Sungailiat (Antaranews Babel) - Program bioflok dari pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bangka, Mulkan-Syahbudin atau "Mulya" dinilai sangat menjanjikan bagi warga untuk meningkatkan perekonomian pascatambang timah.

"Mulya melihat perekonomian masyarakat ke depan pascatambang, maka dibuatlah program untuk skala rumah tangga," ujar tim penyuluh penelitian bioflok Mulya, Suhanda di Sungailiat, Minggu.

Menurut dia pihaknya sudah melakukan uji coba budidaya lele dengan sistem bioflok dan dinilai memiliki keunggulan karena tidak membutuhkan lahan yang luas, lebih hemat air dan kepadatan tebar lebih tinggi.

Produktivitas yang tinggi dengan biaya produksi murah dipastikan akan memberi keuntungan lebih besar. Satu wadah bioflok yang dirakit menggunakan besi dan terpal hanya membutuhkan biaya Rp1,5 juta dengan daya tahan sampai 4-5 tahun.

"Kapasitasnya mencapai 5.000 ekor dengan panen 60-70 persen dalam waktu 1,5 bulan serta panen seluruhnya dalam waktu dua bulan," ujarnya.

Menurut Suhanda, dari 5.000 ekor itu diperkirakan bisa dipanen 4.500 ekor atau lebih kurang sekitar 600 kilogram lebih dengan harga Rp18-20 ribu per kg.

Program yang disiapkan "Mulya" ini diharapkan akan bertransformasi ke berbagai produk olahan seperti kerupuk lele, nuget, bakso, abon, termasuk penggunaan air bekas bioflok untuk penyiraman tanaman hidroponik.

"Jadi banyak produk olahan dari lele selain untuk dikonsumsi langsung. Jadi ibu-ibu rumah tangga bisa berkreasi nantinya, banyak sekali manfaat bioflok ini," kata Suhanda.

Pewarta: Dwi HP

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018