Ramallah, Palestina (Antara Babel) - Presiden Amerika Serikat Donald
Trump menyampaikan niatnya untuk memindahkan kedutaan besar dari Tel
Aviv ke Jerusalem kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam
percakapan telepon Selasa waktu setempat menurut kantor Abbas.
Trump "memberitahu presiden (Abbas) tentang niatnya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem" menurut pernyataan kantor kepresidenan Palestina yang dikutip AFP.
Pernyataan tersebut tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai apakah Trump akan langsung memindahkan kedutaan atau itu akan dilakukan pada waktu tertentu di masa depan.
Memindahkan kedutaan besar dan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel akan menandai perubahan besar kebijakan Amerika Serikat serta membalikkan preseden puluhan tahun dan bertentangan dengan konsensus internasional.
Juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley mengatakan pada Senin bahwa pandangan "Trump mengenai masalah ini sudah jelas sejak awal: jadi bukan masalah jika, tapi masalah kapan."
Dia mengatakan bahwa pengumuman mengenai langkah tersebut akan disampaikan "dalam beberapa hari mendatang."
Dalam pembicaraan telepon itu, pada gilirannya Abbas "memperingatkan risiko bahaya dari keputusan semacam itu terhadap proses perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan dan dunia" menurut kantornya.
"Presiden menegaskan kembali posisi tetap kami bahwa tidak akan ada negara Palestina tanpa Jerusalem timur sebagai ibu kotanya sesuai dengan resolusi-resolusi hukum internasional dan inisiatif perdamaian Arab," kata pernyataan itu merujuk pada rencana tahun 2002 yang didukung Arab Saudi.
Abbas "akan melanjutkan komunikasinya dengan para pemimpin dunia untuk mencegah langkah yang tidak bisa diterima dan ditolak semacam itu."
Seorang pejabat Palestina, yang berbicara dengan syarat namanya tak disebut, memberi tahun AFP rincian mengenai apa yang katakan Abbas selama percakapan lewat telepon dengan Trump.
"Trump memberitahu presiden Abbas ada keputusan yang diambil di Kongres dulu sekali, dan ada tekanan dari Kongres untuk menerapkan keputusan itu dan memindahkan kedutaan," kata pejabat itu.
"Trump mengatakan dia membuat janji pemilihan kepada rakyat Amerika untuk memindahkan kedutaan dan dia ingin memenuhi janjinya."
Pejabat itu menambahkan bahwa Trump memberitahu Abbas dia punya "gagasan penting" yang akan dia terapkan setelah keputusan itu namun pemimpin Palestina memberitahu dia bahwa dia menolak pemindahan kedutaan, yang akan "sepenuhnya mengubah persamaan".
Trump sudah berupaya memulai kembali upaya perdamaian Israel-Palestina yang lama buntu.
Pemimpin Palestina mengatakan pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel akan menghancurkan upaya untuk melakukannya.
Tidak ada komentar dari para pemimpin Israel mengenai rencana itu. Media Israel mewartakan bahwa para menteri diinstruksikan untuk tidak bicara mengenai itu itu atas permintaan Gedung Putih.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan menyampaikan konferensi pers di Jerusalem pada Rabu puku 11.00 waktu setempat menurut siaran AFP.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
Trump "memberitahu presiden (Abbas) tentang niatnya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem" menurut pernyataan kantor kepresidenan Palestina yang dikutip AFP.
Pernyataan tersebut tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai apakah Trump akan langsung memindahkan kedutaan atau itu akan dilakukan pada waktu tertentu di masa depan.
Memindahkan kedutaan besar dan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel akan menandai perubahan besar kebijakan Amerika Serikat serta membalikkan preseden puluhan tahun dan bertentangan dengan konsensus internasional.
Juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley mengatakan pada Senin bahwa pandangan "Trump mengenai masalah ini sudah jelas sejak awal: jadi bukan masalah jika, tapi masalah kapan."
Dia mengatakan bahwa pengumuman mengenai langkah tersebut akan disampaikan "dalam beberapa hari mendatang."
Dalam pembicaraan telepon itu, pada gilirannya Abbas "memperingatkan risiko bahaya dari keputusan semacam itu terhadap proses perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan dan dunia" menurut kantornya.
"Presiden menegaskan kembali posisi tetap kami bahwa tidak akan ada negara Palestina tanpa Jerusalem timur sebagai ibu kotanya sesuai dengan resolusi-resolusi hukum internasional dan inisiatif perdamaian Arab," kata pernyataan itu merujuk pada rencana tahun 2002 yang didukung Arab Saudi.
Abbas "akan melanjutkan komunikasinya dengan para pemimpin dunia untuk mencegah langkah yang tidak bisa diterima dan ditolak semacam itu."
Seorang pejabat Palestina, yang berbicara dengan syarat namanya tak disebut, memberi tahun AFP rincian mengenai apa yang katakan Abbas selama percakapan lewat telepon dengan Trump.
"Trump memberitahu presiden Abbas ada keputusan yang diambil di Kongres dulu sekali, dan ada tekanan dari Kongres untuk menerapkan keputusan itu dan memindahkan kedutaan," kata pejabat itu.
"Trump mengatakan dia membuat janji pemilihan kepada rakyat Amerika untuk memindahkan kedutaan dan dia ingin memenuhi janjinya."
Pejabat itu menambahkan bahwa Trump memberitahu Abbas dia punya "gagasan penting" yang akan dia terapkan setelah keputusan itu namun pemimpin Palestina memberitahu dia bahwa dia menolak pemindahan kedutaan, yang akan "sepenuhnya mengubah persamaan".
Trump sudah berupaya memulai kembali upaya perdamaian Israel-Palestina yang lama buntu.
Pemimpin Palestina mengatakan pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel akan menghancurkan upaya untuk melakukannya.
Tidak ada komentar dari para pemimpin Israel mengenai rencana itu. Media Israel mewartakan bahwa para menteri diinstruksikan untuk tidak bicara mengenai itu itu atas permintaan Gedung Putih.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan menyampaikan konferensi pers di Jerusalem pada Rabu puku 11.00 waktu setempat menurut siaran AFP.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017