Pangkalpinang  (Antara Babel) - Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan menyebutkan pengelolaan 22.000 hektare sawah belum optimal, karena keterbatasan jaringan irigasi untuk meningkatkan produksi beras petani di daerah itu.

"Selama musim kemarau 22.000 hektare ini tidak bisa ditanami padi, karena belum adanya jaringan irigasi mengairi sawah petani," kata Erzaldi Rosman Djohan di Pangkalpinang, Selasa.

Ia menjelaskan selama ini petani hanya bisa menanam padi sekali hingga dua kali dalam setahun, karena masih mengandalkan air sungai dan hujan untuk tanaman padinya.

"Seharusnya program cetak sawah juga diiringi pembangunan irigasi yang memadai untuk meningkatkan produksi padi petani," katanya.

Erzaldi mengatakan produksi beras lokal masih terbatas, sehingga pemerintah daerah dan pengusaha harus mengandalkan pasokan beras dari luar daerah untuk memenuhi konsumsi beras masyarakat yang tinggi.

"Dulu ada program pembangunan irigasi dari TNI, namun program tersebut terhenti karena kurangnya koordinasi dan ini sangat disayangkan karena berimbas terhadap program swasembada beras yang sulit berkembang," ujarnya.

Menurut dia program swasembada beras ini dapat terwujud apabila luas sawah sudah mencapai 25.000 hektare dan disertai jaringan irigasi yang memadai, guna mengoptimalkan pengelolaan sawah petani di daerah itu.

"Saya yakin apabila kita bisa melepaskan diri dari ketergantungan pasokan beras luar, apabila ketersediaan air irigasi untuk pertanian padi memadai," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya akan terus berusaha membangun dan memperbanyak jaringan irigasi, agar petani tidak lagi kesulitan air untuk mengembangkan usaha pertaniannya," ujarnya.


Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017