Jakarta (Antara Babel) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Said Aqil Siroj mengatakan klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump
atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel merupakan bentuk penjajahan baru.
"Klaim Trump atas Yerusalem ini bentuk penjajahan gaya baru," kata Said saat mengeluarkan pernyataan bersama dari tokoh lintas agama soal nasib Palestina di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan Trump menunjukkan bahwa imperialisme dan kolonialisme hingga saat ini belum hilang. Klaim Presiden AS dari Partai Republik atas Yerusalem itu justru semakin menegaskan negara adidaya itu mendukung penjajahan Israel atas tanah Palestina.
Said bersama tokoh lintas agama mendesak dunia internasional untuk mengupayakan perdamaian di Israel-Palestina sehingga dapat hidup berdampingan.
Terkait Aksi Bela Palestina pada Minggu (17/12), Said mengatakan dirinya memberi keleluasaan bagi warga Nahdlatul Ulama untuk mengikuti kegiatan itu.
Kendati demikian, dia menegaskan PBNU secara organisasi tidak akan turun dalam aksi itu karena lebih mengedepankan diplomasi daripada demonstrasi.
"Boleh dong boleh masa tidak boleh. Tetapi agar tidak memakai simbol NU," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Klaim Trump atas Yerusalem ini bentuk penjajahan gaya baru," kata Said saat mengeluarkan pernyataan bersama dari tokoh lintas agama soal nasib Palestina di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan Trump menunjukkan bahwa imperialisme dan kolonialisme hingga saat ini belum hilang. Klaim Presiden AS dari Partai Republik atas Yerusalem itu justru semakin menegaskan negara adidaya itu mendukung penjajahan Israel atas tanah Palestina.
Said bersama tokoh lintas agama mendesak dunia internasional untuk mengupayakan perdamaian di Israel-Palestina sehingga dapat hidup berdampingan.
Terkait Aksi Bela Palestina pada Minggu (17/12), Said mengatakan dirinya memberi keleluasaan bagi warga Nahdlatul Ulama untuk mengikuti kegiatan itu.
Kendati demikian, dia menegaskan PBNU secara organisasi tidak akan turun dalam aksi itu karena lebih mengedepankan diplomasi daripada demonstrasi.
"Boleh dong boleh masa tidak boleh. Tetapi agar tidak memakai simbol NU," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017