Muntok (Antara Babel) - Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson bersama puluhan kerabat korban menggelar peringatan 75 tahun tragedi Perang Dunia II yang terjadi di Muntok, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

"Kegiatan ini kami gelar sebagai penghormatan kepada para perawat dan warga Australia yang meninggal pada peristiwa tersebut, mereka telah membuktikan memiliki dedikasi tinggi dan menjadi korban di Pulau Bangka," katanya usai upacara yang digelar di Museum Timah Indonesia di Muntok, Kamis.

Ia mengatakan, kedatangan para pejabat Australia dan puluhan keluarga korban untuk memberikan penghormatan kepada para perawat Australia yang meninggal di Pulau Bangka selama berlangsungnya Perang Dunia II.

Menurut dia, upacara penghormatan merupakan acara penting bagi warga Australia, bahkan terdapat puluhan kerabat dan keluarga korban yang sengaja datang ke Muntok.

"Acara ini sangat spesial karena bertepatan dengan 75 tahun peristiwa tersebut, kami berharap ke depan akan terjadi ikatan emosional yang lebih antara dua negara," katanya.

Ia juga menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada warga lokal yang pada peristiwa tersebut berjibaku dan rela memberikan pertolongan kepada korban selamat dari Australia.

"Salah satu perawat yaitu Vivian Bullwinkel berhasil diselamatkan warga, aksi penyelamatan tersebut bukan tanpa resiko pada saat itu. Kita harus menghargai hal itu sebagai sesama manusia," katanya.

Ia mengatakan, pada peringatan kali ini memang cukup banyak yang datang, baik dari pejabat Australia maupun keluarga dan kerabat korban karena bertepatan dengan 75 tahun peristiwa tersebut.

Namun, tidak menutup kemungkinan kegiatan sejenis akan dilaksanakan sebagai agenda tahunan.

"Setiap tahun selalu ada dari pihak keluarga korban yang datang, bahkan mereka telah memasang beberapa plakat pengingat di beberapa tempat di Muntok," kata dia.

Ia menambahkan, ke depan kerja sama akan ditingkatkan, terutama pada bidang yang terkait dengan periwtiwa terasebut, salah satunya kontribusi perawatan plakat dan monumen memorial.

Pada Februari 1942, sebuah kapal membawa tentara Inggris yang terluka serta perawat Australia mengungsi dari Singapura, namun di tengah perjalanan, di sekitar Selat Bangka kapal tersebut ditenggelamkan oleh pesawat pembom milik Jepang.

Penumpang yang selamat dari pemboman tersebut berkumpul di Pantai Radji Muntok, namun tentara Jepang menolak menerima penyerahan diri kelompok tersebut dan mengeksekusi sebanyak 50 tentara dan pelaut Inggris sebelum menembak 22 perawat Australia yang dipaksa berjalan di tepi laut, sebelum dieksekusi.

Dalam peristiwa tersebut hanya satu orang yang selamat, yaitu seorang perawat bernama Vivian Bullwinkel yang dalam kondisi terluka parah.

Atas kemurahan hati para warga di desa terdekat lokasi kejadian yang rela merawat selama 13 hari, Vivian selamat, namun kemudian dia menghabiskan berikutnya di kamp tawanan perang di Pulau Bangka dan Sumatera.

Kepala Atase Pertahanan Australia untuk Indonesia, Laksamana Robert Plath juga memberikan apresiasi terhadap warga lokal yang gagah berani memberikan pertolongan kepada warga Australia yang selamat dari peristiwa tersebut.

"Selama berminggu-minggu warga desa mempertaruhkan nyawa untuk memberi Vivian makanan dan memastikan pulih dari cedera," katanya.

Pengorbanan tersebut, menurut dia, menjadi kisah yang cukup emosional dan mendalam.

"Keberanian dan pengorbanan para perawat Australia dan kemurahan serta kebaikan hati orang Pulau Bangka perlu terus dikenang," katanya.

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017