Jakarta (Antara Babel) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan perdagangan Indonesia-Vietnam menunjukan pertumbuhan yang pesat, salah satunya impor mobil negara sosialis ini paling besar dari Indonesia.
"Ekspor mobil CBU kita terbesar. Jadi impor mobil Vietnam paling besar dari Indonesia," kata Retno usai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kenegaraan Sekretaris Jenderal Partai Sosialis Republik Vietnam The Nguyen Phu Trong di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.
Retno mengungkapkan bahwa kunjungan Nguyen Phu ini mengenai masalah urusan negara, yakni bagaimana kita meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia-Vietnam.
"Hubungan kita dengan vietnam itu tidak baru lahir, sudah 60 tahun kita berteman dan pada 2013 kita membentuk 'strategic partnership"," katanya.
Retno juga mengungkapkan ditengah ekonomi dunia yang merosot, perdagangan Indonesia-Vietnam menunjukkan pertumbuhan, dimana tahun lalu perdagangan kedua negara mencapai 6,2 juta dolar AS.
"Penduduk vietnam itu sekitar 90-92 juta, pertumbuhan ekonominya lebih dari 6 persen. Nah kita lihat perdagangan ada beberapa elemen, dimana eksport kita sangat kuat," katanya.
Selain ekspor mobil, lanjut Retno, ekspor batubara ke Vietnam juga terbesar ketiga, dimana pada 2016 mencapai 2,9 juta metrik ton batubara senilai 141 juta dolar AS dari kebutuhan Vietnam 47 juta metrik ton.
"Sekarang mereka ingin mengambil impor batubara Indonesia, karena mereka memerlukan banyak sekali batubara untuk pembangunan 'power plan'," ungkap Menlu.
Retno mengatakan bahwa Vietnam pada 2020 memerlukan 86,4 juta metrik ton batubara, yang berarti akan ada tambahan hampir 100 persen kebutuhan batubara, sehingga akan memerlukan tambahan impor dari Indonesia.
"Oleh karena itu impor batubara dari Indonesia dari waktu ke waktu meningkat sangat tinggi," katanya.
Retno juga mengungkapkan Vietnam juga membutuhkan impor gas dari Laut Natunalah ditandatangani di Istana Merdeka.
Selain itu, lanjutnya, investasi Indonesia di Vietnam juga cukup besar, yakni hampir 500 juta dolar AS, yang sebagian besar ada di properti.
"Untuk semen juga sudah masuk masuk dan masih beberapa lagi yang ingin masuk investor kita ke Vietnam," ungkap Retno.
Menlu mengatakan kunjungan Nguyen Phu ini untuk meningkatkan kerjasama, terutama di bidang ekonomi, karena Indonesia melihat potensi yang dimiliki kedua negara.
"Potensi yang dimiliki kedua negara adalah penduduk besar, sedang mereformasi diri, sedang membangun infrastruktur besar-besaran, sedang membangun pertumbuhan ekonomi yang hasilnya cukup baik, dimana Indonesia lebih 5 persen, Vietnam lebih dari 6 persen," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Ekspor mobil CBU kita terbesar. Jadi impor mobil Vietnam paling besar dari Indonesia," kata Retno usai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kenegaraan Sekretaris Jenderal Partai Sosialis Republik Vietnam The Nguyen Phu Trong di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu.
Retno mengungkapkan bahwa kunjungan Nguyen Phu ini mengenai masalah urusan negara, yakni bagaimana kita meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia-Vietnam.
"Hubungan kita dengan vietnam itu tidak baru lahir, sudah 60 tahun kita berteman dan pada 2013 kita membentuk 'strategic partnership"," katanya.
Retno juga mengungkapkan ditengah ekonomi dunia yang merosot, perdagangan Indonesia-Vietnam menunjukkan pertumbuhan, dimana tahun lalu perdagangan kedua negara mencapai 6,2 juta dolar AS.
"Penduduk vietnam itu sekitar 90-92 juta, pertumbuhan ekonominya lebih dari 6 persen. Nah kita lihat perdagangan ada beberapa elemen, dimana eksport kita sangat kuat," katanya.
Selain ekspor mobil, lanjut Retno, ekspor batubara ke Vietnam juga terbesar ketiga, dimana pada 2016 mencapai 2,9 juta metrik ton batubara senilai 141 juta dolar AS dari kebutuhan Vietnam 47 juta metrik ton.
"Sekarang mereka ingin mengambil impor batubara Indonesia, karena mereka memerlukan banyak sekali batubara untuk pembangunan 'power plan'," ungkap Menlu.
Retno mengatakan bahwa Vietnam pada 2020 memerlukan 86,4 juta metrik ton batubara, yang berarti akan ada tambahan hampir 100 persen kebutuhan batubara, sehingga akan memerlukan tambahan impor dari Indonesia.
"Oleh karena itu impor batubara dari Indonesia dari waktu ke waktu meningkat sangat tinggi," katanya.
Retno juga mengungkapkan Vietnam juga membutuhkan impor gas dari Laut Natunalah ditandatangani di Istana Merdeka.
Selain itu, lanjutnya, investasi Indonesia di Vietnam juga cukup besar, yakni hampir 500 juta dolar AS, yang sebagian besar ada di properti.
"Untuk semen juga sudah masuk masuk dan masih beberapa lagi yang ingin masuk investor kita ke Vietnam," ungkap Retno.
Menlu mengatakan kunjungan Nguyen Phu ini untuk meningkatkan kerjasama, terutama di bidang ekonomi, karena Indonesia melihat potensi yang dimiliki kedua negara.
"Potensi yang dimiliki kedua negara adalah penduduk besar, sedang mereformasi diri, sedang membangun infrastruktur besar-besaran, sedang membangun pertumbuhan ekonomi yang hasilnya cukup baik, dimana Indonesia lebih 5 persen, Vietnam lebih dari 6 persen," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017