Sydney, Australia, 2/2 (Antara/Reuters) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada Kamis dia akan meninjau sebuah "kesepakatan bodoh" untuk menerima ratusan pencari suaka Australia.

Pernyataan itu dikeluarkan setelah Washington Post melaporkan dia (Trump) memarahi Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan mengakhiri panggilan telepon yang tegang.

PM Australia mengatakan kepada para wartawan bahwa panggilan telepon Sabtu itu dilakukan secara mendadak dan menolak memberikan rincian percakapan "pribadi" yang menjadi berita di halaman depan bagi kedua negara itu.

Washington Post melaporkan bahwa Trump menjelaskan panggilan itu sebagai "yang terburuk sejauh ini".

Panggilan itu dilakukan segera setelah Washington mempertanyakan "pemeriksaan lebih" Australia dalam kesepakatan pemindahan pengungsinya.

Perjanjian itu disepakati pada akhir tahun lalu antara Australia dan dengan pemerintahan Barack Obama.

"Apakah anda mempercayainya? Pemerintahan Obama sepakat untuk menerima ribuan imigran gelap dari Australia. Mengapa? Saya akan mempelajari kesepakatan bodoh ini," kata Trump dalam akun Twitternya.

Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Washington sepakat untuk memindahkan hingga 1.250 orang pencari suaka yang ada di sejumlah kamp pemeriksaan di pulau-pulau Pasifik di Papua Nugini dan Nauru. Sebagai gantinya, Australia akan memindahkan pengungsi dari El Salvador, Guatemala dan Honduras.

Komentar Trump itu menambahkan kekhawatiran terhadap kesepakatan pemindahan itu, yang telah diragukan setelah Trump menandatangani perintah eksekutif minggu lalu yang menghentikan sementara program pengungsian AS dan melarang masuk pengunjung dari sejumlah negara mayoritas Muslim seperti Iran, Irak dan Suriah memasuki AS.

Banyak dari mereka yang ditahan di sejumlah lokasi penahanan Australia, yang menuai kritik tajam dari PBB dan sejumlah kelompok hak asasi, berasal dari sejumlah negara yang dilanda konflik seperti Afghanistan, Irak dan Iran.

    
"Terburuk sejauh ini"
    
Mengutip pejabat tinggi AS yang enggan disebutkan namanya terkait percakapan itu, Washington Post melaporkan bahwa Trump mengatakan kepada Turnbull dia telah berbicara dengan empat pemimpin negara lainnya pada Sabtu, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, namun mengatakan percakapan dengan pihak Australia "yang terburuk sejauh ini".

Percakapan itu dijadwalkan akan dilakukan selama satu jam namun Post mengatakan Trump menghentikannya pada menit ke-25 saat Turnbull mencoba membicarakan topik lain, seperti Suriah. Artikel Post itu juga menuliskan Trump menyebut rencana itu sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah ada" dan menuduh Australia mencoba mengekspor "pengebom Boston berikutnya".

Turnbull tidak memberikan komentar terkait tulisan itu. Dia hanya mengatakan bahwa dia yakin kesepakatannya masih berlaku.

"Percakapan itu dilakukan secara tiba-tiba, langsung, tertutup. Jika anda melihat laporannya, saya tidak akan menambahkan," ujar dia kepada para wartawan di Melbourne.

Laporan Washington Post dipandang luas sebagai hal yang memalukan bagi Turnbull, yang dirinya terpilih dengan selisih suara yang sangat tipis.

"Tuan Turnbull perlu mengkonfirmasi atau menyangkal kebenaran laporan itu," pemimpin pihak oposisi, Bill Shorten mengatakan kepada para wartawan di Perth.

Washington Post juga mengutip informasi resmi setelah panggilan Sabtu itu, yang menekankan "kekuatan dan kedekatan hubungan AS-Australia yang penting untuk kedamaian, kestabilan dan kesejahteraan di wilayah Asia Pasifik dan secara global".

Laporan Post itu juga menyebutkan Trump menyebutkan selisih kemenangannya dalam pemilu kepada Turnbull.

Pewarta:

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017