Jakarta (Antara Babel) -  Indonesia berada di peringkat ke-101 sebagai negara terbaik tempat tumbuh kembang anak versi lembaga Save The Children dalam laporan Childhood Index 2017.

"Peringkat Indonesia tak terlalu mengejutkan mengingat tingkat jumlah anak yang tak bersekolah di negara ini, terutama pada usia SMP sebagai bagian lanjutan dari wajib belajar sembilan tahun," kata Ketua Pengurus Yayasan Sayangi Tunas Cilik Selina, sebagai mitra implementasi Save the Children di Indonesia, Senin, Jakarta.

Peringkat tersebut menyimpulkan bahwa tidak sedikit anak di Indonesia kehilangan masa anak-anaknya.

Laporan yang diluncurkan bertepatan pada Hari Anak Internasional itu menyebutkan Indonesia terindikasi memiliki 14,3 persen anak usia sekolah yang tak mengakses pendidikan dasar, dan menengah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015 menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah di Indonesia untuk tingkat SD 96,7 persen, SMP 77,82 persen ddan SMA 59,71 persen.

Sementara itu, data UNICEF pada 2016 menyebut sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan dimana sekitar 600 ribu anak sekolah dasar dan 1,9 juta anak pada tingkat SMP.

Menurut Selina rendahnya partisipasi sekolah ini salah satunya karena masalah kemiskinan yang belum dapat dientaskan.

"Anak menjadi kelompok paling rentan dari kemiskinan, orang tua mengambil keputusan untuk memutus sekolah anaknya ketika keluarga tidak mampu menanggung biaya jenjang pendidikan lanjut," kata Selina.

Selain itu kemiskinan juga membuat anak terpaksa harus bekerja di usia dini untuk membantu keluarga dan juga anak dipaksa menikah pada usia dini.

Di Indonesia, pada 2016 sebanyak 44,3 anak masih hidup di bawah garis kemiskinan, anak-anak ini lebih cenderung mengalami berbagai bentuk kemiskinan, terekslusi dari fasilitas layannan dasar dan karena itu lebih cendering tertinggal di belakang.

Di kawasan ASEAN, Indonesia berada di belakang Singapura (peringkat 33), Malaysia (peringkat 65) dan Thailand (peringkat 84) namun masih lebih baik dripada Myanmar  (112) , Kamboja (117) dan Laos (130).

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017