Pangkalpinang (Antara Babel) - Pasokan kakao kering dari petani kepada pedagang pengumpul di Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung meningkat karena harga komoditas tersebut mengalami kenaikan yang cukup tinggi.


"Saat ini petani kakao kembali bergairah menjual hasil perkebunannya karena harga naik menjadi Rp21 ribu dari sebelumnya Rp16 ribu per kilogram," ujar pedagang pengumpul kakao, Edi Suparman di Pangkalpinang, Minggu.


Ia menjelaskan, saat ini kakao yang berhasil dikumpulkan mencapai 350 kilogram per hari dibandingkan sebelumnya hanya sekitar 40-60 kilogram dan terkadang tidak ada sama sekali.


"Saat ini petani kembali bergairah menjual hasil kebunnya, karena mereka menilai kenaikan harga bisa memenuhi kebutuhan sehari- hari yang juga mengalami kenaikan," ujarnya.


Selain itu, peningkatan transaksi juga dipicu kondisi cuaca yang kembali panas, sehingga petani mudah mengeringkan biji kakao basah yang baru dipanen sehingga kualitas kakao kering cukup baik dibanding selama musim hujan.


"Pada bulan lalu petani sulit memetik dan mengeringkan biji kakao karena intensitas hujan yang cukup tinggi, sehingga kualitas komoditas tersebut buruk dan berjamur," ujarnya.


Ia memperkirakan harga dan transaksi kakao akan terus meningkat seiring meningkatnya permintaan pengekspor komoditas tersebut.


"Permintaan eksportir tinggi, sementara hasil perkebunan petani masih kurang memadai karena minat petani mengembangkan komoditas ini masih rendah," ujarnya.


Sementara Ellan, pedagang pengumpul kakao lainnya mengatakan, harga dan transaksi kakao naik, namun belum mampu memenuhi permintaan pasar dalam dan luar negeri yang cukup tinggi.


"Selama ini sebagian besar petani hanya menjadikannya tanaman selingan di antara tanaman pokok seperti karet, lada dan sebagai tanaman pelindung di pekarangan rumah," katanya.

Pewarta: Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014