Doktor Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia (SPPB UI), KH. Achmad Solechan menyatakan Nahdlatul Ulama (NU) menawarkan diplomasi baru MiND model untuk solusi global.
Hal tersebut dikatakan Achmad Solechan dalam Disertasi yang berjudul Peran Internasional Nahdlatul Ulama dalam Relasi Antar bangsa Melalui Multi-Track Diplomacy: Pendekatan Konstruktivis terhadap Organisasi Keagamaan sebagai Non-State Actor".
"Saya mengusulkan kerangka konseptual MiND Model (Multidimensional Non-State Diplomacy). Yang terdiri atas lima pilar yaitu nilai, arena, humanitarian, multi dimensi, dan aksi. Model ini dirancang sebagai pedoman strategis agar NU dapat memperkuat posisi diplomatiknya pada masa mendatang," kata KH Achmad Solechan yang juga menjabat sebagai Ketua PCNU Kota Depok, Kamis.
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu Organisasi Massa memiliki peran yang sangat besar tidak hanya di Indonesia namun juga di tataran Global. Berperan aktif dalam krisis kemanusiaan dan mediasi nyata di berbagai negara seperti Afghanistan, Thailand Selatan dan lainnya.
Begitu juga dalam forum strategis Global seperti R20 (Religion of Twenty), ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (ASEAN IIDC), Konferensi Internasional Islam untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam) dan sebagainya.
"NU sebagai Organisasi keagamaan kini bukan lagi pemain pinggiran dalam diplomasi global. NU, dengan kekuatan jaringan, nilai, dan jejak historisnya, terbukti tampil sebagai aktor transnasional yang mampu menjembatani dialog, meredakan konflik, dan menawarkan arah moral dalam isu-isu dunia,"ujarnya
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan wawancara mendalam ini memperlihatkan bagaimana NU mengekspresikan nilai-nilai moderasi.
Yaitu dari tawassuth (seimbang), tasamuh (toleransi), tawazun (seimbang) hingga istiqamah (konsisten atau terus menerus). Menurutnya, tidak semata sebagai slogan melainkan sebagai kerangka kerja diplomasi.
"Melalui pendekatan Multi-Track Diplomacy mampu menjelaskan mobilitas NU di berbagai arena. Mulai dari jalur resmi hingga diplomasi kultural, dari forum elite hingga jaringan diaspora PCINU," jelasnya.
Kiyai Alech biasa disapa ini tidak hanya memotret capaian saja, penelitian ini juga menyoroti tantangan.
Menurutnya, masih perlu mengonsolidasikan strategi global, memperkuat kapasitas sumber daya, dan memaksimalkan potensi diaspora. Dunia yang semakin kompleks menuntut NU untuk lebih adaptif dalam menjawab isu-isu kemanusiaan, krisis politik, hingga gelombang radikalisme.
Ia menilai kajian tersebut mempertegas bahwa Indonesia memiliki modal besar dalam diplomasi berbasis nilai kemanusiaan dan moderasi beragama.
"Kekuatan Indonesia di panggung global tidak hanya bertumpu pada negara. Namun juga pada organisasi keagamaan yang memiliki legitimasi moral dan jejaring internasional yang luas,"katanya.
Disertasi ini menyoroti kontribusi strategis NU dalam diplomasi lintas negara. Kapasitas NU sebagai aktor keagamaan global yang mampu membangun jejaring dialog, memperkuat moderasi beragama, serta mendorong ekosistem perdamaian melalui peran non-negara yang efektif.
Karya ini dinilai memperluas horizon keilmuan mengenai kontribusi organisasi keagamaan dalam lanskap geopolitik modern.
Di tengah situasi global yang kerap dilanda krisis, disertasi tersebut menghadirkan optimisme baru: diplomasi damai, inklusif, dan berbasis nilai masih menjadi solusi dan NU berada di garis depan upaya tersebut.
Editor : Rustam Effendi
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2025