Jakarta (Antaranews Babel) - Petugas Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri mewaspadai kebangkitan sel Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang selama ini sempat "tidur" tanpa melakukan aksi teror.

"Yang paling besar JAD di Jawa Barat dan Jawa Timur tapi kita waspadai juga daerah lain," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto di Jakarta Senin.

Setyo mengatakan pengikut JAD juga berkembang di Bima Nusa Tenggara Barat dan Poso Sulawesi Tengah, namun penyebaran terbesar di Jabar dan Jatim.

Diungkapkan Setyo, polisi memeriksa seluruh database anggota maupun pengikut JAD di Indonesia karena selama ini sel tidur JAD kerap menghindar saat diikuti intelijen.

Setyo menjelaskan kebangkitan sel tidur melakukan serangan bom bunuh diri itu sebagai aksi balas dendam terhadap aparat kepolisian yang telah menangkap pimpinan JAD di Indonesia, Aman Abdurrahman.

Awalnya, petugas menangkap Aman dugaan kasus mendanai rangkaian aksi perampokan untuk kegiatan teror dan pelatihan militer di Aceh.

Usai menjalani hukuman vonis, petugas kembali menciduk terkait tuduhan memerintahkan dan mendanai aksi teror bom di Jalan Thamrin Jakarta Pusat pada 2016.

Setyo menduga rangkaian serangan bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur, salah satunya dipicu kebangkitan sel kelompok ini yang membalas dendam atas penangkapan pimpinan JAD.

Setyo menambahkan sel JAD menyerang aparat kepolisian lantaran dianggap menghambat gerakan kelompok teroris itu.

Pewarta: Taufik Ridwan

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018