Jakarta (Antaranews Babel) - Mantan Ketua DPR Setya Novanto memutari daerah Sentul, Jawa Barat, dan Jakarta saat seharusnya memenuhi panggilan pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi pada 15 November dan menjelang kecelakaan pada 16 November 2017.

"Pada 15 November 2017 saya rapat sampai sekitar pukul 18.00 di DPR lalu saya sembayang lalu pulang ke rumah dan di rumah saya ada sembayangan 40 hari dan saya mau ada ucapan terima kasih untuk haji Usman karena dia yang menaruh orang-orang untuk berdoa di rumah," kata Setya Novanto (Setnov) dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Jumat.

Setnov menjadi saksi untuk terdakwa dokter RS Medika Permata Hijau Bimanesh Sutarjo yang didakwa bekerja sama dengan advokat Fredrich Yunadi untuk menghindarkan Ketua DPR Setya Novanto diperiksa dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi KTP-Elektronik.

Menurut Setnov, kediaman orang yang disebut Haji Usman itu ada di Cibulan, Puncak, Jawa Barat.

"Saya berangkat tanggal 15 itu sekitar pukul 19.30 WIB, menggunakan mobil Pak Azis Samual, yang sudah siap di depan rumah, mobilnya sih bagus, kalau tidak salah jip," tambah Setnov.

Setnov berangkat bertiga bersama dengan fungsionaris Partai Golkar Azis Samual serta ajudannya Reza Pahlevi. Mereka bahkan sempat berganti mobil di daerah Kemang.

"Ganti dengan mobil Pak Samual lagi mungkin karena mobilnya lebih enak. Pak Samual itu koordinator Golkar di wilayah Maluku dan Papua. Dia memang mau ngomong soal pilkada tapi tahu-tahu dalam perjalanan diberitahu ajudan ada polisi datang ke rumah," jelas Setnov.

Setnov pun minta terus diperdengarkan televisi sehingga akhirnya ia tidak jadi ke Cibulan tapi berbelok ke Sentul, Bogor.

"Lalu masuk ke rumah, yang ada ruang tamu dan kolam renangnya lalu saya telepon Fredrich (Yunadi), lalu kami menginap di rumah di Sentul itu," ungkap Setnov.

Namun Azis Samual pulang sekitar pukul 01.00 WIB sedangkan Setnov dan Reza menginap di tempat itu. Barulah pada keesokan harinya yaitu 16 November 2017, Azis Samual kembali menjemput Setnov dan Reza.

"Kami lalu mutar-mutar dulu lalu akhirnya sampai di DPR sekitar pukul 17.00 WIB, di Jakarta macet, dan saya juga sempat kerja di mobil karena banyak catatan yang harus saya tanda tangani," ungkap Setnov.

Rencana Setnov saat itu adalah akan menemui para fungsionaris Golkar dari Dewan Pimpinan Pusat (DPD) Partai Golkar tingkat I di hotel Mandarin pukul 20.00 WIB dan dilanjutkan mendatangi KPK pada sekitar pukul 21.00 WIB.

"Di DPR wartawan sudah banyak, kami lihat perkembangan, tapi pas pukul 17.00 WIB mereka tahu keadaan tapi saya ingin jaga marwah DPR kemudian ajudan menyampaikan, Hilman mau wawancara jadi disepakati akan ke Metro TV," jelas Setnov.

"Apakah ada 'feeling' mau ditangkap pada 16 November 2017 itu karena dalam BAP No 17 ditanyakan penyidik 'Apakah saudara memberitahukan Azis Samual berencana pergi ke Metro TV bersama Reza dan hilman, saudara menjawab sebelum ke Metro saya sampaikan ke Azis Samual bahwa saya akan berangkat besama Hilman dan Reza dan saya tidak menggunakan kendaraan dinas karena saat itu kendaraan dinas saya taruh di rumah karena saya punya firasat akan ditangkap', apa ini benar?" tanya jaksa penuntut umum KPK Takdir Sulhan.

"Salah Pak, tidak benar, mungkin saya yang salah, waktu itu tanggal 16 setelah keliling-keliling saya sambil menunggu pukul 17.00 WIB saya membereskan kantor, sambil menunggu DPD I berkumpul pukul 20.00," kata Setnov.

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018