Lebak (Antaranews Babel) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung memasang alat sensor perekam deteksi getaran gempa di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

"Pemasangan seismograf atau alat sensor deteksi getaran untuk mengetahui sejauhmana besar dan kecilnya gempa yang ditimbulkan itu," kata Kepala Seksi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Bandung Cipta di Lebak, Rabu.

Pemasangan perangkat seismograf itu langsung di lokasi yang banyak terdampak kerusakan akibat gempa tektonik berkekuatan 6,1 SR.

Kemungkinan pemasangan seismograf di wilayah selatan Lebak karena pusat gempa berada di pesisir pantai Perairan Samudera Hindia.

Dimana di perairan itu merupakan masuk daerah berpotensi gempa tektonik dan tsunami.

Tujuan pemasangan alat seismograf untuk mengetahui kedangkalan sendimen getaran yang dihasilkan akibat pergeseran kerak bumi.

Getaran besar maupun kecil tergantung kerusakan di muka bumi disebabkan oleh besar kecilnya gempa tersebut.

Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori diantaranya gempa tektonik akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik.

Tumbukan ini akan menghasilkan getaran dan merambat sampai ke permukaan bumi.

"Kami berharap pemasangan seismograf atau alat sensor getaran untuk mendeteksi gempa bumi pada permukaan tanah," katanya.

Ia juga mengatakan, pesisir pantai selatan Banten juga terjadi gempa tektonik pada tahun 1974 dengan berkekuatan 6,1 SR di Kabupaten Lebak.

Pada 1999 gempa tektonik berkekuatan 6,2 SR di sekitar pantai Ujung Kulon Pandeglang hingga menewaskan warga Panimbang sebanyak lima orang dan 15 luka-luka.

Begitu juga gempa tektonik tahun 2009 di pesisir pantai Pandeglang hingga menimbulkan kerusakan sebanyak 263 rumah dan tidak menimbulkan korban jiwa.

Sedangkan, gempa di Kabupaten Lebak tahun 2005 tidak terdeteksi getaran gempa.

Namun, gempa tektonik di Pesisir Lebak tanggal 23 Januari 2018 berkekuatan 6,1 SR hingga tercatat 1.269 rumah mengalami kerusakan dan terdiri dari rusak berat sebanyak 146 unit dan rusak ringan 1.123 unit.

Selain itu juga seorang dilaporkan meninggal dunia dan dua luka-luka serta seorang kesetrum.

"Kami memasang seismograf itu tentu ingin mengetahui besar dan kecilnya getaran gempa itu," katanya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan pihaknya mengapresiasi pemasangan alat sensor getaran untuk mengetahui besar dan kecilnya kegempaan itu.

Sebab, gempa yang terjadi Selasa (23/1) cukup kuat sehingga menimbulkan kerusakan rumah warga hingga tercatat 1.269 unit,termasuk bangunan sekolah,tempat ibadah dan puskesmas.

"Kami saat ini mengutamakan penanganan pascabencana agar tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerawanan pangan dan serangan penyakit," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018