Pangkalpinang (Antara Babel) - Dosen Jurusan Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung (JIP UBB) Rendy Hamzah tampil di beberapa konferensi internasional dan mempresentasikan hasil kajian terkini terkait berbagai isu.

Sebagaimana disebutkan dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Pangkalpinang, Kamis (26/10), pada sejumlah kesempatan itu Rendi mengangkat hasil kajian tentang isu-isu hak asasi manusia (HAM), perempuan, dan pertimahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Konferensi pertama yang diikuti bertajuk "The 23rd International Conference on Social Science and Humanities" yang selenggarakan oleh Global Research and Development Services (GRDS).

Acara ini berlangsung pada 11-12 September 2017 dan dihadiri oleh para pembicara dari berbagai negara. Mereka adalah para pakar dari berbagai universitas terkemuka di Asia, Eropa dan Amerika. Utamanya mereka adalah para ilmuwan di bidang sosial, politik, dan humaniora.


(antarababel.com/istimewa)

Rendy Hamzah juga tampil menjadi salah satu pembicara pada perhelatan konferensi internasional AIC-ICMR pada 18-20 Oktober 2017 di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Konferensi ini bertajuk "The 7th Annual International Conference (AIC) Syiah Kuala University and The 6th International Conference on Multidisciplinary Research (ICMR) in Conjunction with The International Conference on Social Science 2017."

Pada kesempatan itu juga hadir beberapa pembicara dari beberapa negara, mulai dari Jerman, Turki, Jepang, Taiwan, Cyprus, dan Malaysia. Semua pembicara mempresentasikan berbagai hasil kajian terkini terkait dengan isu-isu demografi sosial-politik, budaya, ekonomi, kajian kesehatan, dan juga kajian tentang teknologi mutakhir yang sedang menjadi tren di beberapa negara maju.

Pada kesempatan itu Rendy Hamzah mengangkat topik demografi perempuan dan HAM dalam politik sumberdaya timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Ia menyampaikan beberapa problem mendasar terkait beban berlapis yang mesti dihadapi perempuan dalam pusaran politik sumberdaya timah yang sangat destruktif dan ekploitatif.

Menurut Rendy, perempuan merupakan pihak yang paling kompleks dalam menghadapi beban berlapis yang justru menciderai nilai-nilai hak asasi perempuan. Ada semacam pembiaran yang disebabkan ambiguitas para pemegang wewenang dan juga praktik kapitalistik yang memanfaatkan "status quo" ketidakjelasan dan ketidaktegasan pemerintah terkait regulasi timah yang kerap menciderai nilai-nilai keadilan bagi pihak perempuan di pulau tambang timah.

Konferensi internasional ini menjadi rangkaian rutin tahunan yang diselenggarakan di kampus berbeda, baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Partisipasi dalam konferensi internasional bagi Rendy Hamzah sangat penting dalam rangka mendorong sekaligus memperkuat kualitas publikasi hasil riset, khususnya yang berkaitan dengan kajian-kajian aplikatif dengan realitas sosial politik akhir-akhir ini.

Salah satu rekomendasi penting yang disampaikan dalam paparannya yaitu betapa pentingnya komitmen dan tanggung jawab semua pihak ataupun aktor di tingkat lokal, nasional dan bahkan internasional terkait nasib hak asasi perempuan di Pulau Timah.

Pewarta:

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017