Jakarta (Antaranews Babel) - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan kesolidan TNI dan Polri yang terus dibangun selama ini akan memperkuat eksistensi Indonesia di mata dunia internasional.

"Soliditas TNI dan Polri merupakan hal yang mutlak karena kesatuan dua lembaga tersebut menjadi salah satu cerminan kekuatan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Kapolri saat memberikan pembekalan kepada 724 Calon Perwira Remaja (Capaja) Akademi TNI-Polri, di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.

Indonesia, kata Tito, akan semakin kuat apabila memiliki aparat keamanan yang solid dan harmonis. Tidak ada pihak manapun yang bisa mengancam kedaulatan Bangsa Indonesia nantinya.

"Namun, bila TNI dan Polri terpecah belah maka Indonesia pun berpotensi hancur. Hubungan TNI-Polri bukan hanya di mulut saja dan pemanis tapi betul-betul dibutuhkan negara ini," tegas Tito.

Ada istilah jika ingin pecahkan bangsa ini, hancurkan soliditas TNI-Polri. Maka sebaliknya bangga kuat jika TNI Polri-nya kuat, katanya.     

Tito menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh TNI dan Polri dalam menjaga kedaulatan NKRI ke depan semakin berat. Menurutnya, ancaman tidak lagi secara fisik dari dalam maupun luar, melainkan ancaman nontradisional, salah satunya ancaman siber.

"Ancaman serangan siber bisa muncul sebenarnya bisa mengancam kedaulatan negara tanpa intervensi fisik," tambah Tito.

Ia kembali menekankan pentingnya soliditas TNI-Polri dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kita merasa bersyukur Bangsa Indonesia di usia 72 tahun bahkan memasuki usia 73 tahun tetap utuh sebagai bangsa NKRI. Ini prestasi besar dan karunia dari Tuhan," ujar Tito.

Dalam kesempatan itu,  Kapolri juga mengingatkan agar para Capaja TNI-Polri bersikap kritis terhadap potensi perpecahan bangsa Indonesia ke depannya, terutama potensi perpecahan bangsa dari dalam negeri itu sendiri.

"Sebagai sarjana, kita harus bertanya kritis, apa Indonesia masih bisa pecah? Kita lihat dalam akademik untuk ambil kesimpulan, itu adalah metode komparatif. Bukan saya mengamini, tetapi ada potensi. Bung Karno pernah bilang, menghadapi musuh luar lebih mudah dibandingkan musuh dari dalam," tuturnya.

Ia mencontohkan negara Uni Soviet dan Yugoslavia bisa pecah karena masalah dari dalam negerinya sendiri. Potensi perpecahan, bisa muncul di Indonesia lantaran masih adanya kesenjangan ekonomi antar kelas.

Selain itu, konflik yang sarat dengan SARA juga bisa menjadi penyebab terjadinya perpecahan.

"Potensi perpecahan bisa semakin membesar akibat kerukunan bangsa yang melemah," ucapnya.

Sebanyak 724 Capaja, terdiri dari Capaja TNI AD 205 orang, TNI AL sebanyak 102 orang, TNI AU sebanyak 119 orang dan Polri sebanyak 278 orang.

Pewarta: Syaiful Hakim

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018