Pangkalpinang (Antara Babel) - Produksi kakao petani di Provinsi Bangka Belitung (Babel), pada 2013, mencapai 173 ton atau naik 70 ton dibanding produksi tahun sebelumnya seiring meningkatnya minat petani mengembangkan komoditas tersebut.

"Peningkatan produksi kakao petani ini karena luas perkebunan komoditas tersebut yang bertambah mencapai 753 hektare," kata Kabid Perkebunan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan (Distanbunnak) Babel Sunaryo di Pangkalpinang, Jumat.

Ia menjelaskan dalam empat tahun terakhir, produksi kakao petani mengalami peningkatan, misalnya, produksi 2012 sebanyak 103 ton, 2011 sebanyak 87 ton, 2010 sebanyak 66 ton, 2009 sebanyak 94 ton dan produksi 2008 sebanyak 81 ton.

Sementara itu, luas perkebunan kakao petani 2013 mencapai 753 hektare dengan rincian tanaman kakao belum menghasilkan 443 hektare, tanaman menghasilkan 224 hektare, tanaman tua atau tidak menghasilkan 86 hektare.

"Diperkirakan produksi dan luas perkebunan kakao tahun ini akan terus meningkat, harga komoditas tersebut yang terus merangkat naik," ujarnya.

Menurut dia, harga komoditas ini ditingkat pedagang pengumpul masih berfluktuasi tinggi kisaran Rp14 ribu hingga Rp16 ribu per kilogram, sehingga cukup menguntungkan petani.

"Dalam beberapa tahun terakhir, harga kakao kering ini tidak seperti harga komoditas lainnya seperti karet, lada putih, sawit yang sempat anjlok yang merugikan petani," ujarnya.

Ia mengatakan perawatan dan pengelolaan perkebunan kakao ini tidak membutuhkan biaya yang besar seperti lada putih dan sawit, sehingga petani semakin bergairah mengembangkan komoditas tersebut.

Namun demikian, kata dia, saat ini, petani terkendala hama tupai, tikus dan monyet yang menyerang buah kakao tersebut.

"Saat ini, serangan hama kakao ini cukup tinggi karena hasil buah-buahan di hutan yang semakin berkurang sebagaidampak kerusakan hutan di daerah itu," ujarnya.

Pewarta: Pewarta : Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014