Jakarta (Antara Babel) - Dari sekian banyak kunjungan kepala negara sahabat ke Indonesia, bisa jadi kedatangan Raja Salman dari Arab Saudi menjadi yang paling menarik dan dinantikan sepanjang 2017.

Keseriusan delegasi Arab Saudi untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia bisa dilihat dari jumlah rombongan yang sangat besar bila dibandingkan rombongan tamu negara yang mengunjungi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Persiapan yang dilakukan pun tidak main-main, dari lokasi kedatangan di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta hingga rencana rombongan yang akan menghabiskan waktu liburan di Pulau Dewata Bali sejak 4 Maret hingga 9 Maret mendatang, semua fasilitas disiapkan dengan matang.

Menurut keterangan  Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Raja Salman akan membawa anggota rombongan sebanyak 1.500 orang ditambah 10 menteri dan 25 pangeran.

Pramono mengatakan, terakhir kali Raja Arab mengunjungi Indonesia pada 1970 saat itu Raja Faisal berkunjung ke Jakarta.

Pemerintah Indonesia merespons dengan baik kunjungan Raja Salman yang ditunjukkan dengan rencana penyambutan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, saat pemimpin Arab Saudi itu tiba.

Respons serupa juga ditunjukkan oleh pimpinan DPR RI yang akan menerima Raja Arab Saudi itu di gedung parlemen pada Kamis (2/3) mendatang.

Sejak pertengahan Februari, rencana kunjungan Raja Salman sudah dibicarakan antara Ketua DPR RI Setya Novanto dengan Ketua Parlemen atau Ketua Majelis Syuro Arab Saudi Syeikh Abdullah Bin Muhammad Bin Ibrahim Al-Syeikh.

Sejak akhir Februari, Gedung Parlemen terus melakukan persiapan untuk menerima kedatangan tamu dari Timur Tengah itu.

Tak hanya eskalator dan kelengkapan lainnya yang disiapkan, gedung yang dibangun untuk keperluan Ganefo pada dekade 1960an itu juga bersolek agar lebih indah.

Dalam beberapa hari terakhir baik Ketua DPR RI Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon melakukan pengecekan persiapan infrastruktur dan rangkaian acara menyambut kedatangan Raja Arab Saudi itu. Baik Setya Novanto maupun Fadli Zon menilai kunjungan ini memiliki arti yang penting bagi kedua negara.

        
Tanggapan Positif

Raja Salman diagendakan untuk memberikan pidato di hadapan anggota DPR RI untuk menyampaikan pandangannya tentang kerja sama Indonesia dan Arab Saudi.

Kunjungan adik tiri Raja Faisal ini mendapat tanggapan yang positif dari kalangan parlemen.

Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan mengatakan kunjungan ini bersejarah dan menunjukkan Indonesia memiliki daya tarik sangat tinggi bagi Kerajaan Arab Saudi.

"Kunjungan Raja Salman ini adalah kunjungan Raja Kerajaan Arab Saudi yang pertama setelah 46 tahun lalu, Raja Faisal berkunjung ke Indonesia," katanya.

Menurut Taufik, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar menjadi yang potensial, bukan hanya dari perspektif budaya, tapi juga sosial, politik, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan.

Wakil Ketua DPR RI Bidang Ekonomi dan Keuangan ini juga menjelaskan, banyak hal yang akan dibicarakan dalam kunjungan tersebut, antara lain beberapa hal penting yang menyangkut kepentingan kerja sama kedua belah pihak, seperti perjanjian kerja sama investasi.

"Ini adalah kesempatan penting dalam perspektif ekonomi. Arab Saudi sudah mewacanakan kerja sama investasi tersebut sebelumnya dengan nilai kerja sama yang hampir mencapai 300 triliun," katanya.

Indonesia sebagai negara demokrasi, dapat memanfaatkan kunjungan ini untuk membicarakan peran Indonesia dan Arab Saudi dalam meredakan ketegangan konflik di negara-negara Muslim, serta memberi kontribusi bagi solusi terhadap ancaman terorisme,  khususnya menekan paham-paham radikal.

Taufik berharap, kunjungan Raja Salman ini bukan sekedar seremonial belaka, apalagi sekedar menggelar karpet merah untuk penguasa Arab tersebut.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan kunjungan kenegaraan Raja Salman dari Arab Saudi merupakan momentum penting sehingga pihaknya berharap pemerintah mengoptimalkan peningkatan kerja sama kedua negara di berbagai bidang.

Ia mengatakan bahwa kunjungan pertama Raja Arab Saudi dalam 47 tahun terakhir ini membawa misi diplomasi ekonomi yang sangat positif bagi Indonesia.

"Kita tahu bahwa sejak 2016 Arab Saudi giat melakukan diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungannya pada sektor migas. Salah satunya, yakni dengan aktif melakukan kerja sama investasi," katanya.

Ia mengatakan bahwa kawasan Asia menjadi tujuan investasi yang menarik seiring dengan perkembangan yang terjadi di Eropa dan juga di Amerika Serikat.

Dalam konteks tersebut, Fadli Zon juga melihat Indonesia memiliki posisi khusus di mata Arab Saudi. Selain karena Asia, Indonesia juga merupakan negara Muslim anggota G20 bersama Arab Saudi dan Turki. Kondisi ini yang  membuat Indonesia makin strategis bagi investasi Arab Saudi.

Fadli Zon sangat berharap agar momentum kunjungan Raja Salman ini benar-benar dioptimalkan oleh pemerintah Indonesia untuk mendetailkan semua agenda kerja sama ekonomi yang akan dijalin.

"Kedua negara juga sudah melakukan perbincangan intensif sejak 2015 tentang rencana mega investasi Arab Saudi di Indonesia. Baik itu di bidang energi, perumahan murah, maupun pariwisata. Pertemuan kedua negara nanti harus lebih fokus pada hal-hal konkrit," katanya.

Momentum bersejarah ini seharusnya bisa menjadi salah satu cara bagi Indonesia untuk memperluas keterlibatannya dalam perdagangan dan politik internasional termasuk di kawasan Timur Tengah.

Pewarta: Panca Hari Prabowo

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017