Dermatitis atopik atau eksim adalah masalah kulit yang bisa menyerang siapa saja, terlepas dari usia maupun gaya hidupnya.
Menurut Dr. Sushil Tahiliani, MD, DV&D, konsultan dermatologi di Rumah Sakit Hinduja dan Pusat Penelitian Medis di Mumbai, India, tiga sampai empat persen individu dengan dermatitis atopik tidak menyadari kondisi mereka dan opsi penanganan yang tersedia.
"Sungguh menyedihkan melihat begitu banyak orang yang kebutuhannya tidak terpenuhi dalam mengelola penyakit ini," katanya dalam wawancara dengan Hindustan Times yang disiarkan pada Selasa (22/10).
Ia mengemukakan bahwa saat ini sudah ada terapi terarah yang menawarkan perbaikan kondisi kulit dan kualitas hidup bagi mereka yang menghadapi tantangan karena dermatitis atopik.
Berikut beberapa mitos dan fakta tentang dermatitis atopik yang menurut dokter Tahiliani perlu untuk dipahami untuk mengefektifkan penanganan masalah kulit tersebut.
1. Mitos bahwa dermatitis atopik menular
Faktanya dermatitis atopik adalah kondisi genetik dan tidak menular. Kontak dengan seseorang yang didiagnosis dengan dermatitis atopik tidak akan menyebabkan penularan. Masalah kulit ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh terlalu aktif, yang menyebabkan kulit menjadi gatal dan kering. Faktor lingkungan kemudian dapat memicu kekambuhan atau memperburuk gejalanya.
2. Mitos bahwa anak bisa sembuh dari dermatitis atopik
Faktanya meskipun beberapa anak mengalami gejala perbaikan kondisi seiring bertambahnya usia, tidak semua kasus dermatitis atopik bisa sembuh saat dewasa. Namun, penting untuk memprioritaskan perawatan kulit dan menerapkan tindakan pencegahan untuk minimalkan kekambuhan. Mencari saran medis untuk gejala yang terus-menerus sangat penting, karena kebiasaan perawatan kulit yang sehat berperan penting dalam mengelola dermatitis atopik secara efektif.
3. Mitos bahwa semua orang punya pemicu dermatitis atopik yang sama
Penyebab dermatitis atopik kambuh dapat sangat bervariasi dari orang ke orang, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sensitivitas kulit dan tingkat stres masing-masing individu. Mencari diagnosis profesional dan rencana perawatan yang dipersonalisasi sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi pemicu tertentu eksim secara efektif.
4. Mitos bahwa dermatitis atopik hanya masalah kulit
Faktanya dermatitis atopik bukan hanya masalah kulit, tapi kondisi yang memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Rasa gatal dan tidak nyaman yang terus-menerus akibat dermatitis atopik dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penderita dermatitis atopik lebih mungkin mengalami masalah kesehatan lain seperti obesitas, penyakit jantung, dan diabetes.
5. Mitos bahwa pengobatan rumahan dapat menyembuhkan dermatitis atopik
Seperti kondisi kronis lainnya, dermatitis atopik memerlukan penilaian medis menyeluruh dan pengobatan jangka panjang yang tepat. Pengobatan rumahan dapat melengkapi pengobatan yang diresepkan, tetapi tidak boleh diandalkan sebagai satu-satunya solusi. Menjalani pemeriksaan rutin dan mengikuti saran dokter adalah kunci untuk mengendalikan kondisi tersebut dalam jangka panjang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Menurut Dr. Sushil Tahiliani, MD, DV&D, konsultan dermatologi di Rumah Sakit Hinduja dan Pusat Penelitian Medis di Mumbai, India, tiga sampai empat persen individu dengan dermatitis atopik tidak menyadari kondisi mereka dan opsi penanganan yang tersedia.
"Sungguh menyedihkan melihat begitu banyak orang yang kebutuhannya tidak terpenuhi dalam mengelola penyakit ini," katanya dalam wawancara dengan Hindustan Times yang disiarkan pada Selasa (22/10).
Ia mengemukakan bahwa saat ini sudah ada terapi terarah yang menawarkan perbaikan kondisi kulit dan kualitas hidup bagi mereka yang menghadapi tantangan karena dermatitis atopik.
Berikut beberapa mitos dan fakta tentang dermatitis atopik yang menurut dokter Tahiliani perlu untuk dipahami untuk mengefektifkan penanganan masalah kulit tersebut.
1. Mitos bahwa dermatitis atopik menular
Faktanya dermatitis atopik adalah kondisi genetik dan tidak menular. Kontak dengan seseorang yang didiagnosis dengan dermatitis atopik tidak akan menyebabkan penularan. Masalah kulit ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh terlalu aktif, yang menyebabkan kulit menjadi gatal dan kering. Faktor lingkungan kemudian dapat memicu kekambuhan atau memperburuk gejalanya.
2. Mitos bahwa anak bisa sembuh dari dermatitis atopik
Faktanya meskipun beberapa anak mengalami gejala perbaikan kondisi seiring bertambahnya usia, tidak semua kasus dermatitis atopik bisa sembuh saat dewasa. Namun, penting untuk memprioritaskan perawatan kulit dan menerapkan tindakan pencegahan untuk minimalkan kekambuhan. Mencari saran medis untuk gejala yang terus-menerus sangat penting, karena kebiasaan perawatan kulit yang sehat berperan penting dalam mengelola dermatitis atopik secara efektif.
3. Mitos bahwa semua orang punya pemicu dermatitis atopik yang sama
Penyebab dermatitis atopik kambuh dapat sangat bervariasi dari orang ke orang, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sensitivitas kulit dan tingkat stres masing-masing individu. Mencari diagnosis profesional dan rencana perawatan yang dipersonalisasi sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi pemicu tertentu eksim secara efektif.
4. Mitos bahwa dermatitis atopik hanya masalah kulit
Faktanya dermatitis atopik bukan hanya masalah kulit, tapi kondisi yang memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Rasa gatal dan tidak nyaman yang terus-menerus akibat dermatitis atopik dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penderita dermatitis atopik lebih mungkin mengalami masalah kesehatan lain seperti obesitas, penyakit jantung, dan diabetes.
5. Mitos bahwa pengobatan rumahan dapat menyembuhkan dermatitis atopik
Seperti kondisi kronis lainnya, dermatitis atopik memerlukan penilaian medis menyeluruh dan pengobatan jangka panjang yang tepat. Pengobatan rumahan dapat melengkapi pengobatan yang diresepkan, tetapi tidak boleh diandalkan sebagai satu-satunya solusi. Menjalani pemeriksaan rutin dan mengikuti saran dokter adalah kunci untuk mengendalikan kondisi tersebut dalam jangka panjang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024