Jakarta (Antaranews Babel) - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan, penguatan organisasi TNI Angkatan Laut dibutuhkan untuk menjalankan tugasnya dalam menjaga kedaulatan NKRI serta memimpin sektor kemaritiman Indonesia.

"Hal ini juga telah menjadi salah satu program prioritas Panglima TNI yaitu membentuk empat satuan baru, yang dua diantaranya adalah satuan TNI AL yaitu Koarmada III dan Pasmar 3 Korps Marinir di Sorong beberapa waktu yang lalu," kata Hadi dalam amanatnya saat Sertijab Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) dari Laksamana TNI Ade Supandi kepada Laksamana TNI Siwi Sukma Adji di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, Senin.

Penguatan organisasi TNI AL, lanjut Panglima TNI, mensyaratkan kebutuhan akan personel-personel yang kompeten dan memiliki kredibilitas, dedikasi serta loyalitas tinggi, untuk dapat mengemban tugas-tugas yang tidak ringan.

"Organisasi TNI dan TNI AL juga membutuhkan pemikiran-pemikiran kreatif, brilian, dan 'open minded' dari para perwira TNI AL, yang tidak terkungkung dan terjebak pada rutinitas, untuk dapat merumuskan serta memaksimalkan peran TNI AL dalam menjalankan tugas-tugas negara," jelas Hadi.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) ini mengatakan, pergantian pimpinan merupakan hal yang tidak terhindarkan dalam tubuh sebuah organisasi yang sehat dan selalu bergerak dalam ritme yang dinamis.

Hal ini karena setiap personel dibatasi dengan usia dan masa aktif, sehingga disyaratkan untuk kaderisasi dan keberlanjutan kepemimpinan dalam tubuh organisasi tersebut.

Menurut Hadi, organisasi TNI AL merupakan bagian dari organisasi kenegaraan yang memiliki tugas sangat penting dalam menegakkan kedaulatan negara di laut dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala ancaman dan gangguan.

"Dalam menjalankan tugas, peran, dan fungsi TNI AL pun, kita tidak terlepas dari tantangan dan hambatan yang selalu diwarnai oleh dinamika perkembangan lingkungan strategis di sekitar kita," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Panglima TNI menyebutkan, kondisi geopolitik dunia saat ini berada dalam tensi fluktuatif, dimana permasalahan strategis yang dikomunikasikan secara asertif, atau bahkan dengan tindakan koersif, disertai dengan gaya kepemimpinan eksentrik dapat mengganggu stabilitas, bahkan secara global.

"Hal ini dapat kita cermati pada isu denuklirisasi Korea dan Iran, sengketa wilayah Laut China Selatan, situasi di Palestina dan Jerusalem, perang dagang antar kawasan Asia, Amerika serta Eropa, perkembangan ancaman terorisme global dan peredaran narkoba. Peristiwa-peristiwa di berbagai belahan dunia tersebut berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap Indonesia," ujarnya.

Indonesia sebagai negara maritim secara geografis memiliki posisi strategis, tambah dia, merupakan jembatan belahan dunia barat dan dunia timur. Kekuatan dan stabilitas ekonomi serta ketahanan nasional Indonesia, menjadikan Indonesia memiliki peluang dan peran strategis yang diperhitungkan oleh dunia.

"Kepemimpinan Presiden Joko Widodo dengan program Nawacita, berniat dan berjuang menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Bahkan dalam pidato politiknya beliau turut menggelorakan slogan TNI AL 'Jalesveva Jayamahe'. Hal ini menunjukkan betapa besar perhatian pemerintah pada sektor kemaritiman," ucap Hadi.

Dalam lima pilar poros maritim dunia, yaitu pembangunan budaya maritim, pengelolaan sumber daya kelautan, pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim, pengembangan diplomasi maritim, serta pembangunan kekuatan pertahanan maritim, tidak dapat dipungkiri bahwa TNI AL merupakan salah satu tulang punggung bersama komponen bangsa lainnya untuk mewujudkan poros maritim dunia, khususnya pada bidang pertahanan maritim.

Pewarta: Syaiful Hakim

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018