Jakarta (Antaranews Babel) - Menteri  Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto meminta tidak ada pihak-pihak yang sengaja menyebarkan kabar bohong (hoaks) terkait gempa di Sulawesi Tengah.
   
"Jangan sampai muncul hoaks, berita tidak benar yang meresahkan masyarakat, tidak enak dan tidak elok saat kondisi seperti ini," kata Wiranto seusai menghadiri rapat terbatas mengenai Penanganan Dampak Gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.
   
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sebelumnya mengonfirmasi sejumlah hoax yang menyebar terkait gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Donggala, Palu, dan Mamuju, Sulawesi Tengah.
 
"Presiden Joko Widodo menginstrusikan Kapolri agar siapapun yang didapati menggunakan bencana seperti ini dan memanfaatkan keprihatinan ini untuk kepentingan yang meresahkan masyarakat segera kita tangkap," tegas Wiranto.
   
Berita-berita resmi menurut Wiranto akan disampaikan pemerintah lewat humas BNPB ataupun melalui badan resmi yang sudah ditunjuk pemerintah.
 
Sejumlah hoaks yang sempat beredar misalnya soal Wali Kota Palu Hidayat meninggal karena bencana gempa bumi dan tsunami yang disebar melalui "platform" WhatsApp. Faktanya, pria kelahiran 1963 itu masih sehat dan turut membantu tindakan tanggap darurat gempa bumi di Palu, Sulawesi Tengah.
   
Selanjutnya ada juga hoaks gempa susulan yang jauh lebih dahsyat dibandingkan gempa sebelumnya juga marak beredar melalui media sosial Facebook dan WhatsApp.
   
Namun, menurut Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, tidak ada satu negara pun yang mampu memprediksi gempa secara pasti.
   
Selanjutnya ada juga hoaks penerbangan gratis Makassar-Palu bagi keluarga korban. Padahal menurut Plt. Humas Kemenkominfo, Ferdinandus Setu, pesawat Hercules TNI AU yang diberitakan mampu digunakan keluarga korban untuk pergi ke Palu merupakan pesawat yang mengangkut bantuan logistik, paramedis, obat-obatan, makanan siap saji, hingga alat-alat berat. 
   
Pesawat ini memang mengangkut pengungsi yang diprioritaskan untuk lansia, perempuan, dan anak-anak, dari Palu ke Makassar, bukan untuk mengangkut keluarga korban yang hendak pergi ke Palu.
   
Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter  mengguncang Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) sore. Gempa tersebut mengakibatkan sedikitnya korban tewas 1.234 jiwa hingga Selasa (2/10) pukul 13.00 WBI. Sedangkan korban luka berat mencapai 799 orang, hilang 99 orang, tertimbun 152 orang dan 48.025 jiwa warga yang mengungsi dan tersebar di 103 titik.
   
Gubernur Sulteng Longki Djanggola sudah menerapkan masa tanggap darurat bencana di provinsi itu selama 14 hari berlaku sejak 28 September hingga 11 Oktober 2018. Daerah yang terdampak meliputi kota Palu, kabupaten Donggala, kabupaten Sigi dan kabupaten Parigi Moutong.
   
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB), dari 7 gardu listrik induk, 5 di antaranya padam dan hanya 2 unit gardu di Pamona dan Posko yang dapat menyuplai listrik ke Tentena dan Poso. Pertamina sudah menerbangkan 4.000 liter solar dengan pesawat pada Senin (1/10).
   
Kondisi saat ini, listrik PLN dan SPBU masih padam, terjadi kebocoran pipa dan air tumpah, masih terjadi gempa susulan, jalan rusak, pasar dan toko tutup dan muncul likuifaksi atau lumpur dari bawah tanah dan menghanyutkan bangunan.
   
Polri sudah mencegah penjarahan dengan mendatangkan 1.000 orang pasukan ditambah pasukan TNI sebanyak 1.300 orang yang ditangakan ke Palu. Sementarai Kementerian Keuangan mencairkan dana RP560 miliar untuk gempat di wilayah Sulawesi Tengah tersebut.

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018