Jakarta (Antara Babel) - Indonesia perlu segera mengadopsi Kalender Islam Global yang telah disepakati puluhan negara Islam, kata Ketua Islamic Science Research Network (ISRN) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Tono Saksono.

"Sudah banyak software-nya dan bisa diunduh di Google, seperti accurate time dan lain-lain," kata Tono di sela Pelatihan Hisab Pimpinan Cabang Muhammadiyah se-DKI di Jakarta, Sabtu. 

Kalender Hijriyah Global, ujarnya, telah disepakati untuk mulai digunakan oleh negara-negara Islam dunia usai dilaksanakan Kongres Penyatuan Kalender Hijriah Internasional yang digelar di Istanbul, Turki pada 28 hingga 30 Mei 2016.

"Kalender Islam Global tersebut tentu menggunakan metode hisab (perhitungan)," katanya.

Ia mengatakan, metode rukyatul hilal (mengamati bulan sabit) untuk menentukan awal bulan tidak bisa diandalkan, karena menyebabkan umat Islam tidak memiliki kalender Hijriyah. 

"Setiap akhir bulan kita harus merukyat lagi, merukyat lagi untuk tentukan awal bulan. Lalu kalau tidak sesuai dianulir (dianggap tidak sah). Jadi kapan umat Islam punya kalender hingga 500 tahun ke depan, misalnya," katanya.

Dengan terus-menerus menggunakan kalender Gregorian (Masehi) yang memiliki selisih 11,5 hari dari kalender Hijriyah, menurut dia, menyebabkan zakat terutang umat Islam secara kumulatif hingga 500 tahun ke depan mencapai 5 triliun dolar AS.

Ia mencontohkan kelemahan penggunaan metode rukyatul hilal adalah, pada awal Ramadhan 2024 yakni pada 10 Maret, Indonesia akan memulai puasa 13 jam lebih lambat daripada Meksiko, padahal pada Ramadhan tahun ini umat Islam Indonesia berpuasa 13 jam lebih dulu dari Meksiko, apalagi Indonesia berada di sebelah timur.

"Dengan kalender bersifat lokal, bahkan termasuk menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) penentuan awal bulan dalam Islam jadi kacau. Jadi memang harus bersifat global," katanya.

Sementara itu, pengamat dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Pranoto H Rusmin mengatakan, selama ini umat Islam menggunakan metode rukyatul hilal dengan mengacu pada ayat Quran, Al Baqoroh 185 dan 189.

"Tapi ada kelemahannya, yakni tafsir yang tidak akurat serta pemahaman yang parsial. Ini memang terkait sekali dengan pemahaman umat terhadap suatu ayat," katanya.

Pewarta: Dewanti Lestari

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017