Bangkok (Antara Babel) - Raja baru Thaiand pada Jumat untuk pertama
kalinya tampil di muka umum sejak naik tahta pada hari sebelumnya,
mengakhiri masa ketidakpastian sejak kematian ayahnya, Raja Bhumibol
Adulyadej, pada 13 Oktober.
Raja Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun (64) ambil bagian dalam upacara di Grand Palace Bangkok untuk memperingati 50 hari mangkatnya Raja Bhumibol yang membuat negara itu berduka.
Para pegawai negeri sipil berpakaian hitam putih, warna resmi perkabungan, berbaris di jalan-jalan menuju istana ketika rombongan raja baru melintas.
Raja Maha Vajiralongkorn, yang sebelumnya merupakan putra mahkota, sedikit terkejut ketika dia diminta menunda penggantian menyusul kematian ayahnya, menyebabkan kekosongan tahta selama tujuh pekan.
Naik tahtanya Vajiralongkorn, yang berlangsung dalam upacara singkat yang disiarkan televisi pada Kamis (1/12) malam, mengakhiri masa peralihan pemerintahan yang belum pernah terjadi sebelumnya serta memunculkan pertanyaan baru tentang hubungan istana dengan para jenderal yang berkuasa sejak kudeta 2014.
Pemerintahan militer telah memperjelas keinginan mereka untuk mengawasi perkembangan ekonomi dan politik untuk tahun-tahun mendatang, bahkan setelah pemilihan umum yang dijanjikan digelar 2017 mendatang.
Para kritikus mengatakan konstitusi yang didukung militer, yang akan membutuhkan stempel raja baru untuk persetujuannya, akan memperkuat kekuatan tentara, namun analis keuangan optimistis atas prospek negara tersebut.
"Lupakan tentang intrik permainan tahta. Dengan wewenang konstitusi baru dan suksesi kerajaan di belakangnya, syarat-syarat untuk stabilitas kelembagaan berada di tempatnya," kata Tim Condon, Kepala Ekonom ING untuk Asia di Singapura dalam satu catatan.
"Kami menyesali ketidakhadirannya sejak 2013 selama kinerja ekonomi muram dan kami rasa ini mengembalikan titik balik yang penting," ujarnya.
Kekuatan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu telah menderita lebih dari satu dekade akibat gejolak politik yang muncul dari konfrontasi antara kelompok pendukung raja lama dan kekuatan politik populis baru.
Sejak mengambil alih kekuasaan pada 2014, pemerintahan junta berjuang menghidupkan kembali ekonomi yang tertatih akibat lemahnya ekspor dan kendurnya permintaan domestik.
"Thailand tetap rapuh secara politik dan tetap harus dilihat bagaimana raja baru akan melayari perairan yang tidak menentu," kata diplomat senior negara barat yang berbasis di Bangkok yang menolak untuk diidentifikasi karena masalah sensitif ini kepada Reuters.
Thailand adalah monarki konstitusional namun istana adalah salah satu institusi paling berpengaruh di sana.
Di jalan sekitar Grand Palace, toko-toko pada Jumat memajang potret berbingkai emas raja baru Thailand di samping gambar ayahnya.
Kritikan terhadap kerajaan, wali kerajaan atau ahli waris yang dikenal dalam istilah Prancis sebagai "lese majeste", merupakan tindakan kejahatan yang bisa dikenakan hukuman penjara hingga 15 tahun di Thailand. (Uu.R030)
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
Raja Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun (64) ambil bagian dalam upacara di Grand Palace Bangkok untuk memperingati 50 hari mangkatnya Raja Bhumibol yang membuat negara itu berduka.
Para pegawai negeri sipil berpakaian hitam putih, warna resmi perkabungan, berbaris di jalan-jalan menuju istana ketika rombongan raja baru melintas.
Raja Maha Vajiralongkorn, yang sebelumnya merupakan putra mahkota, sedikit terkejut ketika dia diminta menunda penggantian menyusul kematian ayahnya, menyebabkan kekosongan tahta selama tujuh pekan.
Naik tahtanya Vajiralongkorn, yang berlangsung dalam upacara singkat yang disiarkan televisi pada Kamis (1/12) malam, mengakhiri masa peralihan pemerintahan yang belum pernah terjadi sebelumnya serta memunculkan pertanyaan baru tentang hubungan istana dengan para jenderal yang berkuasa sejak kudeta 2014.
Pemerintahan militer telah memperjelas keinginan mereka untuk mengawasi perkembangan ekonomi dan politik untuk tahun-tahun mendatang, bahkan setelah pemilihan umum yang dijanjikan digelar 2017 mendatang.
Para kritikus mengatakan konstitusi yang didukung militer, yang akan membutuhkan stempel raja baru untuk persetujuannya, akan memperkuat kekuatan tentara, namun analis keuangan optimistis atas prospek negara tersebut.
"Lupakan tentang intrik permainan tahta. Dengan wewenang konstitusi baru dan suksesi kerajaan di belakangnya, syarat-syarat untuk stabilitas kelembagaan berada di tempatnya," kata Tim Condon, Kepala Ekonom ING untuk Asia di Singapura dalam satu catatan.
"Kami menyesali ketidakhadirannya sejak 2013 selama kinerja ekonomi muram dan kami rasa ini mengembalikan titik balik yang penting," ujarnya.
Kekuatan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu telah menderita lebih dari satu dekade akibat gejolak politik yang muncul dari konfrontasi antara kelompok pendukung raja lama dan kekuatan politik populis baru.
Sejak mengambil alih kekuasaan pada 2014, pemerintahan junta berjuang menghidupkan kembali ekonomi yang tertatih akibat lemahnya ekspor dan kendurnya permintaan domestik.
"Thailand tetap rapuh secara politik dan tetap harus dilihat bagaimana raja baru akan melayari perairan yang tidak menentu," kata diplomat senior negara barat yang berbasis di Bangkok yang menolak untuk diidentifikasi karena masalah sensitif ini kepada Reuters.
Thailand adalah monarki konstitusional namun istana adalah salah satu institusi paling berpengaruh di sana.
Di jalan sekitar Grand Palace, toko-toko pada Jumat memajang potret berbingkai emas raja baru Thailand di samping gambar ayahnya.
Kritikan terhadap kerajaan, wali kerajaan atau ahli waris yang dikenal dalam istilah Prancis sebagai "lese majeste", merupakan tindakan kejahatan yang bisa dikenakan hukuman penjara hingga 15 tahun di Thailand. (Uu.R030)
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016