Pangkalpinang (Antaranews Babel) - Museum Timah Indonesia (MTI) di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meraih penghargaan dari MURI sebagai museum timah pertama di Asia.

"Alhamdulillah MTI mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai museum timah pertama di Asia," kata Kepala MTI, Muhammad Taufik di Pangkalpinang, Kamis.

Ia mengatakan MTI didirikan pada 1958 untuk mencatat sejarah pertimahan di Bangka Belitung dan memperkenalkannya pada masyarakat luas. Pendirian museum ini berawal tahun 1950-an ketika saat itu dalam kegiatan penambangan banyak ditemukan benda-benda tradisional yang digunakan oleh penambang zaman dahulu, utamanya pada zaman Belanda.

"Penghargaan ini merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Indonesia khususnya Provinsi Kepulauan Babel," ujarnya.
 
(babel.antaranews.com/Aprionis)

Menurut Taufik, MTI baru dibuka sekaligus diresmikan pada 2 Agustus 1997. Dalam perkembangannya, museum ini sangat berguna bagi masyarakat, karena di dalamnya pengunjung bisa mengetahui sejarah pertimahan di Bangka Belitung, perkembangan teknologi pertambangan sejak zaman Belanda hingga masa kini.

"Melihat besarnya jumlah kunjungan wisatawan ke museum timah, maka pada 2010 dilakukanlah renovasi tata letak sehingga lebih fokus pada pertambangan. Beragam koleksi materi yang ada di dalam museum juga ditambah sehingga alur sejarah pertambangan menjadi semakin jelas," katanya.

Ia menambahkan, sebagai salah satu aset milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah PT Timah Tbk, Indonesia patut bangga memiliki satu-satunya museum di Asia yang tidak hanya bermanfaat bagi dunia pendidikan dan masyarakat pada umumnya yang ingin mengetahui sejarah pertimahan, namun juga telah menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
(babel.antaranews.com/Aprionis)

Museum ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan karena merupakan satu satunya museum timah yang ada di Indonesia bahkan satu-satunya di dunia.

"Museum Timah juga menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan yang pernah memiliki hubungan emosional dengan Bangka Belitung, seperti orang-orang Belanda yang dulu pernah bekerja di Bangka," ujarnya.

Lebih jauh Taufik mengatakan museum ini menjadi menarik karena disamping koleksinya tentang sejarah penambangan timah, gedungnya pun merupakan tempat bersejarah karena dijadikan lokasi beberapa kali perundingan atau diplomasi antara pemimpin RI yang diasingkan ke Bangka dengan Pemerintah Belanda dan UNCI (United Nations Commission for Indonesia) sehingga lahirlah Roem-Royen Statement pada 7 Mei 1949.

"Pada zaman itu delegasi Indonesia dipimpin oleh Moh Roem dan delegasi Belanda dipimpin oleh HJ Van Royen," ujarnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018