador sehingga menambah semarak acara tersebut," kata dia.
Pesta adat Desa Kacung merupakan upacara desa yang digelar setiap tahun sekali sebagai rasa syukur masyarakat terhadap ulang tahun desanya sekaligus merayakan pelaksanaan khataman Al Quran anak-anak desa setempat.
Pesta diawali dengan seremonial di rumah adat Suku Ketapik dan dilanjutkan arak-arakkan sador dan telur hias keliling kampung dan berakhir di masjid desa setempat.
Sepanjang perjalanan, arak-arakan disambut antusias warga yang sudah berjejer di pinggir jalan di depan rumah masing-masing, sesekali warga menghamburkan beras kunyit kepada rombongan sebagai bentuk suka cita bersama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
Berlokasi di halaman rumah adat Suku Ketapik Desa Kacung, Minggu, sebanyak 12 "sador" atau alat transportasi menyerupai becak yang dibuat dari hasil perakitan dua unit sepeda sudah berjajar rapi sejak pagi untuk mengangkut anak-anak yang akan melaksanakan khataman Al Quran.
"Kami membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk merakit sador berbentuk kuda yang menarik kereta kencana," kata warga setempat, Beni.
Sador kreasinya berbahan pelepah tangkai buah kolang kaling yang ditata sedemikian rupa menyerupai sebuah kereta kencana beratapkan ijuk.
Sebagai penarik kereta, sang kreator sengaja membuat patung kuda bersayap putih, berbahan kertas dengan rangka bambu dilapis kertas.
"Kami berharap anak kami yang hari ini melaksanakan khataman Al Quran senang dan berkesan naik sador keliling kampung," katanya.
Selain sador kreasinya, dalam acara tersebut juga terdapat sador yang dihias berbentuk kupu-kupu yang dibuat dari bahan bambu, rotan dan dilapis kain dengan cat warna-warni.
Kupu-kupu yang sayapnya bisa bergerak turun naik jika sador dijalankan tersebut cukup menyita perhatian penonton.
"Kalau dilihat dari bentuknya sador tersebut cukup menarik dan memiliki tema yang mengena dengan proses khataman Al Quran," kata salah satu juri, Arif (32).
Menurut dia, dalam sador berhias kupu-kupu tersebut sang kreator berusaha menampilkan proses metamorfosa kupu-kupu, mulai dari telur menjadi ulat, berubah menjadi kepompon g dan akhirnya menjadi kupu-kupu besar nan indah.
Proses metamorfosa tersebut menurut dia menyerupai proses pejalanan hidup para anak yang saat itu sedang menjalani proses khataman Al Quran menuju masa remaja.
"Secara tematik sang kreator cukup cerdas menangkap tema dan memvisualkan dalam bentuk sador kreasi, kami berharap ke depan semakin banyak seniman lokal yang bisa menampilkan seni kreasi sador sehingga menambah semarak acara tersebut," kata dia.
Pesta adat Desa Kacung merupakan upacara desa yang digelar setiap tahun sekali sebagai rasa syukur masyarakat terhadap ulang tahun desanya sekaligus merayakan pelaksanaan khataman Al Quran anak-anak desa setempat.
Pesta diawali dengan seremonial di rumah adat Suku Ketapik dan dilanjutkan arak-arakkan sador dan telur hias keliling kampung dan berakhir di masjid desa setempat.
Sepanjang perjalanan, arak-arakan disambut antusias warga yang sudah berjejer di pinggir jalan di depan rumah masing-masing, sesekali warga menghamburkan beras kunyit kepada rombongan sebagai bentuk suka cita bersama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016